Cadangan Devisa Naik Tajam, Namun CAD Diprediksi Masih di Atas 3 Persen
The Fed diprediksi hanya butuh 1 kenaikan tingkat suku bunga acuan
The Fed diprediksi hanya butuh 1 kenaikan tingkat suku bunga acuan
Bareksa.com - Mengawali pekan kedua di tahun 2019, berikut beberapa perkembangan penting seputar kondisi makro ekonomi baik domestik maupun global :
Cadangan Devisa Indonesia Naik Tajam
Hingga akhir Desember 2018, Bank Indonesia (BI) mencatat adanya kenaikan cadangan devisa Indonesia US$3,5 miliar, sehingga posisi cadangan devisa Indonesia berada di US$120,7 miliar.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman, kenaikan ini dipengaruhi oleh penerbitan obligasi global, penarikan utang pemerintah, serta penerimaan migas Indonesia.
Posisi cadangan devisa ini sendiri setara dengan 6,7 bulan impor, atau berada di atas standar kecukupan internasional 3 bulan impor.
The Fed Diprediksi Hanya Butuh 1 Kenaikan Tingkat Suku Bunga
Presiden Federal Reserve of Atlanta, Raphael Bostic, memberikan pernyataan bahwa pada tahun 2019, diprediksi The Fed hanya akan menaikan suku bunga sebanyak 1 kali.
Hal ini didasari oleh adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang sudah disinyalkan oleh sell-off di pasar saham global pada akhir Desember lalu serta indikator manufaktur Tiongkok yang melambat secara signifikan.
Selain itu, dia juga menyatakan government shutdown yang terjadi di pemerintah AS juga akan menjadi salah satu pertimbangan perkiraan kontraksi ekonomi AS pada 2019. Ia lantas mengkhawatirkan apabila The Fed menaikan 2 atau 3 kali suku bunga pada tahun ini, dampaknya adalah terjadi kontraksi ekonomi AS.
CAD Diprediksi Masih di Atas 3% di Q4 2018
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) masih di atas 3 persen dari PDB di triwulan IV 2018. Namun, untuk keseluruhan neraca pembayaran Indonesia (NPI) masih mencatatkan surplus hingga US$ 6 miliar.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menungkapkan membaiknya surplus NPI dikarenakan tingginya transaksi modal.
"Triwulan IV 2018, transaksi berjalan defisit US$8 miliar. Atau masih di atas 3 persen dari PDB. Namun neraca modal bisa surplus besar," ungkap Perry di Jakarta, Senin (7/1/2019).
Dijelaskan Perry, neraca modal yang baik dikarenakan tingginya arus modal masuk. Sehingga surplus NPI di triwulan IV 2018 secara keseluruhan bisa di atas US$4 miliar.
"Angka sementara bisa di US$6 miliar," tutur Perry.
Lebih jauh Perry menerangkan, pada dasarnya CAD di 3 persen PDB masih bisa ditoleransi. Namun memang ketidakpastian global ini membuat arus modal bisa berbalik arah dan membuat rupiah melemah.
Perry menegaskan di 2019, pemerintah dan BI berkomitmen untuk mendorong CAD bisa lebih baik di 2,5 persen dari PDB.
"Sehingga nilai tukar bisa lebih stabil, dan cenderung menguat karena terjaganya CAD," tutup Perry.
(KA02/AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.