Daftar Perusahaan Paling Dinanti untuk IPO Versi Dirut Bursa
Dua di antaranya jika IPO bisa menambah market cap Rp2.000 triliun
Dua di antaranya jika IPO bisa menambah market cap Rp2.000 triliun
Bareksa.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mencari peluang untuk menambah jumlah perusahaan yang akan melepas sahamnya ke publik. BEI berharap pendatang baru tahun ini bisa lebih dari 35 emiten.
Pada tahun lalu, BEI telah merealisasikan 37 emiten baru dengan total penghimpunan dana sekitar Rp9 triliun atau lebih rendah dari nilai pada 2016 yang sebesar Rp12 triliun. Untuk itu, penambahan jumlah emiten baru tahun ini pun akan menjadi menarik, mengingat BEI sangat giat mendekati perusahaan-perusahaan dengan valuasi besar. (Baca : Perusahaan Modal Asing, PT Tridomain Performance Siap IPO Tahun Ini)
Direktur Utama BEI, Tito Sulistio, sudah mengkategorikan daftar perusahaan yang paling ditunggu untuk pelepasan perdana saham alias initial public offering (IPO). Menurut Tito, setidaknya ada empat kategori perusahaan yang paling dinanti untuk menjadi emiten. Di antaranya, badan usaha milik negara (BUMN), startup maupun yang sudah jadi unicorn, perusahaan besar berbasis consumer, hingga 52 perusahaan multinasional.
Promo Terbaru di Bareksa
Tito menjelaskannya satu per satu. BUMN misalnya. Tito menyayangkan hingga saat ini baru ada 21 BUMN yang sudah IPO. Padahal menurut dia, IPO adalah pilihan privatisasi yang baik. (Lihat : Menkominfo Rudiantara : Bangun Ekosistem untuk IPO Unicorn Indonesia)
“Sejak 1993 sampai 2003 hanya ada 8 BUMN yang IPO, sebelumnya ada 13. Padahal BUMN ini paling ditunggu untuk IPO,” ujar Tito saat acara Market Outlook & Sharing Session bersama Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) dan Asosiasi Wartawan Pasar Modal Indonesia (AWPMI) di Bandung, Jumat, 19 Januari 2018.
Meski begitu, Tito menyadari, proses IPO BUMN memang tidak mudah dan memerlukan proses yang panjang. Untungnya, sejak beberapa tahun ke belakang lebih banyak IPO dari anak usaha BUMN. (Baca : Empat Perusahaan Dalam Pipeline BEI, LCK Global Pertama Listing Pada 2018)
Selain BUMN, perusahaan berlabel startup dan unicorn juga banyak ditunggu untuk IPO. Hanya saja, Tito menyebut startup yang sudah menjadi unicorn melihat kemudahan masuknya investasi secara langsung dengan dana besar, sehingga merasa tidak perlu IPO. Sementara, startup kecil ingin mendapat apresiasi lebih atas valuasi perusahaannya.
“Yang besar merasa gampang dapat duit, yang kecil ingin mengkapitalisasi program-programnya jadi modal. Yang kecil ini sedang kami bicarakan ke Ikatan Akuntan,” imbuh Tito. (Lihat : Meski Selasar BEI Ambruk, LCKM Tetap Jadi Emiten IPO Pertama di Tahun 2018)
Memperbesar Nilai Kapitalisasi Pasar
Tito juga menyebut, BEI sedang melakukan pendekatan kepada 22 perusahaan berbasis consumer dengan valuasi besar. Bahkan jika dua di antaranya IPO akan menambah kapitalisasi pasar BEI Rp2.000 triliun. (Baca : Bahana Sekuritas Dapat Waktu Alihkan Saham Berharga Rp400.000 Ini)
Hal itu pun yang membuat bursa bersemangat untuk mengejar ketertinggalan nilai kapitalisasi pasar BEI terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang baru mencapai 50 persen. Tito mengungkapkan, jika kapitalisasi pasar bursa mencapai Rp10.000 triliun, namun angka itu hanya 65 persen terhadap PDB. Nilai itu masih kalah dari Malaysia 120 persen, Thailand 90 persen, dan Singapura 200 persen.
“Padahal, jika kapitalisasi kita besar maka transaksi semakin besar, investasi banyak masuk, dan kita menjadi lebih baik ekonominya,” harap Tito. (Lihat : Bidik Dana Besar, BEI Sarankan Go-Jek Dual Listing di AS dan Indonesia)
Daftar 10 Saham Berkapitalisasi Besar
Sumber:BEI
Dari perusahaan yang dimaksud itu, Tito menyebut nama seperti Teh Botol Sosro, Wings Food, Garuda Food, Kopi Luwak, Kapal Api, hingga Djarum Group. Tito menegaskan, sudah waktunya masyarakat Indonesia ikut menjadi bagian dari perusahan konsumer itu melalui pemerataan pendapatan dari kepemilikan saham. (Baca : Emiten Konstruksi Masih Ekspansif di 2018, ADHI dan PTPP Dinilai Paling Menarik)
Tito mengungkapkan pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan dua perusahaan besar tersebut. “Dan mereka sudah menunjukkan minat karena kami berikan pengertian bahwa IPO tidak melulu soal uang, tapi banyak hal. Tapi saya belum bisa sebut nama,” katanya.
Tito juga masih menaruh harapan IPO kepada 52 perusahaan multinasional yang berbasis asing tapi memperoleh pendapatannya di Indonesia. “Tidak etis kan, pendapatan dari Indonesia tapi listed di luar negeri. Sudah waktunya ajak masyarakat, karena sudah puluhan tahun mengkesploitasi Indonesia,” tutur dia. (AM) (Lihat : PT Kelola Mina Laut Bakal IPO Tahun Ini, Klaim Punya Aset Rp1 Triliun)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.