Pekan Keempat Februari 2020 Pasar Saham Ambyar, Bagaimana Reksadana Saham?
IHSG anjlok hingga 7,3 persen ke level 5.452 sepanjang periode 24 - 28 Februari 2020
IHSG anjlok hingga 7,3 persen ke level 5.452 sepanjang periode 24 - 28 Februari 2020
Bareksa.com - Menutup pekan terakhir di bulan Februari 2020, bursa saham domestik mengalami tekanan yang tak terelakkan. Dalam periode 24 - 28 Februari 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak sekalipun merasakan zona hijau, alhasil jika diakumulasi IHSG anjlok hingga 7,3 persen ke level 5.452,7.
Khawatir dan panik adalah dua kata yang menggambarkan psikologis pelaku pasar pada pekan lalu. Bursa saham global anjlok signifikan setelah di awal pekan terjadi lonjakan kasus baru virus corona yang terjadi di luar China.
Korea Selatan, Italia dan Iran menjadi tiga negara yang melaporkan pertambahan jumlah kasus infeksi COVID-19 secara signifikan dan untuk pertama kalinya mengungguli jumlah kasus baru yang dilaporkan di China.
Promo Terbaru di Bareksa
Bertambahnya jumlah kasus baru secara signifikan di luar China serta merembetnya infeksi ke lebih dari 50 negara menjadi ancaman serius bagi perekonomian global. Adanya risiko tersebut membuat investor memilih risk averse mode dan beralih ke aset-aset safe haven.
Tekanan jual yang terjadi di pasar saham global juga menjalar ke bursa saham kawasan Asia. Layaknya infeksi yang menular dengan cepat, Wall Street yang terus ditutup anjlok dalam sepekan juga menjangkit pasar saham benua kuning.
Meskipun Indonesia belum melaporkan adanya satu kasus pun, bukan berarti RI kebal dari dampak perekonomian yang ditimbulkan oleh patogen yang satu ini. Pasalnya yang terjangkit paling banyak adalah China sebagai negara dengan perekonomian paling besar kedua di dunia.
Anjloknya IHSG secara signifikan ini direspons oleh berbagai pihak. Menteri Keuangan Sri Mulyani juga memberikan tanggapan terkait anjloknya bursa saham Tanah Air.
"Pemerintah bersama KSSK (Komite Stabilitas Sektor Keuangan) terus mengikuti pergerakan pasar saham dan keuangan di dalam negeri dan di tingkat global. Pergerakan cukup signifikan di pasar keuangan global dipicu oleh perkembangan meluasnya penularan virus corona," kata Sri Mulyani, Jumat (28/2/2020) seperti dilansir CNBC Indonesia.
Tanggapan lain juga disampaikan oleh ketua dewan komisioner OJK Wimboh Santoso. Melalui pernyataanya, Wimboh menghimbau investor saham tanah air untuk tetap tenang merespons wabah corona yang menimbulkan gejolak pada pasar saham global
"Tenang aja kita sudah punya protokolnya, ya kalau udah melebihi threshold turunnya ya itu ada beberapa yang bisa kita lakukan. Kita bisa membolehkan buyback [pembelian kembali saham]," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, di Kompleks Kepresidenan, Jakarta, Jumat (28/2/2020).
Reksadana Saham Ambyar
Kondisi bursa saham yang mengalami tekanan berat sepanjang pekan lalu, turut memberikan sentimen negatif bagi kinerja reksadana saham yang memang menempatkan mayoritas dana portofolionya dalam aset tersebut.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham tercatat anjlok 5,94 persen sepanjang pekan lalu, kemudian disusul oleh indeks reksadana campuran yang ambrol 3,6 persen.
Berikutnya indeks reksadana pendapatan tetap juga terpangkas 1,15 persen, hanya indeks reksadana pasar uang yang menguat 0,05 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.