Berita Hari Ini : Pemerintah Kejar Target Pajak, ADHI Bangun Tol Solo di 2019
ANTM siapkan belanja modal Rp3,4 triliun, proyek WIKA di luar negeri capai Rp6,9 T, KPAS perbesar kapasitas produksi
ANTM siapkan belanja modal Rp3,4 triliun, proyek WIKA di luar negeri capai Rp6,9 T, KPAS perbesar kapasitas produksi
Bareksa.com - Berikut ini intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 12 Desember 2018 :
Penerimaan Pajak
Shortfall penerimaan Direktorat Jenderal (Pajak) diproyeksikan melebar dari outlook APBN 2018. Kendati demikian, Ditjen Pajak tetap optimistis outlook penerimaan pajak yang dipatok Rp1.350,9 triliun atau 94,8 persen dari target APBN tetap bisa terealisasi.
Promo Terbaru di Bareksa
Direktur Jenderal (Ditjen) Pajak Robert Pakpahan mengatakan menghadapi sisa waktu kurang dari sebulan, otoritas pajak terus mengejar sisa target penerimaan pajak dan mempertahankan kinerja pertumbuhan penerimaan pajak di sekitar 16 persen.
“Target pertumbuhan 16 persen kami kelola, sekarang kami terus bekerja dan akan kami laporkan Januari,” kata Robert.
Pelebaran shortfall penerimaan pajak ini kemungkinan bisa lebih dalam apabila kinerja jenis penerimaan pajak mengalami tekanan. PPN misalnya, per akhir November, pertumbuhan PPN cenderung turun dibandingkan tahun lalu. PPN hanya mampu tumbuh 14 persen, padahal tahun lalu mampu tumbuh di angka 15,6 persen.
Salah satu penyebab tertekannya kinerja PPN ini adalah lonjakan pajak impor seiring membanjirnya impor dalam setahun terakhir. Data Ditjen Bea Cukai pada tanggal 22 November 2018 menunjukkan realisasi pajak dalam rangka impor (PDRI) tercatat senilai Rp215,66 triliun atau tumbuh 45,43 persen.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
Perseroan menjadwalkan pembangunan jalan tol Solo - Yogyakarta - Kulonprogo sepanjang 120 kilometer pada pertengahan 2019. Pembangunannya diharapkan rampung dalam 3 tahun sehingga dapat beroperasi pada 2022.
Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengatakan konsorsium yang digalang perseroan telah mendapat izin prakarsa dari Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat untuk membangun jalan tol tersebut.
Tahapan kemudian akan bergulir pada lelang investasi dan saat ini konsorsium masih mematangkan penetapan lokasi sebagai salah satu syarat lelang. Pihak pemrakarsa tetap diharuskan mengikuti proses lelang. Namun, pemrakarsa mempunyai hak istimewa, yaitu hak menyamakan atau right to match sehingga peluang memenangi lelang amat besar.
Menurut Budi, pihaknya memproyeksi pembangunan jalan tol Solo - Yogyakarta - Kulonprogo bisa dimulai pada semester kedua 2019.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Perseroan menyiapkan belanja modal Rp3,4 triliun untuk tahun depan. “Rencana belanja modal akan digunakan untuk investasi rutin di unit bisnis operasi dan investasi pengembengan pada proyek perusahaan,” kata Direktur Utama Aneka Tambang Arie Prabowo Ariotedjo seperti dikutip Kontan.
Pada tahun depan, emiten berkode saham ANTM ini masih fokus mengawal sejumlah proyek hilirasasi pertambangan, proyek hilirisasi alumina salah satunya. Tak hanya itu, ANTM juga memiliki proyek hilirisasi tambang lain yaitu pabrik feronikel di Halmahera Timur.
Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hingga 13.500 ton nikel per tahun. Proyek lainnya ada smelter grade alumina di Kalimantan Barat yang memiliki kapasitas 1 juta ton yang digarap barsama induk usaha PT Indonesia Asahan Aluminium.
Selain meneruskan proyek pembangunan pabrik pengolahan, Arie mengatakan kini ANTM tengah menunggu izin usaha pertambangan eksplorasi untuk menggarap blok tambang nikel Bahodopi Utara, Morowali, Sulawesi Tengah dan blok tambang nikel Matarape, Sulawesi Tenggara.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
Perseroan melampaui target kerjasama proyek dengan pihak luar negeri. Total omzet kontrak luar negeri tahun 2018 tersebut telah mencapai sekitar Rp6,6 triliun hingga awal Desember 2018.
Seperti dikutip Kontan, General Manager Luar Negeri WIKA Yulianto menuturkan target proyek luar negeri WIKA tahun 2018 ialah Rp6,5 triliun.
"Total sekitar Rp8,9 triliun. Proyek lama senilai Rp2,3 triliun, sisanya baru," tutur Yulianto.
Perolehan kontrak tersebut berasal dari beberapa negara seperti Timor Leste, Malaysia, Filipina, Myanmar, Taiwan, Uni Emirat Arab, Aljazair, Senegal dan Nigeria. Nilai proyek WIKA yang sudah masuk berasal dari Nigeria Rp300 miliar, Aljazair sekitar Rp 1 triliun merupakan proyek lanjutan, Senegal Rp1,8 triliun dan Taiwan dengan nilai kontrak Rp4,2 triliun namun sudah masuk senilai Rp102 miliar.
Proyek WIKA di Senegal bernilai sekitar Rp3,8 triliun atau €220 juta. Nilai tersebut untuk proyek maxius seperti congres hall, hotel, office, residence dan Marina.
PT Cottonindo Ariesta Tbk (KPAS)
Perseroan berencana meningkatkan kapasitas produksi sebesar 300 persen, menjadi 64,8 juta paks produk kapas pada tahun 2019. Hal itu untuk mengantisipasi tingginya permintaan kapas perseroan dari pasar luar negeri.
Saat ini, kapasitas produksi perusahaan yang mengolah dan memproduksi kapas untuk kosmetik, kesehatan dan industri ini baru mencapai 21,6 juta paks per tahun.
“Peningkatan kapasitas produksi sebesar 300 persen tersebut, setelah pabrik baru kami selesai dibangun, dan mulai berproduksi pada kuartal kedua 2019. Hal itu sebagai antisipasi kami dalam memenuhi tingginya permintaan pasar ekspor dan domestik,” kata Direktur Utama Cottonindo Marting Djapar.
Selama ini KPAS telah mengekpor produknya ke sejumlah negara seperti Hong Kong, Vietnam, Philipine, Malaysia, Taiwan, dan Myanmar. Perseroan juga berhasil menembus pasar Australia, Rusia dan Uni Emirat Arab.
Dalam waktu dekat perusahaan ini akan mengekspor produknya ke Korea Selatan. Pasar ekspor merupakan peluang bisnis yang akan terus ditingkatkan hingga mencapai sekitar 15-20 persen dari total kapasitas produksi.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.