Berita Hari Ini : ANTM Minati 20 Persen Saham INCO, Risiko Valas Terkendali
PGAS kaji sekuritisasi, JSMR raih pendanaan Rp11,36 triliun, pendapatan RALS melesat
PGAS kaji sekuritisasi, JSMR raih pendanaan Rp11,36 triliun, pendapatan RALS melesat
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 1 Agustus 2018 :
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Perseroan siap mengambilalih sisa 20 persen saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Divestasi saham milik Grup Vale itu dijadwalkan pada Oktober 2019. Mengutip Kontan, Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, pihaknya menunggu induk Vale Indonesia menawarkan divestasi 20 persen saham kepada pemerintah. "Yes interested, sekarang kami sedang menjajaki,” kata dia.
Promo Terbaru di Bareksa
Adapun Direktur Keuangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Orias Petrus Moedak, menyebutkan pihaknya masih fokus mengambilalih 51 persen saham PT Freeport Indonesia. "Kami masih konsentrasi investasi di Freeport," tandas dia.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)
KSSK menilai risiko nilai tukar korporasi di Tanah Air cukup terkendali. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, pemantauan KSSK dan bank sentral mencatat 90 persen perusahaan sudah melakukan lindung nilai (hedging). “Berapa perusahaan dari monitoring kami itu lebih dari 2.500 korporasi, 90 persen telah melakukan lindung nilai,” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Dengan demikian, risiko valas perusahaan di dalam negeri cukup terkendali. Seperti diketahui, Bank Indonesia akan menggencarkan sosialisasi fasilitas hedging dengan tenor 1 tahun kepada pengusaha dalam negeri. Hasil rapat Tim KSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah menyatakan sistem keuangan Indonesia pada kuartal II 2018 tetap terjaga di tengah meningkatnya tekanan global.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
Perseroan mempertimbangkan opsi sekuritisasi sebagai alternatif sumber pendanaan di luar metode konvensional. Mengutip Bisnis Indonesia, Direktur Keuangan Perusahaan Gas Negara (PGN) Said Reza Pahlevi mengatakan telah mengetahui salah satu skema penggalangan dana melalui produk derivatif sekuritisasi. Instrumen tersebut merupakan salah satu pilihan selain metode konvensional.
“Akan tetapi, metode mana yang akan dipilih tentunya kami akan memilih yang paling efisien berbasis kepada risiko,” ujarnya.
Kendati demikian, Reza menyebut langkah penggalangan dana yang direncanakan terbatas kepada tahapan pembentukan Holding BUMN Migas. Menurutnya, emiten berkode saham PGAS itu tidak memiliki kebutuhan penggalangan dana pada 2018. “Jadi, skema penggalangan dana mempertimbangkan seluruh kebutuhan investasi PGAS ke depan,” imbuhnya.
Pajak UMKM
Pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 yang merelaksasi tarif pajak penghasilan (PPh) final bagi wajib pajak usaha kecil menengah (UKM), dari 1 persen menjadi 0,5 persen. Ketentuan ini berlaku sejak 1 Juli lalu dan pengusaha bisa merasakan langsung manfaatnya mulai 1 Agustus 2018.
Pelaku UKM yang bisa merasakan PPh final dengan tarif khusus ini adalah yang memiliki omzet maksimal Rp4,8 miliar setahun. Untuk Juli kemarin, pengusaha masih menyetorkan PPh final dengan tarif 1 persen lantaran yang jadi dasar perhitungan pajak itu ialah penghasilan Juni.
"Untuk omzet Juli 2018 disetor pada Agustus akan otomatis bayarnya dengan tarif 0,5 persen," jelas Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Hestu Yoga Saksama seperti dikutip Kontan.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)
Perseroan semakin yakin pembangunan proyek Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II (Elevated) bakal rampung sesuai target. Pasalnya, anak usaha yang menggarap proyek tersebut, yakni PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek atawa JJC, baru saja mengantongi kredit sindikasi senilai Rp11,36 triliun. Kredit sindakasi berasal dari perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Beberapa krediturnya seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)-Unit Usaha Syariah, dan PT Bank Maybank Indonesia Tbk-Unit Usaha Syariah. JJC berdiri pada 28 November 2016. Jasa Marga mengempit 80 persen saham, sedangkan sisanya merupakan saham milik PT Ranggi Sugiron Perkasa. Nantinya, JJC akan mengoperasikan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II (Elevated) sepanjang 36,4 kilometer (km).
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)
Perseroan mampu memanfaatkan momentum lebaran lalu dengan baik. Restrukturisasi bisnis yang dilakukan juga menambah performa kinerja keuangan perusahaan. Di semester I 2018, RALS membukukan pendapatan Rp3,49 triliun. Angka itu naik 0,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,46 triliun.
Kenaikan itu memang tipis. Bahkan, tak mencapai 1 persen. Tapi jika dibandingkan kinerja secara kuartalan, performa RALS justru moncer. Di kuartal II 2018, RALS membukukan pendapatan sebesar Rp2,44 triliun.
Angka ini melesat 133 persen dibanding kuartal I 2018, Rp1,05 triliun. Sejalan dengan meningkatnya pendapatan, beban pokok RALS otomatis meningkat. Kenaikannya mencapai 106 persen menjadi Rp1,31 triliun.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.