BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Dana Kelolaan Industri Reksadana Diprediksi Tumbuh 12 Persen di 2019

Bareksa14 Februari 2019
Tags:
Dana Kelolaan Industri Reksadana Diprediksi Tumbuh 12 Persen di 2019
Edward Lubis, Direktur Utama PT Bahana TCW Investment Management

Reksadana terproteksi, pasar uang dan tetap akan mendominasi pada semester pertama tahun 2019

Bareksa.com - Asosiasi Manajer Investasi Indonesia menargetkan pertumbuhan dana kelolaan /asset under management (AUM) industri reksadana tahun ini bisa bertumbuh 12 persen. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi dan pasar modal Indonesia yang lebih baik tahun ini.

Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Edward Lubis menjelaskan reksadana pendapatan tetap, reksadana terproteksi dan reksadana pasar uang akan mendominasi dana kelolaan industri reksadana pada paruh pertama tahun 2019.

"Kami masih melihat investor dalam kondisi wait and see sambil menunggu pelaksanaan pemilu, sehingga paruh pertama masih didominasi reksadana pendapatan tetap, terproteksi dan pasar uang," ujar dia melalui pesan singkat kepada Bareksa, Rabu (14/2).

Promo Terbaru di Bareksa

Setelah pelaksanaan pemilihan umum, menurut Edward investor baru berani masuk ke pasar modal. Sehingga, reksadana saham baru akan dilirik pada paruh kedua tahun 2019.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, total AUM industri reksadana sampai Desember 2018 mencapai Rp507,26 triliun, atau meningkat 11 persen dibandingkan periode Desember 2017 yang mencapai Rp456,95 triliun.

Dilihat dari jenis reksadana, reksadana saham mendominasi dana kelolaan industri reksadana dengan market share 28,35 persen atau sebesar Rp143,81 triliun. Market share ini meningkat signifikan dibandingkan pada periode Desember 2017 yang baru mencapai 26,45 persen atau Rp120,85 triliun.

Peningkatan signifikan juga terjadi pada reksadana terproteksi yang melesat ke angka Rp141,41 triliun pada Desember 2018 dengan market share 27,88 persen. Sebelumnya, pada Desember 2017, reksadana terproteksi baru memiliki market share 24,53 persen atau Rp112,07 triliun.

Hal berbeda justru dicatatkan reksadana fixed income, dana kelolaan reksadana menurun ke angka Rp101,6 triliun atau mencatat market share 20,03 persen. Penurunan dana kelolaan ini seiring dengan berpindahnya investor ke reksadana terproteksi dan reksadana saham.

Pada Desember 2017 lalu, reksadana fixed income masih sempat mencatat market share 23,46 persen atau senilai Rp107,19 triliun.

Market Share Reksadana

Illustration

Ekonomi Global

Portofolio Manager PT Mandiri Manajer Investasi Aldo Perkasa mengatakan kondisi ekonomi global saat ini memang menunjukkan perlambatan, ditandai oleh data perekonomian yang melambat di China dan Eropa.

"Namun itu sudah masuk benak investor dalam pengambilan keputusan," kata dia.

Terlebih lagi, kejadian yang terjadi di tahun 2018, saat banyak arus modal mengalir ke Amerika Serikat akibat tax cut policy, dampaknya tidak akan terjadi lagi tahun ini.

"Impact tax cut policy tidak akan lama, growth ekonomi Amerika Serikat akan kembali normal di kisaran 2-2,5 persen," papar dia.

Ditambah lagi, kebijakan The Fed yang akan lebih dovish dengan tidak menaikkan suku bunga acuan sekencang tahun lalu. Hal ini tentunya akan berdampak positif ke pasar emerging yang tahun lalu sudah dihajar habis-habisan.

"Memasuki 2019, kondisi emerging market akan mulai normal setelah 2018 lalu dihajar habis-habisan," papar dia.

Sedangkan untuk Indonesia, meski tidak menjadi spot light investor asing, namun adanya potensi shift of expectation bisa membuat Indonesia mendapatkan manfaat dari hal tersebut. Hal ini dikarenakan imbal hasil obligasi di Indonesia cukup tinggi, sehingga dinilai tetap menarik bagi investor.

Namun memang dalam menangkap peluang tersebut, Indonesia masih harus menghadapi sejumlah tantangan global, antara lain pertumbuhan ekonomi dunia yang diprediksi melandai. IMF memangkas proyeksi pertumbuhan PDB dua kali, dari dari 3,9 persen menjadi 3,7 persen dan akhirnya 3,5 persen di 2019. Ditambah lagi belum meredanya ketegangan perang dagang AS-China yang akan berdampak bagi pasar keuangan global.

Pelaku Industri

Sejumlah pelaku industri juga memandang positif kondisi industri ekonomi dan industri reksadana tahun ini. Direktur Pemasaran dan Produk Mandiri Manajemen Investasi Endang Astharanti mengatakan, pihaknya menargetkan dana kelolaan di angka Rp60 triliun tahun ini, meningkat dibandingkan 2018 yang mencapai Rp48,2 triliun.

Untuk mencapai target tersebut, perseroan akan lebih banyak mengembangkan reksadana saham dan pendapatan tetap. Namun reksadana terproteksi akan tetap dikembangkan, namun tidak akan semasif tahun lalu.

Kemudian, pihaknya juga akan menambah produk alternatif investasi untuk diversifikasi dan juga karena permintaan masih ada. "Kami tawarkan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dan Reksadana Penyertaan Terbatas. Kira-kira kuartal II 2019 akan kami keluarkan, sekarang masih tahap pengembangan," kata dia.

Lebih lanjut, PT Bahana TCW Investment Management mengincar total AUM yang meliputi reksa dana dan kontrak pengelolaan dana Rp50 triliun. Target tersebut setara dengan kenaikan 4,23 persen dibandingkan realisasi AUM Rp47,97 triliun pada 2018.

Edward Lubis yang juga merupakan Presiden Direktur Bahana TCW Investment mengatakan untuk mendorong pencapaian total AUM Rp50 triliun pada akhir 2019, pihaknya akan menambah produk reksa dana penyertaan terbatas dan produk exchange traded fund berbasis indeks.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua