BeritaArrow iconSBNArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Lelang SBSN Tembus Rp16,48 Triliun, Yield SBN Masih Menarik

Bareksa24 Juli 2019
Tags:
Berita Hari Ini : Lelang SBSN Tembus Rp16,48 Triliun, Yield SBN Masih Menarik
Ilustrasi surat berharga negara, obligasi, surat utang, bukti kepemilikan investasi

DPR tolak Traveloka dan Tokopedia soal umrah dan haji, masih ada pelonggaran kebijakan moneter, agen asuransi minim

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 24 Juli 2019 :

Lelang SBSN

Pemerintah melaksanakan lelang Surat Berharga Syariah Negara pada tanggal 23 Juli 2019 untuk seri SPNS10012020 (reopening), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening) dan PBS015 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.

Promo Terbaru di Bareksa

Total penawaran yang masuk Rp16,48 triliun. Dari jumlah itu, SBSN seri SPNS10012020 menjadi penawaran yang terbanyak dengan nilai Rp6,67 triliun.

Sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, Menteri Keuangan menetapkan hasil lelang seri SPNS10012020 Rp1,5 triliun.

Dengan nominal terbesar yang dimenangkan adalah seri PBS014 Rp4,6 triliun. Adapun total nominal yang dimenangkan dari keenam seri yang ditawarkan tersebut adalah Rp8 triliun.

Traveloka dan Tokopedia

Anggota DPR hampir serempak menolak keterlibatan dua unicorn, yakni Traveloka dan Tokopedia, di bisnis perjalanan umrah dan haji.

Anggota Komisi I DPR, Sukamta meminta pemerintah lebih berpihak pada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan membantu mereka dalam memanfaatkan perkembangan digital dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.

Politisi PKS itu mengatakan penyedia layanan travel haji dan umrah yang tidak punya kemampuan digital akan mati dengan sendirinya.

“Karena itulah pemerintah dituntut untuk memberdayakan UMKM yang ada,” kata Sukamta.

Menurut dia, saat ini Pemerintah Arab Saudi tengah menggencarkan digitalisasi dalam pelayanan haji dan umrah. Karena itu biro Haji dan umrah yang ada di Indonesia atau negara-negara lain harus bisa menyesuaikan.

SBN

Guna menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintah akan menjalankan berbagai stimulus guna menarik dana asing ke dalam negeri. Salah satunya lewat instrumen Surat Berharga Negara (SBN).

Meski suku bunga acuan di Indonesia turun, namun hal ini diyakini tak akan menurunkan minat asing untuk masuk ke pasar SBN. Pemerintah pada Kamis pekan lalu mengeluarkan kebijakan moneter dengan memangkas suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI 7-DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.

Penurunan suku bunga ini tentu akan berdampak terhadap yield penerbitan SBR mendatang. Direktur Surat Utang Negara DJPPR Loto Srinaita Ginting menilai meski suku bunga turun investor asing diyakini masih menganggap yield SBN emerging market termasuk Indonesia lebih menarik dibandingkan dengan yield surat utang dari negara-negara maju.

Alasannya secara fundamental, ekonomi Indonesia sangat baik. Ditandai dengan inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjaga. Di sisi lain sentimen dari global mendukung internal, di mana beberapa bank central global seperti The Federal Reserve dan European Central Bank (ECB) bernada dovish.

Kebijakan Moneter

Bank Indonesia semakin yakin melakukan pelonggaran kebijakan moneter yang akomodatif tahun ini dengan menurunkan suku bunga acuan lagi seiring dengan sentimen dovish dari The Fed.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara memberi sinyal seiring dengan rencana penurunan suku bunga The Fed peluang BI kembali menurunkan suku bunga semakin besar.

“Pelonggaran kebijakan moneter akan berlanjut ke depan,” ujar Mirza.

Mirza membeberkan, kondisi ekonomi Indonesia akhirnya memanfaatkan penurunan suku bunga global untuk melakukan pelonggaran moneter. Menurut Mirza menjadi sulit kalau pertumbuhan ekonomi melambat dan suku bunga AS naik disertai sikap The Fed hawkish. Dia memprediksi ekonomi Indonesia akan kesulitan tumbuh.

Agen Asuransi

Pertumbuhan jumlah agen asuransi jiwa (agen) bisa dibilang masih belum signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sejak Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) berhasil memenuhi target 500 ribu agen, target kedua untuk tembus satu juta tampaknya masih perlu waktu.

Padahal sempat tercetus keinginan dari kepengurusan AAJI sebelumnya untuk menciptakan 10 juta agen yang saat itu diamini juga oleh regulator. Jika melihat data AAJI per kuartal pertama 2019, jumlah agen berlisensi tercatat sebanyak 595.192 orang, hanya tumbuh 0,4 persen dari kuartal pertama tahun 2018 yan tercatat 592.913 orang.

Dari jumlah tersebut, 90,3 persen merupakan tenaga pemasar dari keagenan, selebihnya agen bancassurance dan telemarketing.

Ketua Umum AAJI Budi Tampubolon mengatakan, ada beberapa aspek terkait agen yang mesti diperhatikan. Pertama, untuk di Indonesia profesi agen itu sulit. Agen menjadi salah satu cara untuk membuka lapangan pekerjaan untuk membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran.

Kedua, agen yang profesional, berhasil, kompeten, memiliki tingkat penghasilan yang baik dan tidak terbatas. Walau begitu, Budi menyampaikan, bahwa tidak semua orang berhasil menjadi agen. Banyak di antaranya yang terkena terminate dari asuransi jiwa.

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS)

Perseroan mulai mencairkan kredit modal kerja senilai US$200 juta yang didapatnya beberapa pekan lalu. Kredit tersebut merupakan sindikasi dari tiga bank yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Direktur Manajemen Resiko BNI Bob Tyasika Ananta bilang, BNI punya porsi sekitar US$75 juta atau sepertiga dari total sindikasi tersebut.

“Porsi kami sepertiga dari total sindikasi yang diberikan, saat ini pun Krakatau Steel sudah menarik separuhnya,” kata Bob seperti dikutip Kontan.

Bob bilang sindikasi tersebut jadi salah satu skema yang akan dilakukan perusahaan baja pelat merah dalam merestrukturisasi utang-utangnya yang terdiri dari tiga tranche. Sindikasi tersebut masuk ke dalam tranche ketiga.

Tranche pertama, utang Krakatau Steel akan dibayar dari pendapatannya. Kedua, utang akan dibayar dari penjualan beberapa entitas anaknya.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua