MARKET FLASH: UNVR Bagi Dividen Terbesar; WSKT Catat Kontrak Baru Rp27,9 Triliun
MEDC belum pastikan akuisisi Newmont; BKSL konversi utang valas ke rupiah
MEDC belum pastikan akuisisi Newmont; BKSL konversi utang valas ke rupiah
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
MEDC menjelaskan hingga saat ini tidak ikut serta dalam rencana akuisisi 76 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara yang sempat dilontarkan sang pemilik perseroan, Arifin Panigoro, baru-baru ini. Direktur Utama MEDC Hilmi Panigoro tidak dapat memastikan akan membeli saham newmont yang diperkirakan mencapai US$2,2 miliar itu.
Promo Terbaru di Bareksa
Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat juga belum mengetahui MEDC, sebagai perusahaan tercatat di bursa, akan melakukan akuisisi tersebut. Bila terjadi, aksi itu akan tergolong transaksi material dan harus memperoleh persetujuan rapat umum pemegang saham. Sementara itu, Newmont Mining Corporation mengakui ada ketertarikan perusahaan lain untuk mengakuisisi asetnya meskipun belum ada penawaran yang memenuhi kriteria.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
UNVR menjadi penebar dividen interim terbesar senilai Rp2,6 triliun, dari 26 emiten yang melaporkan pembagian dividen interim 2015. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga 25 November 2015, total dividen yang dibagikan 26 emiten itu sebesar Rp10,52 triliun.
Direksi UNVR pada Rabu (25/11), mengumumkan pembagian dividen interim tahun buku 2015 sebesar Rp342 per saham atau seluruhnya berjumlah Rp2,6 triliun. Dividen tersebut diambil dari laba bersih perseroan periode 30 Juni 2015. Dividen akan dibagikan kepada pemegang 7,63 miliar saham UNVR.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT)
WSKT telah mengantongi kontrak baru Rp27,9 triliun, atau setara dengan 93 persen dari total target sepanjang tahun ini sebesar Rp30 triliun. Perolehan kontrak baru tersebut telah melampaui total kontrak baru yang dicatatkan perseroan pada 2014 sebesar Rp22,6 triliun. Kontribusi kontrak paling tinggi dari segmen proyek BUMN sebesar 60 persen, pemerintah 26 persen, dan dari proyek swasta 14 persen.
Secara total, order book yang dikerjakan oleh WSKT per akhir November tahun ini mencapai Rp47,8 triliun, di mana sebesar Rp19,9 triliun merupakan carry over dari tahun sebelumnya. Emiten BUMN karya tersebut meyakini dapat mengejar sisa target kontrak baru Rp2,1 triliun dalam satu bulan terakhir. Perseroan melihat dari pipeline yang ada masih ada potensi penambahan kontrak hingga Rp7 triliun.
PT Wintermar Offshore Marine Tbk. (WINS)
WINS menderita rugi bersih US$2,75 juta pada kuartal III-2015, setelah periode yang sama tahun sebelumnya laba US$17,96 juta. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di PT Bursa Efek Indonesia, Kamis (26/11), pendapatan perseroan hingga akhir periode pencatatan kuartal III-2015 juga melorot 41,87 persen menjadi US$76,41 juta dari sebelumnya US$131,47 juta.
Adapun, beban langsung perseroan hanya turun 22,43 persen menjadi US$65,88 juta. Laba kotor yang dikantongi Wintermar terjungkal 77,36 persen menjadi US$10,53 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya US$46,53 juta. Begitu pula laba usaha susut 96,4 persen menjadi US$1,24 juta dari US$34,97 juta. Per 30 September 2015, total aset Wintermar Offshore Marine mencapai US$462,04 juta, sementara liabilitas dan ekuitas masing-masing US$203,52 juta dan US$263,39 juta.
Sistem Investasi Terpadu
Untuk mendorong pertumbuhan industri pengelolaan investasi dalam negeri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan sistem fund net akan diluncurkan pada Agustus 2016. Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, mengatakan pada awalnya sistem tersebut akan diluncurkan pada Juni 2016. Namun, akibat terkendala sejumlah hal, termasuk kesiapan sistem, OJK menargetkan sistem tersebut bakal meluncur pada Agustus 2016.
PT Sentul City Tbk (BKSL)
BKSL mengonversi sebagian utang valas ke rupiah demi mengurangi kerugian kurs dan mendorong profit. Pada kuartal III-2015, perusahaan properti itu mengalami rugi selisih kurs senilai Rp70,58 miliar atau melonjak dari posisi setahun sebelumnya Rp1 juta. Hal ini membuat posisi beban operasi lainnya meroket 271,9 persen dari Rp27,69 miliar menjadi Rp103,01 miliar.
Perseroan memiliki utang valas sekitar US$39,8 juta. Dari jumlah itu, sebesar US$6,8 juta merupakan outstanding pinjaman dari CIMB Bank Berhad, Labuan Offshore Branch dan US$33 juta lainnya dalam bentuk notes kepada Winter Capital Pte. Ltd. Dari US$33 juta kepada Winter Capital, sudah dikonversi US$12,5 juta. Perseroan berharap selisih rugi kurs akan berkurang dengan adanya konversi ini. Pada kuartal III-2015, perseroan mencatatkan rugi neto yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp125,51 miliar, dibanding perolehan periode yang sama setahun sebelumnya meraup laba Rp14,42 miliar.
PT ABM Investama Tbk (ABMM)
Di tengah penurunan kinerja akibat rendahnya harga batu bara, ABMM memilih mengerek margin dan menekan biaya. Sebelumnya, perseroan menargetkan pertumbuhan revenue antara 10-15 persen sepanjang tahun ini. Untuk mendukungnya, perseroan akan meningkatkan margin operasional ke 5-8 persen. Per 30 September 2015, operating margin perseroan sudah berada di posisi 6,5 persen. Level ini hampir sama dengan posisi periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,49 persen.
Adapun gross margin ABMM turun menjadi 19 persen dari sebelumnya 19,96 persen. Mengacu pada laporan keuangan kuartal III-2015, perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Trakindo itu memangkas beban usaha sebesar 24,8 persen secara year-on-year menjadi US$57,6 juta dari sebelumnya US$76,6 juta.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
TBIG akan lebih fokus ekspansi organik pada tahun depan. Perusahaan membidik tambahan sekitar 1.500 hingga 2.000 penyewaan atau tenant. Saat ini, TBIG sudah memiliki lebih dari 19.416 penyewaan dan 12.159 site telekomunikasi. Selain ekspansi organik dengan menambah penyewa menara, perusahaan juga terus memantau peluang akuisisi meski belum ada tawaran akuisisi.
Meski belum bisa memastikan mengenai kebutuhan belanja modal tahun depan, TBIG mengaku masih memiliki dana sebesar US$ 300 juta dari pinjaman sindikasi pada tahun lalu yang belum ditarik.
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Hingga akhir Oktober 2015, PWON meraih marketing sales sekitar Rp 2,73 triliun. Itu berarti, pengembang Kota Kasablanka ini berhasil meraup 91 persen dari target marketing sales tahun ini, sekitar Rp 3 triliun. Minarto Basuki, Direktur Keuangan PWON, mengatakan, sebagian besar marketing sales berasal dari proyek landed house di Grand Pakuwon dan Pakuwon City Surabaya. Rumah tapak (landed house) berkontribusi 52 persen.
Sementara sekitar Rp 1,31 triliun atau 48 persen marketing sales dari proyek kondominium di Jakarta dan Surabaya, seperti Tunjungan Plaza (TP) 5 dan TP 6, perluasan Supermall Pakuwon serta pengembangan Kota Kasablanka II. PWON semula menargetkan marketing sales Rp 3,4 triliun. Namun, manajemen memutuskan memangkas target menjadi Rp 3 triliun lantaran penjualan perkantoran lesu. Peluncuran gedung perkantoran di Kota Kasablanka Jakarta ditunda tahun ini.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.