Dirut Sucor Asset, Jemmy Paul : IHSG Bisa Tembus 7.000 Hingga Bidik 10 Besar MI
Saat ini tiga produk Sucorinvest masuk 10 besar reksadana pemberi return tertinggi
Saat ini tiga produk Sucorinvest masuk 10 besar reksadana pemberi return tertinggi
Bareksa.com – Nama PT Sucorinvest Asset Management tengah mencuat di daftar manajer investasi Tanah Air. Bukan karena nilai dana kelolaan atau asset under management (AUM), melainkan beberapa produknya yang tampil memukau.
Sebut saja Sucorinvest Sharia Equity Fund, Sucorinvest Equity Fund, dan Sucorinvest Maxi Fund. Tiga produk Sucorinvest itu masuk dalam deretan 10 besar reksadana pemberi return terbesar secara year to date di tahun 2019 ini.
Manajer investasi dengan AUM Rp7,1 triliun per Juni 2019 ini terus berkomitmen untuk memberikan produk-produk yang menguntungkan bagi para investor.
Promo Terbaru di Bareksa
Meski tak banyak merilis produk baru, Sucorinvest tengah berfokus memperluas jaringan distribusi dengan pendekatan digital kepada para investor milenial tanpa melupakan para investor besarnya.
Itulah kutipan wawancara Bareksa dengan Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana di sela kesibukannya, pekan lalu. Jemmy yang menjadi pucuk pimpinan Sucorinvest sejak 2018 itu juga memaparkan bagaiman tren industri reksadana di semester II 2019 hingga keinginannya membawa Sucorinvest masuk deretan 10 besar manajer investasi dengan AUM terbesar.
Untuk mengetahui lebih lanjut berikut hasil wawancara Issa Almawadi dan Abdul Malik dari Bareksa dengan Jemmy di Jakarta pekan lalu :
Performa beberapa produk Sucorinvest sedang bagus, apa rahasianya?
Kami jarang memperhatikan performa setiap minggu dan selalu mengambil keputusan dengan jangka waktu 1-2 tahun ke depan. Jadi tidak hanya trading.
Apalagi equity fund yang punya AUM sudah Rp1,2 triliun. Harusnya sih tidak bisa lagi untuk trading misalnya satu hari, seminggu, sebulan. Jadi, saya tidak tahu penyebabnya, tapi yang jelas saham-sahamnya sedang naik. Mungkin itu bisa dilihat top 5 ada saham apa saja.
Ada anggapan bahwa kinerja reksadana Sucor kembali berjaya, bagaimana tanggapan Anda?
Kata “Kembali” agak lucu. Sebab tahun lalu semua fund kami top 20, target masuk top 20 juga. Cara lihatnya tidak bisa satu minggu atau satu bulan. Ini kan reksadana saham. Kalau reksadana pasar uang bolehlah lihat satu minggu, satu bulan. Reksadana saham kan minimum 3 tahun.
Tapi kami konsisten. Semenjak pasar modal berdiri, tidak ada reksadana saham yang performanya bagus 4-5 tahun secara beruruntun. Paling tahan lama 2-3 tahun. Jadi kami usahakan setiap tahun perform. Bicara reksadana saham, memang benar 6-9 bulan bisa jelek, tapi tahunan bagus.
Bagaimana proyeksi di semester II 2019?
Tahun ini kamis optimistis. Tapi memang benar masih tahun obligasi karena obligasi kita sudah lumayan banyak naik 10-15 persen rata-rata ditambah kupon, jadi returnnya tinggi sekali. Ini Bicara Surat Utang Negara (SUN). Bahkan obligasi korporasi juga rally lumayan karena ada inflow asing.
Sebenarnya, tahun ini memang tahunnya didominasi oleh kenaikan harga obligasi, tapi cukup optimistis diikuti kenaikan saham. Seandainya secara valuasi obligasi sudah cukup tinggi, mungkin orang akan balik lagi ke saham. Kami sih target Indeks Harga Saham Gabugan (IHSG) bisa tembus 7.000 akhir tahun ini. Jadi masih ada upsize 10 persen sampai akhir tahun. Investasi saham masih menarik.
Target IHSG 7.000 bisa dapat?
Kami awal tahun 6.900 sekarang jadi 7.000 karena kami optimistis.
Sektor mana yang akan mendorong kinerja IHSG?
Kami harapkan dari sektor finansial, khususnya banking. Kemudian telekomunikasi yang mulai membaik, sisanya manufaktur dan aneka industri.
Pertimbangannya apa saja sehingga Sucor merevisi naik target IHSG tahun ini?
Pertama, cost of fund perbankan turun karena surat utang naik yield turun seiring penurunan suku bunga BI. Lalu ada spekulasi tahun depan pajak korporasi turun, jadi price earning naik laba bersih emiten naik. Sampai akhir tahun semua orang yakin. Lalu inflow asing karena rupiah mulai stabil cenderung menguat. Investor Indonesia yang berinvestasi di luar negeri akan menarik dananya balik.
Bagaimana ekspektasi terhadap suku bunga BI?
Kami expect turun 20-25 bps. Paling nggak minimum turun 0,25 persen.
Secara global gambarannya seperti apa dengan proyeksi tadi?
Lebih kepada tren yield global yang sedang turun, sehingga emerging market sedang kelimpahan duit karena develop market yield sudah banyak yang tidak menarik. Jadi orang akan mulai cari investasi di emerging market salah satunya Indonesia karena pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) masih baik.
Bagaimana kinerja AUM Sucorinvest, berapa target tahun ini?
Sekarang mungkin sudah Rp7,6 triliun. Naik cukup banyak sejak awal tahun. Jadi naik sekitar mungkin 25 persen. Kami expect akhir tahun Rp10 triliun atau naik 60-70 persen. Banyak kenaikan terutama di money market.
Awal tahun money market fund kami kelola Rp1,3 triliun sekarang sudah Rp2,6 triliun. Expect masih naik Rp500 miliar sampai Rp1 triliun lagi hingga akhir tahun karena yield masih bagus dan orang sudah percaya. Didorong bank sebagai investor, ritel melalui wealth management, institusi juga lumayan yang besar-besar.
Jadi target AUM Rp10 triliun akan ditopang apa?
Money market, saham dan reskadana terproteksi. Terproteksi tahun ini tumbuh jadi Rp2 triliu, sekarang sudah tumbuh Rp600 miliar dan on the pipeline masih ada Rp1 triliun.
Reksadana saham awal tahun Rp1,4-1,5 triliun sampai akhir tahun kami targetkan Rp2,1 triliun. Kami juga baru buka channel distribution baru. Kalau ada asing masuk bisa ratusan miliar sampai triliunan.
Sudah berapa produk baru dan produk apalagi yang akan dirilis?
Tahun ini ada syariah balanced fund dan reksadana terproteksi ada tiga. Mungkin akhir tahun akan ada reksadana saham dolar syariah. Tapi ini masih kajian. Reksadana dolar, kami belum punya.
Kenapa Sucor AM mau membuat produk reksadana dolar?
Ada permintaan dari klien. Ada kaitannya juga dengan tax amnesty. Ada yang mau investasi tapi dalam dolar. Tidak apa-apa investasi di Indonesia tapi dalam dolar. Tapi banyak sekali kendala dari kustodi, regulasi. Karena kami bukan perusahaan regional multinasional. Jadi masih pikir akan bikin atau tidak.
Apakah ada kekhawatiran kinerja produk tidak akan bagus?
Sebenarnya lebih ke cara pengelolaannya. Orang kan tahu kalau kami bikin produk, selalu bagus apalagi saham. Apakah nanti bikin ini jelek dan nggak kompetitif maka akan jadi bumerang sendiri. Saham dolar kan bisa beli foreign stock, kalau kami tidak jago, bisa salah, jadi produknya jelek. Maka itu ini masih kajian.
Tapi kalau jadi sih akhir tahun ini. Sama juga sepert exchange trade fund (ETF) dan index fund yang kami belum punya juga. Selama ini jual pure active fund dan belum melihat kebutuhan untuk mengarahkan ke ETF atau index fund.
Bagaimana melihat industri reksadana saat ini, khususnya jumlah investor?
Secara industri kami lihat terus tumbuh, terutama dari kaum milenial. Apalagi anak-anak zaman sekarang walau duit sedikit tapi sudah berani investasi. Di kami sekitar puluhan ribu, secara AUM mungkin kecil tapi jumlah nasabah cukup banyak.
Contohnya saja campaign kami di instagram sudah 20.000-30.000 follower, lihat ini paling tidak setengahnya sudah beli reksadana. Campaign ke milenial karena kalau bicara digital campaign yang paling cocok di bawah 30 tahun. Di atas itu, investasi masih lihat lembaganya.
Secara industri Sucor akan berada di posisi berapa?
Kami akhir tahun ini target ada di peringkat 16 besar. Lalu 5 tahun ke depan target bisa masuk 10 besar. Kami akan tambah terus channel distribution, bank, e-channel, campaign, digital marketing.
Bagaimana bapak memandang AUM secara industri?
Mei mungkin turun seiring dengan penurunan harga saham. Kedua, terjadi pembubaran beberapa reksadana terproteksi. Juni pulih lagi karena yang tutup itu sudah selesai, reksadana terproteksi tidak bertambah tapi saham dan obligasi sudah naik lagi.
Seandainya suku bunga turun, akan ada kenaikan investasi khususnya di money market (bisa beli obligasi di bawah 1 tahun). Obligasi juga masih akan naik foreign buy di saham besar. Pertumbuhan AUM secara industri bisa tumbuh belasan persen, terutama dengan kenaikan NAV dari pasar sendiri dan penambahan produk baru.
Apa saja tantangannya?
Ketakutan akan dampak slowing down ekonomi global. Dengan adanya trade war akan memengaruhi ekonomi dunia itu pasti. Stabilitas politik mudah-mudah sudah reda. Terakhir eksekusi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan. Faktor eksternal, defisit perdagangan, neracara pembayaran harus diperhatikan jangan sampai rupiah melemah.
Bagaimana bapak melihat kebijakan pemerintah Presiden Joko Widodo di periode II?
Saya pikir oke juga, tapi bukan berarti infrastruktur dikurangi. APBN kan mungkin tidak tumbuh sebanyak dulu lagi, tapi bagaimana caranya investasi di Indonesia dipermudah. Misalnya orang mau bangun tol dibikin gampang gak mesti BUMN atau pemerintah tapi swasta. Jadi orang mau investasi jadi menarik.
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.