BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

IPO: Dosa Masa Lalu dan Potensi Dana Investor Institusi Rp50 T per Tahun

Bareksa29 September 2016
Tags:
IPO: Dosa Masa Lalu dan Potensi Dana Investor Institusi Rp50 T per Tahun
Direktur Penilaian Perusahaan, Samsul Hidayat dalam wawancara khusus dengan Bareksa.com di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa 27 September 2016. (Bareksa/Alfin Tofler)

"Banyak perusahaan yang masih tertutup karena ketakutan dosa-dosa masa lalu, seperti perpajakan."

Bareksa.com – Penambahan jumlah emiten saham selalu menjadi tantangan tersendiri bagi Bursa Efek Indonesia (BEI), tak terkecuali di tahun ini. Sejak awal tahun, BEI masih optimis bisa membawa 35 emiten baru setelah akhirnya beberapa kali melakukan revisi hingga menjadi 25 emiten saja.

Namun, mengingat tahun ini hanya tersisa tiga bulan saja, BEI semakin realistis emiten baru hanya akan tercatat sekitar 21 perusahaan. Jelang akhir September 2016 ini, BEI telah mencatatkan 13 saham baru dan satu saham relisting.

Jumlah emiten saham yang masih jauh dari harapan, tak lepas dari kesiapan perusahaan-perusahaan untuk mereformasi maupun mentransformasi menjadi perusahaan publik. Beberapa mungkin punya ketakutan atas dosa-dosa lama, baik yang terkait struktur perpajakan maupun kualitas governancenya. Padahal, dengan menjadi perusahaan publik, kebutuhan dana untuk ekspansi akan dengan mudah didapatkan. Apalagi, dalam hitungan bursa, ada pertumbuhan sekitar Rp50 triliun per tahun dana investor institusi yang membutuhkan tempat untuk berinvestasi.

Promo Terbaru di Bareksa

Untuk menggali lebih dalam kendala-kendala penambahan emiten saham, serta potensi perusahaan yang akan melepas saham ke publik, Issa Almawadi dan Alfin Tofler mewakili Bareksa mendapat kesempatan mewawancarai Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat, Rabu, 27 September 2016. Dalam kesempatan ini, Samsul memaparkan peluang serta faktor yang akan mendorong perusahaan Indonesia, termasuk perusahaan milik pemerintah untuk menjadi perusahaan publik. Berikut petikan wawancaranya:

***

Bagaimana bursa melihat minat perusahaan yang ingin melepas sahamnya ke publik?

Minat cukup besar, dan banyak sekali potensinya. Kami mencatat ribuan perusahaan bisa memanfaatkan pasar modal. Hanya saja yang menjadi salah satu faktor dan mungkin menjadi keengganan bagi perusahaan untuk IPO, bahwa menjadi emiten harus terbuka dalam banyak hal. Kita tahu sendiri banyak perusahaan yang selama ini dari sisi perpajakan ada hal yang masih tertutup karena ketakutan dosa-dosa masa lalu, misalnya. Tapi kali ini ada tax amnesty. Jika mereka ikut akan memperbaiki struktur perpajakannya ke depan, dengan melupakan di masa lalu, ke depan akan mulai dengan laporan perpajakan yang baru. Maka tax amnesy akan mengencourage mereka. Dengan tax amnesty bisa lebih berani untuk IPO, karena inilah starting pointnya untuk mereka menyusun perpajakan lebih baik.

Perusahaan apa/sektor apa yang potensi lepas saham?

Cukup banyak perusahaan. Semua sektor usaha butuh kegiatan ekspansi atau restrukturisasi. Ritel, energi, infras yang membutuhkan ekspansi, terutama yang terkait program infrastruktur pemerintah maka beberapa sektor butuh dana banyak. Jika bisa memanfaatkan pasar modal untuk rising fund, ini baik karena infrastruktur umumnya adalah proyek jangka panjang dan butuh dana besar. Jika mengharapkan dana dari bank, ini berisiko karena ini jangka panjang dan dana perbankan tidak banyak. Sementara ada dana idle yang ada di masyarakat. Dari total dana pihak ketiga (DPK) bank, yang real hanya berapa persen saja. Nah ini jangan diambil proyek infrastruktur, karena sektor lain masih butuh dana itu. Seharusnya sektor yang butuh dana jangka panjang dan proyek besar maka lebih baik ke pasar modal untuk memanfaatkan dana investor yang ada. Karena dari angka kami, akan ada pertumbuhan dana investor institusi Rp50 triliun per tahun yang membutuhkan tempat untuk tempat berinvestasi. Jadi ini suatu kesempatan jika ada pihak yang butuh dana ada dana investor institusi yang butuh tempat untuk menaruh dana “yang bisa memberikan hasil lebih baik dibandingkan taro di perbankan”, seperti Dana Pensiun, Asuransi, bahkan beberapa organisasi masyarakat mempunyai dana cash cukup besar sehingga ini yang bisa ditawarkan kepada mereka.

Langkah apa saja untuk menyadarkan perusahaan menjadi terbuka?

Persoalan menjadi perusahaan terbuka adalah persoalan mereformasi sekaligus mentransformasi hidup perusahaan. Ini terus kami lakukan kampanye. Kami arahkan dan beri masukkan kepada mereka bahwa konversi menjadi perusahaan terbuka itu memiliki banyak manfaat. Karena kalau khanya mengandalkan pendanaan dari sektor tertentu saja, maka akselerasi pertumbuhan perusahaan itu hanya moderat saja. Kalau kami lihat dari pengalaman perusahaan besar seperti Google, Microsoft, mereka adalah public company, kecuali perusahaan yang mengandalkan sumber daya alam. Intinya industri kreatif yang bisa besar secara bersama-sama. Untuk menjadi besar kita butuh permodalan, akses pasar, dan investor. Jangan tunggu besar dulu baru jual saham ke masayrakat, tapi dalam kondisi saat ini adalah berbagi ke masyarakat baru menjadi besar.

Minat perusahaan milik pemerintah untuk IPO?

Secara fundamental, perusahaan pemerintah kan terbagi-bagi kelompoknya. Ada yang membawa pesan dari pemerintah, pesan untuk kesejahteraan masyarakat, beban untuk menyediakan pelayanan yang sempurna bagi masyarakat, ada juga yang didesain menghasilkan laba untuk disetor ke pemerintah. Jadi terkelompok. Kalau perusahaan yang bawa bisnis saja, IPO adalah yang harus dilakukan. Karena dengan struktur yang baik, IPO tidak mengurangi peran pemerintah yang ada disitu. Mereka bisa tidak ketergantungan pada modal pemerintah, misalnya jika ingin mengembagkan usahanya bisa mengajak pemegang saham lain untuk ikut berpartisipasi. Selain itu, satu hal lain yang yang bisa dimanfaatkan adalah governancenya, jauh lebih baik jika dibandingkan tidak menjadi perusahaan terbuka. Kemudian motivasi manajemen, karyawan, ini juga merupakan hal yang harus dipikirkan. Karena dengan menjadi perusahaan terbuka bisa memberi manfaat lebih kepada karyawan, manajemen, supplier, dan lainnya. Ini yang kami pikir ke depannya salah satu orientasinya. Ini juga sudah sangat dipahami di Kementeria BUMN agar mereka punya target meng-IPO-kan perusahaan yang menurut mereka sudah saatnya. Jika dilihat jumlahnya, lebih dari 10 dari pipeline mereka yang siap IPO. Jadi masalahnya, siapa yang sudah siap IPO.

Pipeline IPO tahun ini?

Sisa tujuh atau delapan, jadi total mungkin 20 lebih sedikit. Tahun depan lebih optimis. Dengan tax amnesty, beberapa perusahaan sudah lebih siap dari sisi laporan pajak, pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, situasi global yang lebih baik, rating indonesia juga lebih baik, banyak juga investor asing dan lebih banyak tahun depan melirik indonesia, maka harusnya tidak ada kendala untuk perusahaan IPO memperoleh dana dari investor institusi dan ritel.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.380,23

Up1,09%
Up5,00%
Up7,35%
Up8,50%
Up19,34%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.090,35

Up0,49%
Up5,21%
Up6,68%
Up7,14%
Up2,71%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

1.075,71

Up0,66%
Up3,97%
Up6,69%
---

Capital Fixed Income Fund

1.839,05

Up0,53%
Up3,93%
Up6,33%
Up7,43%
Up17,20%
Up39,76%

Insight Renewable Energy Fund

2.259,93

Up0,74%
Up3,72%
Up6,02%
Up7,00%
Up19,69%
Up35,52%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua