Siasat Jitu Agar Investasi Tetap Cuan Saat Pasar Saham Terkoreksi Tajam
Saat pasar saham terkoreksi tajam, investor bisa alihkan sebagian aset ke reksadana dan emas
Saat pasar saham terkoreksi tajam, investor bisa alihkan sebagian aset ke reksadana dan emas
Bareksa.com - Beberapa hari terakhir, pasar saham mengalami koreksi yang sangat signifikan. Dalam situasi seperti ini, investor dituntut untuk bisa menyiasatinya dengan baik agar tidak terbawa arus koreksi saham.
Berdasarkan data RTI, indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 8,73 persen dalam sepekan terakhir ke level 6.597 pada penutupan perdagangan Jumat (13/5). Penurunan juga terjadi pada tiga indeks utama pasar saham Amerika yang menjadi acuan global, S&P 500, DJIA, dan Nasdaq mengalami penurunan masing-masing sebesar 16 persen, 11 persen, dan 24 persen.
Sebanyak tiga saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ikut menekan IHSG turun. Namun, saham BBCA yang mencatat dampak yang paling minimal, bahkan naik 0,69 persen ke level 7.325, sedangkan BBRI dan TLKM longsor 1,62 persen dan 0,93 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Koreksi harga pada Mei 2022 terjadi karena beberapa alasan. Alasan terbesar adalah keputusan The Fed menerapkan kebijakan hawkish untuk mengendalikan inflasi melalui peningkatan suku bunga acuan secara bertahap serta menerapkan quantitative tightening (QT).
Kebijakan ini membuat tingkat penawaran dan permintaan di pasar jadi rendah, sehingga harga saham menurun. Hasilnya, investor cenderung memilih untuk memindahkan investasi mereka dari saham dan ekuitas ke instrumen tradisional seperti dolar AS, karena dianggap lebih stabil dan tidak spekulatif.
Selain karena kebijakan The Fed, ada beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi koreksi pasar ini. Seperti merebaknya kembali Covid-19 di Tiongkok, serta konflik Rusia - Ukraina yang belum menemui titik terang.
Dalam kondisi yang terjadi saat ini, investor harus bisa menyiasatinya agar tetap bisa mendapatkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Hal terpenting juga, investor tidak boleh bersikap panik dan ikutan menjual aset yang dimilikinya karena takut terkoreksi lebih jauh.
Untuk menyiasatinya, investor harus kembali pada tujuan investasinya. Apabila tujuannya jangka panjang, tentunya tidak perlu terlalu gegabah apabila saham yang dimiliki mengalami fluktuasi asalkan fundamentalnya tetap terjaga.
Bahkan kondisi yang terjadi saat ini, bisa dilakukan untuk mengakumulasi saham yang terkoreksi dan menjualnya ketika sudah memenuhi keuntungan yang diharapkan, atau fundamental saham sudah tidak lagi sesuai dengan perhitungan awal.
Namun bagi investor pemula yang belum memiliki keberanian dan perhitungan akurat untuk langsung berinvestasi di saham, bisa berinvestasi di reksadana. Reksadana dikelola manajer investasi yang bisa menempatkan dana nasabah pada saham yang sudah melalui proses screening yang ketat, sehingga bisa meminimalkan risiko dalam berinvestasi.
Berinvestasi di reksadana juga bisa menjadi sarana diversifikasi aset sehingga tidak terpaku hanya pada saham yang rentan fluktuasi. Ada beberapa aset dasar yang digunakan reksadana, seperti reksadana pasar uang dengan aset produk deposito perbankan atau reksadana pendapatan tetap dengan aset obligasi atau surat berharga negara.
Produk reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dari saham, namun keuntungannya bisa lebih tinggi dari sekedar menabung di bank. Kedua produk ini bisa menjadi alternatif sebagai produk investasi jangka pendek karena juga memiliki keuntungan lain, yakni mudah dicairkan.
Dengan begitu, bisa dikatakan apapun profil risiko investasi kamu, bisa dipertimbangkan untuk selalu berinvestasi di reksadana sebagai langkah diversifikasi dari risiko fluktuasi pasar, agar investasi tetap cuan.
Sedangkan bagi investor yang ingin mencoba peruntungan lain, bisa mencoba investasi emas. Sebab pergerakan emas agak unik, yakni cenderung menguat di tengah terjadinya konflik geopolitik, krisis ataupun resesi. Padahal, pada saat itu, saham mengalami koreksi.
Harga emas juga mengalami peningkatan ketika nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap rupiah. Dengan dasar itu, emas diburu investor ketika terjadi kekacauan atau kondisi global yang tidak stabil. Dasar inilah yang menyebabkan emas dinilai sebagai salah satu instrumen safe haven.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.