Bareksa.com - Mengakhiri perdagangan bulan kedua di 2021, bursa saham Tanah Air cenderung bergerak di zona hijau sepanjang Februari. Meskipun di hari perdagangan terakhirnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan, namun secara sebulan penuh IHSG masih mencatatkan kenaikan.

Sebagai informasi, sepanjang bulan lalu IHSG mengakumulasi kenaikan 6,47 persen ke level 6.241,8 per 26 Februari 2021. Capaian tersebut sukses membuat IHSG “balas dendam” atas kinerja negatif bulan sebelumnya di mana IHSG turun 1,95 persen. Alhasil, jika dilihat sejak awal tahun, IHSG mencatatkan kenaikan 4,39 persen year to date (YtD).

Sentimen yang mewarnai perdagangan di Februari cukup beragam, di mana dari global, pelaku pasar mengapresiasi komitmen Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menerapkan kebijakan stimulus senilai US$1,9 triliun. Kenaikan harga komoditas dunia dinilai menjadi faktor penggerak IHSG lainnya.

Adapun dari domestik, surplus neraca perdagangan Indonesia yang direspon positif oleh pelaku pasar, begitu juga dengan stabilitas nilai tukar rupiah. PMI Manufaktur Indonesia pun menunjukkan kinerja yang semakin ekspansif. Di sisi lain, penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 bps ke level 3,5 persen turut mengerek IHSG sepanjang Februari.

Proses vaksinasi masal yang berjalan baik di luar negeri maupun domestik juga memberikan kepercayaan pada pelaku pasar bahwa ekspektasi pemulihan ekonomi akan berlangsung lancar pada tahun ini.

Mayoritas Reksadana Terapresiasi

Kondisi IHSG yang mengalami penguatan pada bulan lalu, membuat mayoritas kinerja reksadana saham ikut mengalami kenaikan, terutama reksadana berbasis saham.

Sumber: Bareksa

Berdasarkana data Bareksa, indeks reksadana saham mencatatkan kinerja paling positif pada bulan lalu dengan terapresiasi 1,07 persen, disusul indeks reksadana pasar uang yang menguat 0,23 persen, serta indeks reksadana campuran (yang juga punya alokasi pada instrumen saham) dengan kenaikan tipis 0,06 persen.

Sementara itu, indeks reksadana pendapatan tetap justru mencatatkan kinerja negatif dengan penurunan 1,42 persen dikarenakan yield SUN tenor 10 tahun yang bergerak naik 36 basis poin (0,36 persen) sepanjang bulan lalu.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/Arief Budiman/AM)

​***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.