Bareksa.com - Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump baru saja membawakan pidato kenegaraan tahunan di depan kongres. Sejumlah pernyataannya, termasuk rencana investasi infrastruktur, pemangkasan pajak dan pengangguran rendah, memberikan sentimen positif bagi pasar modal Indonesia.

Presiden Trump memberikan pidato kenegaraan yang pertama pada tahun 2018 hari ini pukul 09.00 WIB (31 Januari 2018) atau 30 Januari pukul 21.00 waktu Amerika Serikat di Capitol Hill. Pidato ini juga menandakan setahun pemerintahannya sejak dilantik pada awal 2017 lalu.

Dalam pidatonya, Trump mendesak Kongres untuk membuat rencana infrastruktur dengan nilai investasi mencapai US$1,5 triliun (sekitar Rp20.000 triliun). Menurutnya, setiap dolar anggaran federal harus digunakan dengan bekerja sama denagn pemerintah pusat dan lokal, serta menyangkut investasi sektor swasta dalam memperbaiki defisit infrastruktur.

Selain itu, Trump menyebut tingkat pengangguran AS menyentuh level terendah dalam sejarah. "Setelah bertahun-tahun menghadapi upah stagnan, kita akhirnya akan mendapat peningkatan upah. Angka pengangguran telah menyentuh titik terendah 45 tahun," ujarnya dalam pidato tersebut.

Trump juga menggarisbawahi tentang reformasi pajak yang telah disahkan pada Desember lalu. "Kita telah menyepakati pemangkasan pajak terbesar dan reformasi dalam sejarah amerika. Pemangkasan pajak besar-besaran kita telah memberikan kemudahan yang sangat besar bagi kelas menengah dan usaha kecil," ujanya.

Seiring dengan pidato tersebut, pasar saham Indonesia pun menyambut baik, yang tercermin dari peningkatan harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat 0,47 persen atau 31 poin kembali ke area 6.600.

IHSG hingga pukul 10:52 WIB hari ini menguat ke level 6.606,69, dibandingkan level penutupan kemarin di 6.575,49. Telah terjadi transaksi senilai Rp4,6 triliun dengan volume 7,45 miliar lembar saham. Mayoritas indeks saham sektoral pun bergerak positif. Meskipun demikian, investor asing membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp381,4 miliar.

Padahal, kemarin IHSG turun tertekan isu pasar obligasi AS yang melemah, tercermin dari peningkatan imbal hasil Treasury 10 tahun yang mencapai 2,7 persen, tertinggi dalam empat tahun. Seperti diketahui, naiknya imbal hasil obligasi mencerminkan adanya penurunan pada harga obligasi akibat berkurangnya permintaan.