BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : GIAA Alih Kelola Sriwijaya Air, ANTM Cari Cadangan Emas Baru

Bareksa15 November 2018
Tags:
Berita Hari Ini : GIAA Alih Kelola Sriwijaya Air, ANTM Cari Cadangan Emas Baru
Sejumlah pilot maskapai Garuda Indonesia memberikan penghormatan terakhir kepada pesawat Boeing 747-400 di hangar 4 GMF, Tangerang, Banten, Senin (9/10). Garuda Indonesia secara resmi mempensiunkan pesawat Boeing 747-400 terakhir dengan nomor registrasi PK-GSH, setelah mengoperasikan pesawat tersebut sejak tahun 1994. (ANTARA FOTO/Fajrin R)

ADHI pertahankan target, HOME bakal rights issue, TOBA perbesar lini bisnis pembangkit listrik

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 15 November 2018 :

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA)

Persaingan memperebutkan pangsa pasar penerbangan domestik bakal makin sengit seiring dengan langkah Garuda Indonesia, melalui anak perusahaannya Citilink Indonesia, mengambil alih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan NAM Air.

Promo Terbaru di Bareksa

Aksi Korporasi Garuda Indonesia itu bakal mengerek pangsa pasar perusahaan penerbangan pelat merah itu menjadi 46 persen, dari semula hanya 33 persen, atau terpaut sedikit dari Lion Air sebanyak 50 persen.

Bahkan, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Askhara Danadiputra optimistis langkah strategis itu dapat membantu sinergi Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Group dalam mengelola pangsa pasar penumpang angkutan udara di dalam negeri hingga 51 persen.

“Bagi Garuda Indonesia Group, kerja sama memberikan dampak yang positif, a.l. Citilink dapat mensinergikan dan memperluas segmen pasar, jaringan, kapasitas dan kapabilitasnya. Juga, mempercepat restrukturisasi dalam penyelesaian kewajiban Sriwijaya Group,” katanya.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

Perseroan menghadapi tantangan berupa ketersediaan emas yang bakal menipis. Karena itu, perusahaan yang bergabung di bawah holding PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) itu berikhtiar mencari sumber cadangan emas baru.

Menurut perkiraan, dua sumber emas Aneka Tambang akan habis dalam tiga tahun ke depan. Yang terdekat adalah tambang emas di Pongkor, Jawa Barat, yang kemungkinan habis diproduksi pada tahun 2019.

Tambang itu berproduksi sejak sekitar tahun 1993. Hingga Februari 2018, cadangan emas di Pongkor tinggal tersisa 3 ton. Kemudian tambang emas di Gosowong di Halmahera, Maluku Utara bakal habis dikeduk dalam dua tahun hingga tiga tahun mendatang.

Tambang itu dikelola PT Nusa Halmahera Minerals. Sebagai catatan, Aneka Tambang hanya menguasai 25 persen saham Nusa Halmahera. Adapun 75 persen saham lainnya merupakan milik Newcrest, perusahaan asal Australia.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)

Perseroan mempertahankan target kontrak baru Rp23,3 triliun pada 2018 meski realisasi hingga Oktober 2018 baru mencapai 52,78 persen. Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengatakan masih memiliki sejumlah proyek yang masih dibidik. Karena itu, pihaknya optimistis mencapai target kontrak baru yang dipasang pada tahun ini.

“Iya [tidak revisi target]. Ada beberapa proyek yang sudah dalam proses kontrak,” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Secara terpisah, Corporate Secretary Adhi Karya Ki Syahgolang Permata memaparkan perseroan telah mengantongi kontrak baru Rp12,3 triliun sampai dengan Oktober 2018. Salah satu kontrak yang didapat emiten berkode saham ADHI itu, yakni proyek bendungan di Kabupaten Deli Serdang senilai Rp127,7 miliar.

PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME)

Perseroan berniat menggalang dana melalui rights issue. Emiten hotel tersebut menargetkan perolehan dana segar Rp2 triliun. Berdasarkan pengumuman resmi perusahaan, rights issue bakal menggunakan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).

Perusahaan bakal meminta persetujuan melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang bakal digelar pada 21 Desember. Jika sudah disetujui, manajemen perusahaan bakal menggunakan dana tersebut untuk modal kerja, termasuk modal kerja anak usaha.

PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA)

Perseroan membidik kontribusi lini bisnis barunya, yaitu pembangkit listrik, bisa setara dengan bisnis batubara di masa mendatang. Saat ini, lini bisnis pembangkit belum berkontribusi terhadap pendapatan TOBA.

Maklum, perusahaan ini baru menjajal bisnis listrik pada tahun ini. Pembangkit yang dikembangkan yaitu jenis pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Direktur TOBA Pandu Patria Sjahrir, mengatakan ada dua PLTU yang sedang digarap. Pertama, proyek listrik Sulbagut I di Gorontalo Utara. Pembangkit ini berkapasitas 2x50 megawatt (MW). Nilai proyek ini sekitar US$ 210 juta-US$ 220 juta.

PT Cottonindo Ariesta Tbk (KPAS)

Untuk mendorong kinerja penjualan terus berupaya memperbesar pasar ekspor. Marting Djapar, Direktur Utama Cottonindo Ariesta, mengatakan mayoritas produk perseroan diserap oleh pasar domestik.

Perseroan tercatat mulai merambah pasar ekspor produk facial cotton pad, cotton bud, dan cotton sliver sejak 2007. Sejumlah pasar ekspor emiten berkode saham KPAS ini, antara lain Taiwan, China, Australia, Abu Dhabi, Filipina, Rusia, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

“Ke depannya, kami akan perbesar ekspor,” ujar Marting.

Dalam 6 bulan terakhir, lanjutnya, perusahaan kecantikan asal Korea Selatan melakukan peninjauan pabrik Cottonindo yang berlokasi di Subang, Jawa Barat.

“Bisnis utama perusahaan Korea itu adalah produk kecantikan. Produk yang akan kami ekspor adalah sliver dan spunlache, ini barang jadi yang sudah diproses hulu,” ungkapnya.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua