BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Selain Freeport, Dua Perusahaan Berbasis Asing Ini Berpotensi Listing di BEI

Bareksa04 Juli 2017
Tags:
Selain Freeport, Dua Perusahaan Berbasis Asing Ini Berpotensi Listing di BEI
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio memberikan sambutan dalam acara pembukaan perdagangan bursa sekaligus peluncuran Fitur Investasi Reksa Dana BukaReksa di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Namun kebijakan pajak dividen bisa jadi penghambat

Bareksa.com – Pernyataan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo soal perusahaan yang punya aset di Indonesia tapi memilih listed di bursa efek luar negeri, memunculkan spekulasi. Terutama terkait identitas perusahaan yang paling berpotensi untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Belakangan, nama yang paling santer adalah PT Freeport Indonesia. Hal itu diamini Direktur Utama BEI, Tito Sulistio. Menurut Tito, Freeport salah satu contoh karena pendapatan terbesarnya berasal dari Indonesia.

“Freeport pantas dong listed di sini (Indonesia). Ini contoh,” tutur Tito, Selasa, 4 Juli 2017. Secara total, Tito mencatat ada sekitar 52 perusahaan dengan kepemilikan asing dan lokal berkapitalisasi lebih dari Rp 400 triliun, memiliki 50 persen pendapatan atau asetnya berasal dari Indonesia.

Promo Terbaru di Bareksa

Dari jumlah itu, Tito melihat, sebagiannya sudah berstatus listed di Singapura, Malaysia, Cina, dan Australia. “Maka saya menghimbau mereka dan mendatangi mereka agar listed di Indonesia juga,” tambah Tito.

Tito pun menyampaikan, pihaknya telah berbicara dengan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida untuk memberi kemudahan bagi perusahaan-perusahaan tersebut agar listed di Indonesia. Meski begitu, perlu adanya persetujuan dari bursa setempat agar proses pencatatan saham di Indonesia bisa lebih cepat.

“Nah, usaha kami adalah memfasilitasi. Karena dua hal yang dilihat dari perusahaan listing itu likuiditasnya bagaimana, aktivitasnya bagaimana. Dan kami bisa buktikan likuiditas kita berkembang 24 persen dibandingkan tahun kemarin, lebih baik dari Singapura dan Malaysia,” ujarnya.

Selain Freeport, seorang pelaku pasar modal mencatat dua perusahaan besar yang berpotensi listed di Indonesia. Perusahaan yang dimaksud adalah Petra Food dan First Resources Limited.

Petra Food merupakan perusahaan yang didirikan Keluarga Chuang pada 1950 di Indonesia. Petra Food merupakan produsen coklat dengan merek ternama Delfi. Saat ini, Petra Food telah bertransformasi menjadi Delfi Limited dan tercatat di Bursa Efek Singapura dengan perusahaan terafiliasi di Indonesia PT Perusahaan Industri Ceres.

Tabel: Laporan Keuangan Delfi Limited 2016

Illustration

Sumber: Website perusahaan

Begitu juga First Resources. Perusahaan kelapa sawit yang saat ini beroperasi di wilayah Sumatera dan Kalimantan adalah milik keluarga Ciliandra Fangiono dan sahamnya telah tercatat di Bursa efek Singapura sejak 10 Desember 2007. Pada kuartal I 2017, First Resources membukukan pendapatan US$ 194 juta atau melonjak 71,6 persen dibandingkan kuartal I 2016 dan laba kotor meroket 164,3 persen menjadi US$ 92 juta pada triwulan I tahun ini.

Pelaku pasar itu menilai, beberapa perusahaan yang memutuskan untuk listing di luar negeri karena ada beberapa alasan. Ada perusahaan yang memang mitra bisnisnya di luar negeri atau salah satu pendirinya yang merupakan orang asing meminta untuk listing di bursa luar negeri seperti Singapura. Adapula karena alasan efisiensi dan perpajakan yang lebih ramah investasi.

Di antaranya kebijakan pajak dividen di Indonesia yang dinilai menjadi salah satu hambatan perusahaan-perusahaan tersebut listed di Indonesia. “Kalau di Singapura itu kan dividen policynya nol,” kata pelaku pasar itu.

Karena itu, untuk mendorong agar perusahaan-perusahaan tersebut beramai-ramai listing di Bursa Efek Indonesia, maka pemerintah bisa memberikan insentif pajak dividen jadi nol persen. Meski kelihatannya pemerintah akan kehilangan potensi penerimaan dari pajak dividen, namun pemerintah berpeluang mendapatkan pajak penghasilan perusahaan dan transaksi jual beli saham. Insentif pajak dividen ini bisa diperluas tidak hanya bagi perusahaan yang tercatat di Bursa Efek, melainkan juga bagi entias anak usaha yang terkonsolidasi.

Selain itu, dengan masuknya perusahaan ke Bursa Efek maka akan semakin mendorong transparansi.

"Kalau dividen taxnya turun jadi nol sebagai bentuk insentif, maka perusahaan-perusahaan yang selama ini listed di luar negeri, berpeluang untuk listed di Indonesia," ujarnya.

Tabel: Laporan Keuangan 2016 First Resources

Illustration

Sumber: Website perusahaan

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.337,76

Up0,50%
Up3,71%
Up0,04%
Up4,77%
Up18,50%
-

Capital Fixed Income Fund

1.793,05

Up0,58%
Up3,35%
Up0,04%
Up6,97%
Up16,56%
Up39,91%

I-Hajj Syariah Fund

4.872,25

Up0,61%
Up3,20%
Up0,04%
Up6,18%
Up22,01%
Up40,68%

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.047,87

Up0,54%
Up3,63%
Up0,04%
---

Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid

1.147,05

Up0,31%
Up2,62%
Up0,03%
Up4,98%
Up14,26%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua