MAMI : Pasar Obligasi RI di Bulan Agustus Menyala, Prospek Cuan Reksadana Ini Membara
Reksadana obligasi dapat menjadi opsi bagi investor untuk menangkap potensi di pasar obligasi
Reksadana obligasi dapat menjadi opsi bagi investor untuk menangkap potensi di pasar obligasi
Bareksa.com - Bulan Agustus 2024 tidak hanya meriah oleh peringatan HUT ke-79 Hari Kemerdekaan RI, namun juga pasar obligasi Tanah Air ikut sumringah. Menurut Laras Febriany, Portfolio Manager Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), pada Agustus 2024, optimisme pasar kembali meningkat secara signifikan. Sebab, pasar percaya Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan mulai memangkas suku bunga acuannya (Fed Funds Rate) dalam rapat (FOMC) 17-18 September pekan depan.
“Pasar merespons positif pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole, Wyoming beberapa waktu lalu yang memberikan sinyal kuat untuk melakukan penyesuaian kebijakan moneter karena meredanya tekanan inflasi dan meningkatnya risiko di sektor tenaga kerja,” Laras mengungkapkan dalam ulasan Seeking Alpha edisi September (11/9).
Sinyal ini sontak mengerek pasar modal global, termasuk Indonesia. Hal ini tercermin dari nilai tukar (kurs) rupiah yang menguat ke kisaran Rp15.400 per dolar AS, serta arus dana investor asing mulai membanjiri pasar obligasi Tanah Air. Menurut Laras, masuknya dana asing didorong oleh profil ekonomi RI yang menarik di antara negara berkembang lain, didukung oleh pertumbuhan yang stabil, inflasi rendah, utang negara rendah, kondisi politik stabil, serta imbal hasil obligasi yang atraktif.
Promo Terbaru di Bareksa
“Itu merupakan hal yang langka bagi suatu negara berkembang memiliki profil yang cukup baik secara menyeluruh karena biasanya ada saja masalah pada salah satu faktor tersebut,” Laras menyatakan.
Dia menjelaskan profil yang menarik itu jadi faktor kunci bagi investor untuk berinvestasi. Hal itu juga mendorong penguatan rupiah, karena pelemahan nilai tukar akan menggerus potensi imbal hasil bagi investor asing, membuat obligasi Indonesia kurang menarik dan pada akhirnya dapat membuat arus dana asing berbalik pulang ke negaranya. Dimulainya siklus pemangkasan suku bunga The Fed diperkirakan bisa menjadi iklim yang suportif bagi rupiah dan bisa menarik arus dana asing masuk ke pasar obligasi Indonesia lebih lanjut.
Dampak Pemangkasan Fed Rate ke Rupiah
Menurut Laras, secara historis, periode pemangkasan suku bunga The Fed adalah kondisi yang negatif bagi dolar AS. Sejak 1990, terdapat delapan siklus pemangkasan suku bunga The Fed, dan secara rata-rata nilai tukar dolar AS melemah 1,1% dalam periode tersebut. Pelemahan dolar AS harusnya dapat menjadi faktor yang suportif bagi stabilitas rupiah.
Meski begitu ada catatan penting, di mana pemangkasan suku bunga The Fed yang dipicu oleh resesi AS justru bisa mendorong penguatan dolar AS, seperti yang terjadi pada 2001, 2007 dan 2020. Sebab kondisi resesi meningkatkan permintaan dolar AS sebagai aset safe haven. Karena itu, potensi terjadinya resesi AS bisa menjadi tantangan bagi stabilitas nilai tukar rupiah ke depan, di tengah naiknya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
“Selain itu faktor lain yang dapat mempengaruhi rupiah ke depannya adalah dinamika kondisi domestik, mulai dari inflasi, neraca perdagangan dan kebijakan ekonomi pemerintah baru,” dia mengungkapkan.
Untuk diketahui, potensi resesi AS akhir-akhir ini salah satunya terungkap dalam indikator resesi Sahm Rule. Indikator Resesi Sahm, yang sering disebut Sahm Rule, adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi awal resesi berdasarkan tingkat pengangguran AS. Menurut Laras, Indikator Sahm terpicu di bulan Juli 2024, mencapai level 0,53 poin persentase, setelah tingkat pengangguran AS melonjak ke level 4,3%, yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2021, dan ini menjadi perhatian pasar yang khawatir terhadap risiko resesi.
Meski begitu, yang perlu diperhatikan adalah penyebab naiknya tingkat pengangguran. Pada kondisi resesi, tingkat pengangguran cenderung meningkat karena perusahaan mengurangi jumlah pegawai untuk efisiensi. Namun kondisi saat ini, kenaikan pengangguran lebih disebabkan oleh meningkatnya angkatan kerja (labor force participation), sementara tingkat PHK di AS masih rendah.
“Karena itu kami memandang terpicunya Sahm rule saat ini bersifat semu. Selain itu, berdasarkan konsensus Bloomberg, saat ini probabilitas resesi AS dalam 12 bulan ke depan di level 30%, turun dari probabilitas 50% di awal tahun,” Laras menjelaskan.
Beli Reksadana di Sini
Prospek Pemangkasan BI Rate
Rapat Bank Indonesia bulan Agustus 2024 menegaskan fokus kebijakan pada kuartal III adalah untuk memperkuat stabilisasi rupiah. Sementara pemangkasan suku bunga baru berpotensi terjadi di kuartal IV 2024. Laras menyatakan, pernyataan ini menjadi sinyal kuat bahwa BI belum akan bergerak di bulan September, menantikan pergerakan The Fed.
BI menilai lebih baik untuk bersikap pruden, karena stabilitas rupiah berdampak positif bagi ekonomi dengan menjaga stabilitas harga (dengan mengurangi imported inflation), mendukung sektor manufaktur padat karya dengan porsi impor bahan baku tinggi dan menjaga stabilitas pasar finansial dengan menarik arus dana ke pasar domestik.
“Ke depannya, konsensus pasar memperkirakan BI akan bergerak lebih konservatif dibanding The Fed, dengan The Fed diperkirakan menurunkan suku bunga di kisaran 200 bps atau 2% hingga akhir 2025, sementara BI di kisaran 100 bps atau 1% di periode yang sama,” Laras menambahkan.
Prospek Kinerja Obligasi dan Reksadana
Laras menambahkan di AS, secara historis terdapat dua skenario penyebab suku bunga dipangkas, karena inflasi sudah terkendali, atau merespons kondisi negatif di ekonomi yang membutuhkan dukungan kebijakan moneter seperti kondisi resesi atau krisis. Tapi berbeda di Indonesia, pemangkasan suku bunga BI merupakan sinyal makroekonomi domestik dalam kondisi yang kondusif, biasanya inflasi terkendali atau rupiah stabil.
“Maka dari itu pasar cenderung positif pada periode pemangkasan suku bunga BI. Kalau dilihat secara historis di periode 2011-2020 terdapat empat kali siklus pemangkasan suku bunga, di mana pasar obligasi secara rata-rata mencatat kinerja positif,” dia menjelaskan.
Menurut Laras, obligasi menawarkan potensi capital gain dan elemen stabilitas bagi portofolio investor. Kelas aset obligasi secara historis mencatat kinerja baik dalam periode pemangkasan suku bunga, sehingga dapat menjadi opsi bagi investor untuk mendapatkan potensi capital gain memasuki periode pemangkasan suku bunga global.
Di sisi lain, pasar tidak bergerak dalam garis lurus, selalu saja ada dinamikanya. Karena itu karakter obligasi yang defensif memberikan elemen stabilitas untuk menjaga keseimbangan portofolio investor. Menurut Laras, reksadana obligasi dapat menjadi opsi bagi investor untuk menangkap potensi di pasar obligasi. Sebab, dengan reksadana obligasi investor dapat memiliki eksposur obligasi yang terdiversifikasi di berbagai tenor dan jenis obligasi, serta pengelolaan secara aktif yang dilakukan manajer investasi untuk menyesuaikan strategi portofolio dengan kondisi terkini.
“Di MAMI pengelolaan reksadana obligasi dilakukan secara aktif dengan fokus pada manajemen durasi serta pemilihan efek. Kami juga mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali,” dia mengungkapkan.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.