Kenaikan biaya royalti tampaknya semakin membebani kinerja U
Laba bersih Q1 2014 turun 4,96 persen, sementara beban jasa & royalti naik 43,31 persen
Laba bersih Q1 2014 turun 4,96 persen, sementara beban jasa & royalti naik 43,31 persen
Bareksa.com - Laporan keuangan Q1 2014 PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang sudah dirilis beberapa saat lalu masih menunjukkan beberapa angka yang solid. Seperti dari angka penjualan yang masih membukukan kenaikan sebesar 15,18 persen dan laba kotor yang naik sebesar 8,43 persen dari periode Q1 2013. Namun hal yang kurang mengenakkan muncul dari laba bersih yang mengalami penurunan sebesar 4,96 persen dari periode sebelumnya, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut ini.
Menurut analis PT Syailendra Capital yang kami wawancarai, Alvin Kusuma, pertumbuhan penjualan yang dicatatkan UNVR sebesar 15,18 persen masih berada didalam ekspektasinya, meskipun sebenarnya dengan adanya kenaikan Average Selling Price (ASP) diharapakan UNVR dapat menghasilkan pertumbuhan penjualan setidaknya 16 – 17 persen. Sedangkan dari sisi net profit dan expenses, hasil yang dibukukan oleh UNVR pada Q1 2014 ini berada di bawah ekspektasi karena naiknya beban usaha, terutama beban umum & administrasi yang mengalami kenaikan sebesar 35,5 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Alvin juga mengatakan bahwa salah satu kontributor dari naiknya beban umum & administrasi yang harus ditanggung UNVR berasal dari kenaikan biaya royalti yang mengakibatkan tertekannya marjin. Seperti yang diketahui bahwa pada 12 Desember 2012 UNVR mengumumkan bahwa mereka memperbaharui perjanjian mengenai pembayaran royalti kepada perusahaan induknya di Belanda, Unilever BV. Perjanjian tersebut memuat tentang jumlah royalti yang dibayarkan UNVR kepada induknya akan naik bertahap dari sebelumnya sebesar 3,5 persen, hingga nantinya mencapai 8 persen dari omset per tahun pada 2015. Dari laporan keuangan UNVR Q1 2014 yang kami telaah, memang tampak bahwa pos untuk beban jasa dan royalti mengalami kenaikan sebesar 43,31 persen dari 344 milyar rupiah pada periode sebelumnya, menjadi 493 milyar rupiah.
Sumber: Laporan Keuangan PT Unilever Indonesia, Tbk.
Dengan P/E ratio saat ini sebesar 41x, saham UNVR dianggap sudah overvalued, mengingat angka tersebut sudah dua kali lipat dari P/E ratio rata-rata industri konsumer. Namun, mengingat UNVR adalah pemain besar di sektornya, dengan diversifikasi portofolio produk yang bagus, serta memiliki management skill yang baik, Alvin merekomendasikan Neutral untuk UNVR dengan harapan kuartal selanjutnya UNVR dapat mencatatkan hasil yang lebih baik.
Lagipula, pasar sudah langsung mendiskon faktor kenaikan biaya royalti ini terhadap harga saham UNVR ketika pembaharuan perjanjian tersebut diumumkan, yaitu pada 12 Desember 2012 lalu. Ketika itu saham UNVR ditutup pada harga 23.150 rupiah per lembar sahamnya, setelah sebelumnya dibuka pada harga 25.800 rupiah, atau turun 10,8 persen dalam satu hari. Pada keesokan harinya tanggal 13 Desember 2012 pun saham UNVR masih melanjutkan pelemahannya hingga ditutup pada harga 20.350 rupiah per lembar sahamnya. Sehingga saat ini masalah kenaikan biaya royalti seharusnya sudah tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan harga saham UNVR.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.381,72 | 0,79% | 4,58% | 7,47% | 8,70% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.092,63 | 0,46% | 4,81% | 6,91% | 7,36% | 2,52% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.077,99 | 0,64% | 3,96% | 6,92% | 7,73% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.842,22 | 0,53% | 3,90% | 6,53% | 7,39% | 16,96% | 39,93% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.266,09 | 0,79% | 3,81% | 6,34% | 7,11% | 19,79% | 35,60% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.