Berita Hari Ini : Air Asia Rugi Rp907 Miliar, Kinerja Perbankan Februari Membaik
Kinerja perbankan Februari membaik, Inalum buyback saham PTBA, laba DILD turun 32 persen, laba TBIG turun 70,62 persen
Kinerja perbankan Februari membaik, Inalum buyback saham PTBA, laba DILD turun 32 persen, laba TBIG turun 70,62 persen
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 1 April 2019 :
Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan menyatakan kinerja intermediasi pada industri perbankan membaik pada Februari 2019, yang diikuti terjaganya profil risiko lembaga jasa keuangan.
Promo Terbaru di Bareksa
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan OJK Y. Santoso Wibowo mengatakan rasio non performing loan (NPL) gross perbankan tercatat 2,59 persen (NPL net : 1,17 persen). Sementara itu, rasio non performing financing (NPF) perusahaan pembiayaan stabil di 2,7 persen.
Risiko pasar perbankan juga berada di level rendah, dengan rasio posisi devisa neto (PDN) perbankan 1,92 persen, di bawah ambang batas ketentuan.
Pertumbuhan intermediasi juga didukung likuiditas perbankan yang memadai, tercermin dari liquidity coverage ratio dan rasio alat likuid / non core deposit masing-masing 218,45 persen dan 107,25 persen.
Santoso mengatakan dari catatan OJK, jumlah total aset likuid perbankan mencapai Rp1.162 triliun per Februari 2019.
PT Delta Djakarta Tbk (DLTA)
Laba bersih perusahaan bir yang sahamnya dimiliki Pemprov DKI Jakarta, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) melonjak 22 persen menjadi Rp338,07 miliar pada 2018, dari tahun sebelumnya Rp276,36 miliar seiring dengan pertumbuhan penjualan pasar domestik dan ekspor.
Data laporan keuangan DLTA mencatat kenaikan laba bersih ini sejalan dengan pendapatan perusahaan yang naik 15 persen menjadi Rp893 miliar dari pendapatan tahun sebelumnya Rp777,31 miliar.
Secara rinci, penjualan terbesar perusahaan yang dipimpin oleh Jose Daniel Abellon Javier ini yakni dari pasar domestik (setelah dikurangi cukai dan pajak penjualan) sebesar Rp1 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp870,45 miliar. Penjualan ekspor juga naik menjadi Rp3,37 miliar dari sebelumnya Rp1,69 miliar.
PT Inalum (Persero)
PT Inalum (Persero) berencana menambah kepemilikan saham di PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan membeli saham hasil buyback atau saham treasury milik PTBA. Saat ini, Inalum memegang 65 persen saham PTBA sementara sisanya dimiliki oleh publik. Namun manajemen Inalum tidak menyebut berapa penambahan jumlah saham yang akan dimiliki Inalum nantinya.
Buyback terakhir dilakukan PTBA menjelang tutup tahun 2015. Saat itu, PTBA membeli 66,05 juta saham di pasar. Nilainya kala itu Rp402,22 miliar. PTBA tidak melakukan buyback pada tahun-tahun berikutnya.
PT Intiland Development Tbk (DILD)
Laba bersih emiten pengembang properti, PT Intiland Development Tbk (DILD) amblas 32 persen pada tahun 2018 menjadi Rp203,67 miliar dari laba bersih tahun 2017 yang sebesar Rp297,49 miliar.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, kendati laba bersih turun, sejatinya pendapatan DILD justru naik 16 persen menjadi Rp2,55 triliun dari tahun sebelumnya Rp2,2 triliun.
Hanya saja, tekanan laba bersih tampaknya datang dari beban pokok yang membengkak menjadi Rp1,55 triliun dari sebelumnya Rp1,25 triliun.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
Kinerja keuangan emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) selama 2018 merosot dalam dibanding tahun 2017. Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih perseroan 2018 hanya Rp680,58 miliar, atau anjlok 70,62 persen dibandingkan laba 2017 yang sebesar Rp2,31 triliun.
Padahal pendapatan perseroan tercatat naik 7,33 persen menjadi Rp4,32 triliun dari Rp4,02 triliun. Sementara beban usaha tercatat naik 17,42 persen menjadi Rp784,08 miliar, dari sebelumnya Rp 667,76 miliar.
Dalam laporan keuangan tersebut juga disebutkan, beban bunga perseroan juga naik menjadi Rp2 triliun dari sebelumnya Rp1,8 triliun.
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)
Salah satu emiten produsen kertas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), menorehkan kinerja yang menggembirakan tahun lalu. Pertumbuhan laba bersih perusahaan mengalahkan pertumbuhan penjualan. Penjualan perusahaan naik 6,63 persen year on year (YoY), sedangkan laba bersih INKP melesat 42,33 persen YoY.
Laba bersih perusahaan tumbuh signifikan menjadi US$588,21 juta atau setara Rp8,52 triliun (kurs Rp 14.481 per dolar AS). Dengan perolehan laba bersih tersebut, INKP berhasil mencatatkan margin laba bersih lebih tinggi, di level 17,64 persen dibanding tahun 2017 yang hanya 13,21 persen.
PT Air Asia Indonesia Tbk (CMPP)
Emiten maskapai berbiaya rendah (low cost carrier/LCC), PT Air Asia Indonesia Tbk (CMPP) mencatatkan kerugian hingga Rp907,29 miliar pada 2018, atau hampir dua kali lipat dari kerugian di 2017 yang sebesar Rp512,64 miliar. Ini artinya selama 4 tahun terakhir, Air Asia Indonesia belum pernah mencatatkan keuntungan.
Meskipun pendapatan usaha perusahaan berhasil tumbuh 10,87 persen year on year (YoY) menjadi Rp4,34 triliun, namun beban pokok pendapatan perusahaan mencatatkan nilai yang lebih besar dibanding pendapatan. Padahal tahun 2017 Air Asia masih setidaknya berhasil mencatatkan laba kotor Rp378.5 miliar atau setara dengan margin laba kotor 10 persen.
Total beban usaha Air Asia di tahun 2018 meroket 123,32 persen YoY menjadi Rp5,22 triliun dari yang sebelumnya Rp3,44 triliun. Momok melesatnya beban usaha perusahaan adalah karena lonjakan signifikan pada biaya bahan bakar dan beban operasional lainnya yang melonjak masing-masing 53,17 persen dan 73,24 persen YoY.
Biaya bahan bakar Air Asia pada tahun 2018 mencapai Rp1,87 triliun dari yang sebelumnya Rp1,22 triliun di 2017. Kemudian, beban operasional lain menyentuh Rp514,66 miliar dari periode yang sama di 2017 sebesar Rp297,08 miliar.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.