MARKET FLASH: Pemerintah Validasi Panama Papers; Penerimaan Pajak Q1 Baru 14,6%
realisasi penerimaan pajak kuartal I 2016 tercatat Rp4 triliun lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2015
realisasi penerimaan pajak kuartal I 2016 tercatat Rp4 triliun lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2015
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan keuangan yang dirangkum dari surat kabar nasional:
Validasi Data Panama Papers
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan sedang mempelajari data yang ada di Panama Papers. Pemerintah lebih memberi perhatian terhadap kemungkinan mengoptimalkan penerimaan pajak jika data itu benar setelah divalidasi. Namun, meskipun ada data tersebut, Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro menyatakan bahwa sejauh ini DJP telah memiliki data antara lain dari otoritas pajak Amerika Serikat. Dalam data tersebut terungkap bahwa sejumlah warga negara Indonesia menyimpan hartanya di luar negeri.
Promo Terbaru di Bareksa
Kementerian Keuangan, menurut Bambang, ingin menelusuri aset-aset milik orang Indonesia, baik berupa uang maupun aset tetap yang belum dilaporkan dalam surat pemberitahuan pajak. Namun, pada tahun ini, pemerintah berencana menawarkan program pengampunan pajak. "Ini sebagai pintu masuk agar mereka mau membawa uangnya ke Indonesia. Kami fokus ke program pengampunan pajak. Setelah itu baru penegakan hukum," kata Bambang.
Penerimaan Pajak Kuartal I 2016
Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro mengungkapkan, realisasi penerimaan pajak hingga kuartal I 2016 tercatat Rp4 triliun lebih rendah dibanding periode yang sama 2015. Realisasi yang rendah itu akibat konsumsi masyarakat yang masih rendah pada tiga bulan pertama 2015 ini.
Berdasarkan datra i-account Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 mencapai Rp203,4 triliun dari terget setahun Rp1.294,2 triliun. Dengan selisih Rp4 triliun, artinya penerimaan pajak sampai saat ini diperkirakan baru mencapai Rp199,4 triliun atau sekitar 14,6 persen dari target penerimaan pajak 2016 sebesar Rp1.360 triliun.
PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)
WTON menunda rencana pembangunan pebrik kawat baja yang semula direncanakan pada 2016 dan bekerja sama dengan korporasi asal China, Silvery Dragon. Sekretaris Perusahaan Puji Haryadi mengatakan rencana itu dianggap belum mendesak saat ini. Puji mengatakan rencana pembangunan pabrik itu semula bakal menggunakan dana hasil penawaran perdana saham (IPO) yang telah dilakukan pada 2014. Namun, perseroan belum dapat memastikan nilai investasi pembangunan pabrik kawat baja itu.
Emiten berkode saham WTON itu berencana menghitung ulang nilai investasi pembangunan pabrik sekaligus sumber pendanaan proyek tersebut. "Sementera ini, penggunaan dana hasil IPO itu akan dialihkan dulu," katanya.
PT Intiland Development Tbk (DILD)
DILD mengincar pertumbuhan pendapatan berulang atau recurring income sebesar 10 persen pada 2016 ini. Pertumbuhan tersebut salah satunya akan ditopang oleh operasional proyek perkantoran yang baru beroperasi, yakni proyek South Quarter, proyek superblok berlokasi di TB Simatupang.
Sepanjang tahun lalu, pendapatan berulang Intiland mencapai Rp328 miliar atau tumbuh 51 persen dibandingkan dengan pendapatan berulang yang diraih pada 2014 sebesar Rp217 miliar. Pendapatan berulang Intiland paling besar disumbang oleh pendapatan sewa kantor. Tahun lalu, pendapatan sewa kantor mencapai Rp230 miliar naik 110 persen secara tahunan.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)
JPFA menargetkan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 10 - 15 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp25,02 triliun. Target itu dibuat berdasarkan rata-rata pertumbuhan penjualan bersih perseroan sejak 2007 - 2015 yang berkisar 15 persen. Adapun target laba bersih diharapkan bisa lebih baik dari tahun lalu.
Mengutip data perseroan, penjualan bersih tahun lalu hanya naik sekitar 2,3 persen dibandingkan dengan capaian 2014 sebesar Rp24,45 triliun. Adapun untuk laba bersih pada 2015 mencapai Rp468 iliar, tumbuh sekitar 38,05 persen dari 2014 Rp339 miliar.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.