Bareksa.com - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan mulai memangkas suku bunga acuannya tahun ini. Namun di sisi lain, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) RI 10 tahun justru meningkat di awal tahun ini dari 6,45% menjadi 6,59%. Laras Febriany, Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengatakan meningkatnya imbal hasil SBN merespons data ekonomi AS yang lebih kuat dari ekspektasi.
“Data ketenagakerjaan dan inflasi AS cenderung lebih tinggi dari ekspektasi pasar di awal tahun ini. Data ini memperkuat pandangan bahwa The Fed tidak perlu buru-buru menurunkan suku bunga,” ungkap Laras dalam keterangannya (30/3).
Di sisi lain, kata dia, data ini tidak sesuai dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga secara agresif di 2024. Di awal tahun pasar memperkirakan The Fed dapat memangkas suku bunga 150 basis poin (bps) tahun ini dengan pemangkasan pertama di bulan Maret, lebih agresif dibanding ekspektasi The Fed yang memperkirakan pemangkasan 75bps.
“Merespon kondisi ini, pasar telah menyesuaikan ekspektasinya, di mana estimasi pemangkasan suku bunga pasar turun menjadi 80bps yang lebih selaras dengan ekspektasi The Fed,” kata Laras.
Menurut dia, kondisi pasar global yang fluktuatif di tengah ketidakpastian kebijakan The Fed mempengaruhi selera investasi investor asing. Positifnya, bauran kebijakan Bank Indonesia yang pro-stabilitas dan minat investor domestik yang kuat berhasil menopang pasar obligasi. Di periode Januari hingga Februari investor asing mencatat penjualan bersih Rp5,5 triliun, namun BI membukukan pembelian bersih Rp39 triliun, dan investor individu mencatat pembelian bersih Rp22 triliun.
Permintaan yang kuat di lelang SUN juga menjadi indikasi minat investor yang tetap kuat. Hingga akhir Februari 2024, rata-rata penawaran lelang SUN mencapai Rp58 triliun per lelang, lebih tinggi dari rata-rata penawaran di 2023 Rp44 triliun. “Tingkat imbal hasil yang menarik serta optimisme pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga masih mendukung minat investor domestik terhadap pasar obligasi,” Laras menjelaskan.
Laras menambahkan risiko utama di pasar obligasi apabila terdapat indikasi pemangkasan suku bunga The Fed akan mundur, yang mungkin dipengaruhi oleh data ekonomi AS yang lebih resilien dari ekspektasi. Perubahan ekspektasi pasar bisa menyebabkan volatilitas di pasar. Selain itu faktor geopolitik juga dapat menjadi faktor yang tidak dapat diprediksi, dengan konflik yang masih berlanjut di Timur Tengah dan Ukraina, serta hubungan AS - China yang cenderung tidak stabil.
“Walau kondisi geopolitik ini tidak mempengaruhi ekonomi Indonesia secara langsung, namun eskalasi kondisi dapat mempengaruhi risk appetite investor. Di sisi domestik, perkembangan inflasi dan juga rencana APBN 2025 presiden terpilih baru akan menjadi perhatian pasar,” dia menuturkan.
Laras memandang 2024 sebagai tahun yang potensial bagi pasar obligasi didukung adanya potensi pemangkasan suku bunga. Namun tidak bisa dipungkiri, volatilitas jangka pendek masih dapat terjadi hingga terdapat kejelasan arah kebijakan suku bunga The Fed.
“Karena itu, kami selalu mengelola portofolio secara aktif, bergerak dinamis antara defensif dan agresif untuk membentuk portofolio yang optimal. Strategi portofolio akan disesuaikan berdasarkan tinjauan makroekonomi terkini serta fokus pada manajemen durasi, kas dan pemilihan efek untuk membentuk portofolio yang dapat bergerak dengan lincah,”dia menjelaskan. .
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.