Potensi Peluang Pasar Obligasi Terbaru Versi Manulife Aset Manajemen Indonesia
MAMI memperkirakan imbal hasil SBN 10 tahun masih ada di kisaran 6% – 6,25% hingga akhir tahun ini
MAMI memperkirakan imbal hasil SBN 10 tahun masih ada di kisaran 6% – 6,25% hingga akhir tahun ini
Bareksa.com - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia atau MAMI menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat/AS di tahun depan atau 2025, diperkirakan masih mengalami moderasi dan sebaliknya, pertumbuhan kawasan Asia diperkirakan membaik karena siklus pengetatan suku bunga sebelumnya yang tidak seagresif AS sehingga dampaknya lebih minor terhadap ekonomi. Saat bersamaan, Dari dalam negeri, pasar finansial Indonesia menjadi diuntungkan oleh siklus pemangkasan suku bunga AS dan domestik.
Terkait kondisi tersebut, MAMI menilai ruang pelonggaran moneter diperkirakan masih cukup besar, di tengah peralihan menuju kebijakan pro pertumbuhan. Syuhada Arief, Senior Portfolio Manager, Fixed Income MAMI mengatakan potensi pemangkasan suku bunga The Fed diperkirakan masih akan terjadi di kuartal keempat, namun besaran pemangkasan suku bunga ke depannya akan tergantung kondisi dan indikator ekonomi yang terjadi. "Angkanya sendiri diperkirakan tidak akan sebesar dari pemangkasan suku bunga The Fed yang terakhir. Kawasan Asia masih memiliki daya tarik, dipicu stabilitas pertumbuhan ekonomi dan selisih suku bunga riil dengan AS yang berpotensi melebar," kata Syuhada dlaam News Flas MAMI terbaru yang disampaikan secara tertulis, Senin (21/10/2024).
Dari China, lanjut Arief, pemerintah China telah mengumumkan serangkaian pelonggaran moneter dan komitmen terhadap stimulus fiskal, hal ini mengindikasikan perubahan fokus kebijakan dari pro-stability menjadi pro-growth. Perubahan ini awalnya disambut positif, dan mampu mendorong masuknya arus dana asing secara masif ke pasar saham China. "Namun pasar masih menantikan stimulus fiskal untuk mendukung konsumsi masyarakat yang dipandang dapat lebih efektif mendukung pertumbuhan ekonomi China," lanjut Syuhada.
Promo Terbaru di Bareksa
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menyatakan fokus kebijakan yang beralih dari pro-stability menjadi lebih seimbang antara stabilitas dan pertumbuhan, mengindikasikan potensi kebijakan ke depan dapat menjadi lebih pro-growth. "Pemangkasan BI Rate diperkirakan masih akan berlanjut di kuartal keempat tahun 2024, sebagai antisipasi dalam menopang pertumbuhan di tengah risiko perlambatan ekonomi global," jelas Syuhada.
Lebih lanjut dia menyampaikan inflasi domestik yang rendah dan risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi global dapat menjadi faktor pemicu bagi BI untuk lebih cepat memangkas suku bunga. Menurut Arief, secara historis dalam siklus pemangkasan suku bunga, imbal hasil obligasi cenderung turun selaras dengan besaran pemangkasan yang terjadi.
"Outlook pemangkasan BI Rate yang masih terbuka ke depannya memberi potensi investasi jangka panjang yang menarik bagi pasar obligasi dan memberi peluang bagi investor untuk ‘mengunci’ imbal hasil di level menarik saat ini sebelum pemangkasan suku bunga lebih lanjut," ujarnya.
Syuhada menyampaikan tingkat imbal hasil SBN 10 tahun masih pada level atraktif, di mana selisih imbal hasil SBN 10 tahun – US Treasury 10 tahun di kisaran 280 bps, di atas rata-rata 250 bps. Sementara itu stabilitas inflasi, nilai tukar Rupiah, arah kebijakan fiskal domestik, serta outlook soft landing AS menjadi faktor risiko yang dapat mempengaruhi outlook pasar obligasi domestik ke depannya.
"Kami memperkirakan, imbal hasil SBN 10 tahun masih ada di kisaran 6% – 6,25% hingga akhir tahun ini,"pungkas Arief.
Klik untuk Beli Reksadana Sekarang
(Martina Priyanti)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.