Jelang Meeting The Fed, Obligasi Pemerintah Tertekan Terutam
Kenaikan yield pada tenor menengah dan panjang lebih disebabkan oleh faktor trading
Kenaikan yield pada tenor menengah dan panjang lebih disebabkan oleh faktor trading
Bareksa.com - Perdagangan obligasi pada pekan ini diperkirakan masih akan tertekan, dipicu oleh aksi ambil untung atau profit taking menjelang rapat Federal Open Market Committee Meeting (FOMC) pada 16 hingga 17 September 2014 mendatang.
Pelaku pasar khawatir bank sentral Amerika Serikat, The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat dari perkiraan semula seiring membaiknya data ekonomi AS.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ayu Ajeng memprediksi maraknya aksi jual akan berlangsung hingga pekan depan. "Apalagi pelaku pasar tengah menantikan hasil pertemuan FOMC AS terkait proyeksi tingkat suku bunga the Fed," kata Ayu kepada Bareksa.com.
Promo Terbaru di Bareksa
Sepanjang pekan lalu, pasar surat berharga negara (SBN) ditutup bearish. Rata-rata harga obligasi pemerintah yang ditunjukkan oleh IBPA IGBI Clean Price Index tertekan menjadi 112.166 pada Jumat (12/9) dibanding 113.377 pada penutupan Jumat (5/9) lalu. IGBI Effective Yield Index juga naik menjadi 8,29 persen dari 8,15 persen.
Peningkatan yield didominasi oleh tenor menengah dan tenor panjang. Dalam sepekan, rata-rata yield bertenor 1 hingga 30 tahun bergerak naik sebesar 10,4 basis poin.
"Kenaikan yield pada tenor menengah dan panjang lebih disebabkan oleh faktor trading," kata Ayu.
Pekan lalu, aktivitas perdagangan obligasi pemerintah diwarnai aksi profit taking terutama pada seri-seri surat utang negara (SUN) acuan atau benchmark. Rata-rata yield benchmark tertekan naik sebesar 19,3 basis poin secara week on week. Sebaliknya, rata-rata harga kelompok seri benchmark terkoreksi sebesar 154,0 basis poin secara week on week.
Sejumlah faktor menjadi sentimen negatif bagi pergerakan obligasi pemerintah berdenominasi rupiah sepanjang pekan lalu. Seperti, adanya spekulasi kenaikan inflasi dari kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram ditengah wait and see rilisnya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate. Selain itu, depresiasi rupiah sebesar 0,54 persen ke posisi Rp11.822 per dolar AS dari posisi penutupan pekan sebelumnya Rp11.759 per dolar AS juga memicu aksi jual pelaku pasar.
Dari global, inflasi Tiongkok pada bulan Agustus 2014 yang menurun dari 2,3 persen secara year-on-year menjadi 2,0 persen year-on-year, kontraksi gross domeatic product (GDP) Jepang pada kuartal II 2014 dari minus 1,7persen secara quarter-on-quarter menjadi minus 1,8 persen quarter-on-quarter , penurunan suku bunga bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB) dari 0,15 persen menjadi 0,05 persen, serta tingkat pengangguran AS yang menurun ke level 6,1 persen menjadi faktor menyumbang tertekannya obligasi pemerintah Indonesia.
Reza Priyambada,Research Analyst of Network Market Investor (NMI) memperkirakan laju pasar obligasi pekan ini cenderung tertekan, namun sedikit terbatas. Apabila positif, diperkirakan laju pasar obligasi dapat bergerak menguat dengan minimal perubahan harga obligasi rerata sebanyak 60 hingga 95 basis poin. Namun, apabila sebaliknya maka harga obligasi akan kembali melanjutkan koreksi dengan minimal rerata 150 hingga 180 basis poin.
"Untuk itu, investor harus tetap mencermati perubahan sentimen yang ada," kata Reza.
Obligasi Korporasi Bullish
Berkebalikan dengan SUN, obligasi korporasi justru bergerak dengan dominasi bullish sepanjang pekan lalu. Yield didominasi dengan penurunan terutama dipicu oleh turunnya rata-rata yield pada rating BBB hingga 59,4 basis poin secara week-on-week. Sedangkan berdasarkan tenornya, tenor pendek memimpin penurunan rata-rata yield hingga 15,3 basis poin secara week-on-week.
Obligasi yang aktif diperdagangkan sejak 8 September hingga 11 September 2014 yakni obligasi yang diterbitkan perusahaan multifinance yakni PT Adira Multifinance Tbk seri obligasi ADMF02BCN2 dengan volume mencapai Rp170 miliar dan ditransaksikan 20 kali. Selama periode tersebut, obligasi korporasi diperdagangkan dengan total rata-rata volume Rp 595 miliar dan rata-rata frekuensi 80 kali.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.