MAMI : Ini Sektor yang Diuntungkan Jika Suku Bunga BI dan AS Dipangkas

Abdul Malik • 18 Mar 2024
cover

Ilustrasi kenaikan dan pemangkasan suku bunga AS, Fed Rate sangat berpengaruh ke pasar modal global, termasuk IHSG. (Shutterstock)

Di tengah kondisi global yang dinamis, investor disarankan mengambil posisi yang berimbang pada konstruksi portofolio investasinya

Bareksa.com - Samuel Kesuma, CFA – Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menyatakan di tengah kondisi global yang dinamis, investor disarankan mengambil posisi yang berimbang pada konstruksi portofolio investasinya. Investor bisa mengombinasikan elemen potensi katalis jangka pendek, defensif dan potensi struktural jangka panjang. Langkah itu salah satunya guna mengantisipasi potensi pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) yakni Fed Rate dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).  

“Untuk jangka pendek, sektor-sektor saham yang diuntungkan dari pemangkasan suku bunga (interest rate sensitive) seperti perbankan, properti, tower telekomunikasi dan konsumer non-primer,” ujarnya dalam keterangannya dikutip Senin (18/3/2024). 

Menurut Samuel, untuk strategi defensif, sektor telekomunikasi menjadi pilihan karena karakteristik industri cenderung resilien mengingat data merupakan kebutuhan pokok dan potensi kinerja emiten yang baik. Adapun untuk potensi pertumbuhan struktural, sektor yang berhubungan dengan bahan baku untuk industri energi baru terbarukan. Transisi menuju era dekarbonisasi menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang digunakan dalam teknologi energi baru terbarukan.

Beli Saham di Sini

Potensi Fed Rate

Samuel mengungkapkan data ekonomi AS yang lebih kuat dari ekspektasi di awal 2024, dimana data ketenagakerjaan dan inflasi tercatat lebih kuat dari perkiraan, memberikan validasi bagi pandangan The Fed untuk tidak terburu-buru memangkas suku bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan ekspektasi di pasar.

Ekspektasi pasar untuk pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) di 2024 telah berkurang menjadi 85 bps dari 150 bps di awal tahun, sehingga akan lebih selaras dengan proyeksi dot plot The Fed. Namun perubahan ekspektasi ini juga menyebabkan volatilitas di pasar global, dimana imbal hasil US Treasury cenderung meningkat dan nilai tukar dolar AS kembali menguat. 

“Walau demikian, kondisi ini tidak merubah pandangan The Fed, di mana Ketua The Fed Jerome Powell dalam testimoninya di Kongres AS masih optimistis suku bunga dapat diturunkan tahun ini,” dia menjelaskan. 

Samuel menambahkan selama 3 siklus penurunan suku bunga The Fed sebelumnya, indikator makro dan pasar finansial Indonesia menunjukkan hasil yang positif. Siklus pemangkasan The Fed pada tahun ini diharapkan dapat memberikan hasil serupa bagi Indonesia.  

Beli Saham di Sini

Potensi BI Rate

Samuel menyatakan jika dilihat, kondisi inflasi domestik yang terjaga membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga. Memang dalam jangka pendek, BI diperkirakan masih akan mempertahankan postur pro-stabilitas, menahan suku acuan di 6%, untuk menjaga selisih suku bunga agar tetap menarik, sebagai dampak dari nilai tukar rupiah yang masih relatif rentan terhadap sentimen global. 

Peluang untuk mengalihkan kebijakan moneter ke arah pro pertumbuhan lebih terbuka ketika terdapat indikasi yang lebih jelas terkait potensi pemangkasan suku bunga The Fed dan fluktuasi nilai tukar mereda. Pelonggaran moneter akan mendorong normalisasi likuiditas domestik, setelah sebelumnya demi menjaga stabilitas eksternal, BI melakukan pengetatan likuiditas. 

Peluang pergeseran ini diperkirakan akan terjadi bersamaan dengan pelonggaran suku bunga The Fed. Likuiditas yang membaik dapat memberikan dukungan yang lebih baik terhadap aktivitas perekonomian dan sentimen di pasar finansial. Selain kebijakan suku bunga, diperkirakan BI dapat melonggarkan kebijakan moneternya dengan menggunakan alat kebijakan non-suku bunga, seperti menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebelum mulai menurunkan suku bunga BI. Secara historis penurunan GWM terjadi sebelum siklus penurunan suku bunga BI seperti pada tahun 2015 dan 2019.

“Kondisi likuiditas yang diharapkan lebih baik dan Pemilu yang berjalan aman diharapkan dapat mendukung penguatan pasar saham Indonesia secara lebih berkelanjutan. Optimisme terhadap peningkatan aktivitas perekonomian dan kondisi moneter yang lebih akomodatif diharapkan dapat meningkatkan minat investasi investor domestik dan aliran likuiditas ke pasar saham Indonesia,” terang Samuel.

Investasi Reksadana di Sini

(AM)

***

Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store​
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​​​​​

Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.