IHSG Diprediksi Kembali Melemah Pekan Ini, Begini Prospek Kinerja Reksadana
Pelemahan IHSG akibat wabah virus Covid-19 ini sudah terjadi sejak 24 Januari 2020
Pelemahan IHSG akibat wabah virus Covid-19 ini sudah terjadi sejak 24 Januari 2020
Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini diprediksi melemah. Sentimen dari makin meluasnya wabah virus Covid-19 di dunia dan Indonesia menjadi faktor pelemahan tersebut.
Pelemahan IHSG akibat wabah virus Covid-19 ini sudah terjadi sejak 24 Januari 2020. Pada saat itu, IHSG masih bertengger di level 6.244,11. Namun dua bulan kemudian, yakni pada 23 Maret 2020, IHSG terjun bebas ke level 3.989,52.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 27 Maret 2020, IHSG baru mulai merangkak lagi ke level 4.545,57.
Promo Terbaru di Bareksa
Pergerakan IHSG
Sumber : Bareksa
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai IHSG pada pekan ini akan terkoreksi pada awal pekan dan akan mengalami penguatan pada perdagangan Kamis dan Jumat. Namun secara keseluruhan, dia melihat IHSG akan bergerakan melemah dengan level support pada 3.911-4.100 dan resistance di level 4.697-4.937.
Dia mengungkapkan, sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG tersebut adalah adanya fluktuasi yang cukup tinggi di pasar modal akibat meningkatnya wabah virus COVID-19 di beberapa negara. Terlebih lagi, adanya langkah lockdown yang diberlakukan beberapa negara untuk menghentikan penyebaran virus yang menyebabkan perekonomian negara tersebut terpukul diiring dengan penurunan harga saham.
Namun, di saat seperti ini, Hans menilai investor bisa mengkoleksi beberapa saham yang memiliki valuasi yang menarik. "Ketika terjadi koreksi di pasar, investor bisa melakukan akumulasi beli," ujarnya.
Analis Senior PT Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan berpendapat IHSG pekan ini akan cenderung melemah dengan level support di 4.200-4.750 dan resistance di level 4.300-4.400. Adanya aksi profit taking menyebabkan pelemahan tersebut.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga melihat IHSG akan bergerak melemah di level 4.200-4.650. Penyebaran COVID-19 di Indonesia yang sudah menjangkiti 1.000 orang dan Amerika Serikat yang mencatatkan korban tertinggi menjadi penyebab pelemahan tersebut.
Pada saat seperti ini, investor sebaiknya bisa melihat momentum untuk melakukan buy and hold. Apabila ingin melakukan aksi beli, investor bisa mencermati saham di sektor konsumer seperti saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Kemudian saham di sektor perbankan seperti saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan saham di sektor konstruksi, yakni saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).
Kemudian, Analis PT Philip Sekuritas Anugerah Zamzami melihat IHSG masih akan tertekan pada pekan ini, seiring dengan penyebaran virus corona di Indonesia yang baru memasuki fase awal. Sementara dari sisi eksternal, sentimen yang mempengaruhi IHSG adalah data inflasi AS, initial jobless claims, dan tingkat pengangguran. Data ini menjadi rujukan investor untuk melihat ketahanan ekonomi AS di tengah lonjakan wabah virus corona. Dengan semua sentimen tersebut, IHSG akan bergerak di level support 3.900-4.170 dan resistance di level 4.880.
Pada kondisi seperti saat ini, Zamzami merekomendasikan investor untuk secara perlahan mengkoleksi saham-saham berkapitalisasi besar di sektor konsumsi dan telekomunikasi. Adapun sahamnya adalah PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dengan target harga Rp 1.700, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dengan target harga Rp49.000, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan target harga Rp 7.400, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan target harga Rp10.700, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan target harga Rp7.600-8.000 dan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga Rp3.300-3.500.
Pelemahan IHSG tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi produk reksadana saham. Namun demikian, dari 73 reksadana saham yang tercatat di Bareksa, semuanya mencatatkan imbal hasil yang positif untuk tenor 1 minggu.
Bahkan tiga di antaranya membukukan imbal hasil di atas 13 persen untuk tenor satu pekan. Adapun ketiga reksadana saham tersebut adalah Shinhan Equity Growth dari PT Shinhan Asset Management Indonesia, BNP Paribas Solaris dari PT BNP Paribas Asset Management dan MNC Dana Syariah Ekuitas dari PT MNC Asset Management.
Return 3 Reksadana Saham
Sumber : Bareksa
Sesuai namanya, reksadana saham adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas atau saham. Karena mayoritas portofolionya ada di efek saham, maka sifat dan pergerakan reksadana ini mirip dengan sifat dan pergerakan saham.
Reksadana saham ini memiliki fluktuasi tinggi, artinya bisa naik dan turun dalam jangka waktu cepat. Akan tetapi, dalam jangka waktu panjang, reksadana jenis ini berpotensi tumbuh lebih tinggi dibandingkan jenis produk lain.
Tujuan investasi reksadana saham adalah untuk pertumbuhan harga saham atau unit dalam jangka panjang. Risikonya relatif lebih tinggi dari reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap, tetapi memiliki potensi tingkat pengembalian yang paling tinggi (high risk high return).
Maka itu, investasi di reksadana saham cocok untuk investasi jangka panjang, di atas 5 tahun. Contoh tujuan keuangan jangka panjang adalah untuk pendidikan anak, liburan ke luar negeri, atau persiapan dana pensiun.
Mengingat sifatnya yang high risk high return, tentu saja jenis reksadana ini cocok untuk investor yang memiliki profil risiko tinggi atau agresif. Pemilik profil risiko agresif sangat siap untung dan juga siap rugi (risk taker). Orang dengan profil risiko agresif siap kehilangan sebagian besar bahkan seluruh dana investasinya demi imbal hasil yang besar.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.