IHSG Bangkit, Reksadana Berbasis Saham Dominasi Juara Return Harian
Indeks Harga Saham Gabungan ditutup menguat 1,46 persen ke level 4.531 kemarin
Indeks Harga Saham Gabungan ditutup menguat 1,46 persen ke level 4.531 kemarin
Bareksa.com - Setelah megalami fluktuasi yang tinggi dengan mondar mandir dari zona merah ke zona hijau, bursa saham Tanah Air akhirnya mampu berakhir dengan positif. Pada Kamis (02/04/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,46 persen ke level 4.531,69.
Stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah, serta proyeksi kontraksi ekonomi Indonesia membuat IHSG bergerak bak roller coaster.
Pandemi virus corona (COVID-19) mulai menunjukkan dampak nyata di sektor riil. Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (01/04/2020) melaporkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tercatat 885.067 di bulan Februari, anjlok 30,42 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan 28,85 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019.
Promo Terbaru di Bareksa
COVID-19 juga sudah menggerogoti sektor manufaktur RI, yang aktivitasnya mengalami kontraksi di bulan Maret.
Aktivitas industri dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur, yang menggambarkan pembelian bahan baku/penolong dan barang modal yang akan digunakan untuk proses produksi pada masa mendatang. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal, di atas 50 berarti industri sedang ekspansif sementara di bawah 50 artinya kontraktif alias mengkerut.
IHS Markit melaporkan PMI Indonesia Maret 2020 adalah 45,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 51,9 sekaligus menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada April 2011. Hal ini menandakan sektor manufaktur Indonesia sudah mulai menurunkan hingga menghentikan produksinya.
Kondisi seperti ini masih akan berlangsung setidaknya dua bulan ke depan mengingat puncak pandemi COVID-19 di Indonesia diperkirakan pada April dan Mei.
Saat sektor manufaktur terpukul, perekonomian juga akan merosot mengingat sektor indusri berkontribusi nyaris 20 persen dari struktur produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati mengatakan ada 2 skenario dampak COVID-19 ke perekonomian, yakni berat dan sangat berat. Dalam skenario berat, PDB diprediksi tumbuh 2,3 persen, sementara skenario sangat berat pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa minus 0,4 persen.
Meski demikian, pelaku pasar juga masih melihat stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah guna memerangi COVID-19.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (31/03/2020) mengumumkan stimulus senilai Rp405,1 triliun yang akan digunakan untuk dana kesehatan Rp75 triliun, jaring pengaman sosial atau social safety net (SSN) Rp110 triliun, insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat Rp70,1 triliun. Termasuk Rp150 triliun yang dialokasikan untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional.
Dengan stimulus tersebut, plus stimulus moneter dari Bank Indonesia (BI) harapannya pandemi COVID-19 bisa segera diatasi dan perekonomian bisa segera bangkit. Stimulus tersebut akan tertuang pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu No 1/2020).
Perppu No 1/2020 memberi mandat kepada pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan, bahkan di luar rambu aturan perundang-undangan. Misalnya pemerintah diperkenankan memperlebar defisit anggaran di atas 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Atau BI dipersilakan masuk ke lelang Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana.
Dengan gelontoran stimulus fiskal oleh pemerintah defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 bisa mencapai 5,07 persen dari PDB. Moody's Investors Service menilai kebijakan pemerintah menaikkan defisit APBN terhadap PDB menjadi 5,07 persen dapat mempertahankan kepercayaan investor terhadap pemerintah.
Reksadana Berbasis Saham Dominasi Return Harian
Kondisi IHSG yang berakhir di zona hijau dengan penguatan cukup signifikan pada perdagangan kemarin, turut memberikan sentimen positif terhadap kinerja reksadana, terutama yang berbasiskan saham dalam portofolionya.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan reksadana yang dijual di Bareksa, delapan dari sepuluh besar reksadana dengan return harian tertinggi ditempati oleh produk reksadana saham, sementara dua produk lainnya dihuni oleh produk reksadana campuran.
Kondisi tersebut menandakan jenis reksa dana saham merupakan jenis reksadana yang paling atraktif dan mampu memberikan keuntungan tinggi saat kondisi pasar saham positif, meskipun memiliki risiko yang paling besar dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana saham adalah jenis reksa dana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas atau saham. Karena mayoritas portofolionya ada di efek saham, maka sifat dan pergerakan reksa dana ini mirip dengan sifat dan pergerakan saham.
Reksadana saham ini memiliki fluktuasi tinggi, artinya bisa naik dan turun dalam jangka waktu cepat. Akan tetapi, dalam jangka waktu panjang, reksadana jenis ini berpotensi tumbuh lebih tinggi dibandingkan jenis produk lain.
Tujuan investasi reksadana saham adalah untuk pertumbuhan harga saham atau unit dalam jangka panjang. Risikonya relatif lebih tinggi dari reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap, tetapi memiliki potensi tingkat pengembalian yang paling tinggi (high risk high return).
Maka itu, investasi di reksadana saham cocok untuk investasi jangka panjang, di atas 5 tahun. Contoh tujuan keuangan jangka panjang adalah untuk pendidikan anak, liburan ke luar negeri, atau persiapan dana pensiun.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.