BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

IHSG Tertekan Pasca Fed Rate Naik, Lima Saham Ini Terbanyak Dijual Asing

Bareksa21 Desember 2018
Tags:
IHSG Tertekan Pasca Fed Rate Naik, Lima Saham Ini Terbanyak Dijual Asing
Pegawai melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/11/2018). Pergerakan IHSG pada Jumat (9/11), ditutup melemah 1,72 persen ke level 5.874,15 dari posisi penutupan perdagangan kemarin di level 5.976,806. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

IHSG pada perdagangan Kamis kemarin melemah 0,46 persen berakhir di level 6.147

Bareksa.com - Setelah mengalami kenaikan cukup tajam pada Rabu, pasar saham Indonesia kembali harus terkoreksi pada perdagangan Kamis kemarin.

Pergerakan bursa saham domestik senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang kompak berakhir di zona merah. Indeks Nikkei (Jepang) jatuh 2,84 persen, Indeks Shanghai (China) turun 0,52 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) melemah 0,94 persen, Indeks Strait Times (Singapura) berkurang 0,26 persen, dan Indeks Kospi (Korea) terpangkas 0,9 persen.

Aksi jual di kawasan regional terjadi seiring dengan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 2,5 persen pada Kamis dini hari WIB atau Rabu waktu AS.

Promo Terbaru di Bareksa

Lebih lanjut, The Fed memproyeksikan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali (50 bps) pada tahun depan, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebanyak tiga kali (75 bps).

The Fed tampaknya masih keras kepala. Sebab pelaku pasar sebenarnya mengharapkan bank sentral negeri Adidaya tersebut akan lebih mengerem kebijakan normalisasinya.

Hingga Rabu sore (19/12/2018), berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures, probabilitas FFR berada di level 2,25 - 2,5 persen (tidak ada kenaikan suku bunga acuan) pada 2019 adalah 46,7 persen, naik dari posisi bulan lalu yang hanya 23,9 persen.

The Fed masih akan agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga acuan terlepas dari diturunkannya proyeksi pertumbuhan ekonomi. Untuk tahun 2018, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan 3 persen, turun 10 bps dari proyeksi sebelumnya 3,1 persen.

Sementara untuk tahun 2019, angkanya diproyeksikan melandai ke level 2,3 persen, juga lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 2,5 persen.

Di tengah-tengah sentimen negatif dari eksternal, Bank Indonesia (BI) datang untuk menjadi pahlawan yang mengerem penurunan bursa saham domestik. Pada Kamis siang hari kemarin, BI mengumumkan tingkat suku bunga acuan ditahan di level 6 persen, sesuai dengan mayoritas ekspektasi ekonom.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 19 - 20 Desember 2018 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day RR di 6 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (20/12/2018).

Dengan tak dinaikannya suku bunga acuan, maka tekanan lebih lanjut terhadap perekonomian Indonesia bisa dihindari, sehingga rupiah bisa memperbaiki posisinya.

Sekadar informasi, sepanjang tahun ini BI sudah mengerek suku bunga acuan sebanyak 175 bps. Kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut justru bisa membuat rupiah melemah lebih dalam karena bertambahnya tekanan terhadap perekonomian Indonesia.

Menutup perdagangan Kamis, 20 Desember 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,46 persen berakhir di level 6.147,87.

Aktivitas perdagangan terlihat cukup ramai di mana tercatat 11,2 miliar saham ditransaksikan dengan total nilai transaksi mencapai Rp9,85 triliun.

Secara sektoral, sebenarnya enam dari sepuluh sektor berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin, dengan tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni konsumer (0,57 persen), pertanian (0,38 persen), dan aneka industri (0,34 persen).

Sementara itu, empat sektor yang mengalami penurunan yakni industri dasar (-1,3 persen), keuangan (-1,12 persen), infrastruktur (-0,81 persen), dan perdagangan (-0,64 persen).

Beberapa saham yang memberatkan IHSG kemarin :

1. Saham BBCA (-2,2 persen)
2. Saham TLKM (-1,8 persen)
3. Saham BMRI (-1,7 persen)
4. Saham CPIN (-3,9 persen)
5. Saham TPIA (-2,6 persen)

Sebanyak 153 saham menguat, 269 saham melemah, dan 108 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) pada perdagangan kemarin senilai Rp450,66 miliar.

Saham-saham yang terbanyak dilepas asing :

1. Saham BBCA (Rp309,91 miliar)
2. Saham INDF (Rp46,4 miliar)
3. Saham BMRI (Rp40,83 miliar)
4. Saham BBTN (Rp36,21 miliar)
5. Saham ADRO (Rp30,72 miliar)

Analisis Teknikal IHSG

Illustration
Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk doji dengan lower shadow cukup panjang.

Kondisi tersebut menggambarkan sebenarnya pergerakan IHSG cukup positif. Meskipun bergerak di bawah level sehari sebelumnya, namun pelemahan IHSG kemarin masih mampu tertahan oleh aksi beli sehingga tidak mengalami penurunan terlampau dalam.

Secara intraday, pergerakan IHSG pada perdagangan kemarin cukup bervariatif, di mana sepanjang sesi pertama perdagangan cenderung mengalami tekanan. Namun saat memasuki sesi kedua perdagangan, secara perlahan IHSG mulai merangkak naik dan memangkas penurunan pada sesi pertama yang sebesar 0,85 persen menjadi 0,46 persen pada akhir sesi kedua.

Pergerakan IHSG kemarin terlihat masih mampu berakhir di atas middle bollinge band yang mengindikasikan pergerakan cukup positif. Meskipun di sisi lain, indikator relative strength index (RSI) terpantau bergerak turun yang menandakan adanya momentum kenaikan yang tertahan.

Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan tertekan.

Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang masih saja ditutup serentak mengalami pelemahan pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif yang memberatkan IHSG pada hari ini.

Indeks Dow Jones amblas 1,99 persen, kemudian S&P500 jatuh 1,58 persen, dan Nasdaq terpangkas 1,63 persen.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua