Bareksa Insight : Pasar Cemas Gelombang Demonstrasi di China, Ini Dampaknya ke Reksadana
Demonstrasi di China akibat masyarakat setempat merasa lelah dengan kebijakan zero covid policy yang mengganggu kegiatan bisnis dan sosial mereka
Demonstrasi di China akibat masyarakat setempat merasa lelah dengan kebijakan zero covid policy yang mengganggu kegiatan bisnis dan sosial mereka
Bareksa.com - Para pelaku pasar tengah menanti perkembangan aksi demonstrasi yang terjadi di China, akibat masyarakat setempat merasa lelah dengan kebijakan zero covid policy yang mengganggu kegiatan bisnis dan sosial mereka.
Menurut Tim Analis Bareksa, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Sehingga jika ekonomi Negeri Panda terganggu, maka akan berdampak ke perekonomian dalam negeri ke depannya, terutama untuk komoditas ekspor andalan Indonesia. Hal ini akan jadi sentimen kurang baik bagi pasar saham, serta reksadana berbasis saham.
Baca juga : Bareksa Insight : Potensi Pasar Menguat di Desember, Cuan Reksadana Ini akan Melambung
Promo Terbaru di Bareksa
Selain itu, pelaku pasar juga masih menunggu pidato Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) pekan ini yang diekspektasikan akan membuat pernyataan yang cukup solid bagi investor. Pasar berharap ke depannya kenaikan suku bunga acuan AS tidak akan seagresif sebelumnya.
Hal ini diproyeksikan akan membuat pergerakan yield (imbal hasil) acuan obligasi dan mayoritas reksadana pendapatan tetap cenderung mendatar dengan penguatan terbatas.
Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (28/11/2022) melemah 0,51% ke level 7.017,36. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 28/11/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Defisit APBN RI Lebih Rendah dari Proyeksi, Topang Cuan Reksadana Ini
Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?
Mempertimbangkan gelombang aksi demonstrasi di China yang bisa berdampak ke perekonomian Negeri Panda dan akhirnya berefek ke Indonesia, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 2 jurus ini agar kinerja investasinya maksimal :
1. Kinerja reksadana indeks dan reksadana saham hari ini diperkirakan masih akan bergerak melemah akibat sentimen ketegangan di China menyusul gelombang aksi demonstrasi warga setempat. Smart Investor bisa melakukan akumulasi investasi secara bertahap, jika IHSG berada di bawah level 7.000 dengan target jangka pendek di level 7.200 - 7.300.
2. Smart Investor dapat tetap berinvestasi di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, hingga ada pelemahan yield acuan Obligasi Negara ke level 7,3%.
Simak juga : Bareksa Insight : Laju Kenaikan Bunga Acuan AS Bisa Melambat, Cuan Reksadana Ini Melompat
Beberapa produk reksadana saham, reksadana indeks reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko agresif, moderat dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 28 November 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 16,23
Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A : 17,39%
Reksadana Pasar Uang
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 16,46%
Syailendra Dana Kas : 14,64%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 28 November 2022)
Reksadana Indeks
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 17,54%
BNP Paribas Sri Kehati : 17,44%
Reksadana Saham
Schroder Dana Prestasi Plus : 14,55%
Mandiri Investa Cerdas Bangsa : 8,81%
Baca juga : Bareksa Insight : Ekonomi AS di Kuartal III Membaik, Ini Dampak ke IHSG, SBN dan Reksadana
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.