Indeks Saham Longsor Jelang Tutup Kuartal I, Apa Strategi Bagi Investor Reksadana?
Pada perdagangan kemarin. IHSG ditutup anjlok 1,55 persen ke level 6.071
Pada perdagangan kemarin. IHSG ditutup anjlok 1,55 persen ke level 6.071
Bareksa.com - Menjelang berakhirnya kuartal pertama tahun ini, bursa saham Tanah Air terlihat mengalami tekanan cukup parah pada perdagangan kemarin. Selasa (30/3/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,55 persen ke level 6.071,44.
Investor asing juga tampak masif melakukan aksi jual pada perdagangan kemarin yang tercermin dari aksi jual bersih (net foreign sell) senilai Rp328,36 miliar di pasar reguler.
Pelemahan IHSG cukup disayangkan mengingat mayoritas bursa saham Asia justru berhasil menghijau, seperti Indeks Nikkei (Tokyo) menguat 0,16 persen, kemudian Indeks Hang Seng (Hong Kong) melaju 0,88 persen, Indeks Shanghai (China) bertambah 0,62 persen dan Indeks Straits Times (Singapura) terapresiasi 0,69 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa, Laksono Widodo, selain karena sentimen negatif badai margin call di bursa saham Amerika Serikat, tekanan bursa saham juga datang dari dalam negeri, yakni kebijakan manajemen BPJS Ketenagakerjaan yang akan mengurangi porsi investasi di saham dan reksadana.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan rencana pengurangan investasi tersebut dalam rapat dengar pendapat bersama Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Komisi IX DPR. Langkah ini dilakukan dalam rangka asset matching liabilities (ALMA) Jaminan Hari Tua (JHT). Ada tiga strategi yang disampaikan BP Jamsostek.
"Pertama, strategi investasi dengan melakukan perubahan dari saham dan reksadana ke obligasi dan investasi langsung sehingga bobot instrumen saham dan reksadana semakin kecil," jelas Anggoro, Selasa (30/3/2021) seperti dilansir CNBC Indonesia.
Kedua, melakukan koordinasi intensif terutama dengan emiten yang memiliki kontribusi unrealized loss dalam portofolio saham untuk mengetahui strategi emiten.
Ketiga, menerapkan metode hasil pengembangan yang meperhatikan kesehatan keuangan dengan tetap memastikan hasil pengembangan di atas suku bunga yang jamin Undang-Undang.
Apa yang harus dilakukan terhadap reksadana saham?
Kondis penurunan IHSG yang cukup dalam pada perdagangan kemarin mungkin membuat sebagian investor mulai panik dan bertanya “Apa yang harus saya lakukan terhadap investasi saya pada reksadana saham?”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu dijawab terlebih dahulu pertanyaan berikut, apakah kita berinvestasi di reksadana saham untuk jangka pendek atau jangka panjang?
Jika ternyata untuk jangka pendek dan kamu ingin cut loss saat ini, maka kamu melakukannya di saat harga-harga saham secara umum sedang tertekan dan undervalued.
Padahal secara umum kondisi keuangan perusahaan dan ekonomi pada tahun ini diperkirakan mengalami pemulihan akibat dampak pandemi pada tahun lalu dan jika permasalahan tersebut selesai, maka harga-harga saham akan kembali naik mendekati harga wajarnya.
Tetaplah bertahan jika tidak membutuhkan dana untuk keadaan darurat. Jika kamu adalah investor jangka panjang disarankan untuk tetap tenang, jangan panik. Sejarah membuktikan bahwa pasar keuangan selalu membaik atau recovery secara signifikan setelah selesai mengalami tekanan harga di titik terendahnya.
Pasar modal kita telah melalui tekanan harga antara lain krisis moneter tahun 1997-1998, krisis keuangan global tahun 2008, dan krisis akibat membengkaknya current account deficit (CAD) negara di tahun 2013, setelah krisis-krisis tersebut pasar kembali membaik.
Tetaplah Berinvestasi Secara Rutin
Bagi kamu yang memiliki profil risiko tinggi atau agresif, kamu bisa memanfaatkan situasi ini dengan menambah jumlah investasi di reksadana saham secara berkala yang dikenal dengan istilah “averaging down". Sebab rena penurunan saat ini justru bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menambah posisi di harga yang lebih rendah.
Namun jika profil risiko kamu adalah konservatif, kamu bisa memilih reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap yang risiko investasinya lebih rendah dibandingkan dengan reksadana saham.
Jadi intinya, tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan kamu di masa depan. Apapun pilihan instrumen investasi kamu, selalu sesuaikan dengan profil risiko kamu ya!
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.