BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Analisa Fundamental dan Teknikal INDY : Tekanan Jual Menahan Kenaikan Saham Ini

Bareksa20 Maret 2018
Tags:
Analisa Fundamental dan Teknikal INDY : Tekanan Jual Menahan Kenaikan Saham Ini
Pewarta mengoperasikan gawai disela pembukaan perdagangan saham 2018 di BEI, Jakarta, Selasa (2/1). Wapres berharap pasar modal Indonesia dapat menghasilkan efek berganda (multiplier effect) yang lebih besar ke perekonomian nasional guna menjaga momentum perekonomian di tahun 2018.(ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Kemarin saham INDY ditutup menguat 4,53 persen dengan berakhir di level Rp3.460 per saham

Bareksa.com - Harga saham PT Indika Energy Tbk (INDY) pada perdagangan Senin, 20 Maret 2018 ditutup menguat 4,53 persen dengan berakhir di level Rp3.460 per saham. Saham INDY kemarin ditransaksikan sebanyak 8.241 kali dengan nilai transaksi Rp153,4 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham INDY antara lain Mirae Asset Sekuritas (YP) dengan nilai pembelian Rp15,57miliar, kemudian MandiriSekuritas (CC) Rp11,5 miliar, dan RHB Sekuritas (DR) Rp11,01 miliar.

Ketiganya berkontribusi terhadap nilai transaksi INDY masing-masing sebesar 10,15 persen, 7,5 persen, dan 7,18 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

Saham INDY menjadi salah satu saham sektor pertambangan yang turun cukup dalam pada Maret 2018 ini, di mana secara month to date hingga penutupan kemarin saham INDY telah anjlok 19,91 persen.

Lantas bagaimana dengan fundamental INDY itu sendiri?

Fundamental INDY

Menurut analisis Bareksa, secara fundamental, berdasarkan laporan keuangan yang dirilis INDY kemarin, kinerja Indika Group terbilang sangat positif. Perseroan berhasil membukukan laba bersih US$335,41 juta sepanjang 2017 atau meroket 596,24 persen. Pada 2016, perseroan mencatatkan kerugian US$67,59 juta.

Raihan laba didorong oleh melonjaknya pendapatan perseroan 40,6 persen pada 2017 menjadi US$1,09 miliar dari 2016 yang sebesar US$775,23 juta.

Kemudian laba kotor juga tercatat naik 38,57 persen pada 2017 menjadi US$122,91 juta dari 2016 yang sebesar US$88,7 juta.

Turunnya beban penjualan, umum dan administrasi 10,1 persen menjadi US$88,8 juta dari US$98,8 juta di 2016 juga membawa dampak positif terhadap laba INDY.

Sementara itu, beban keuangan perseroan pada 2017 naik 27,3 persen menjadi US$76,9 juta dibanding US$60,4 juta pada 2016 karena percepatan pembebanan amortisasi biaya penerbitan obligasi yang jatuh tempo pada 2018 setelah dilakukan pembayaran lebih awal terhadap obligasi ini.

Selain itu, peningkatan juga disebabkan beban bunga dari penerbitan obligasi baru perseroan US$575,0 juta, serta biaya penerbitan obligasi dan biaya pendanaan akuisisi di 2017.

Di samping itu, total aset perseroan mencapai US$3,63 miliar hingga periode yang berakhir 31 Desember 2017, naik tajam dari total aset US$1,82 miliar di 2016.

Kontribusi Segmen Bisnis Pendapatan INDY

Illustration
Sumber : LK INDY, diolah Bareksa

Adapun kontribusi pendapatan per segmen usaha pada 2017 mayoritas masih disumbang oleh jasa energi (68,01 persen), kemudian sumber daya energi (24,76 persen), dan infrastruktur energi (7,23 persen).

Analisis Teknikal INDY

Illustration
Sumber : Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal, candle saham INDY pada perdagangan kemarin membentuk inverted hammer yang menggambarkan pergerakan kurang positif pada saham ini karena setelah sempat naik tinggi.

Saham INDY tidak mampu bertahan sehingga menyebabkan terbentuknya long upper shadow yang menandakan adanya tekanan jual.

Secara volume terlihat mengalami peningkatan pada perdagangan kemarin, menandakan adanya tekanan jual yang masih cenderung tinggi pada saham INDY sehingga menahan kenaikan saham ini.

Pergerakan saham INDY terlihat masih dalam fase downtrend dengan pergerakan harga yang berada di bawah garis MA 5, MA 20, dan MA 60.

Selain itu MA 20 juga terlihat akan terjadi death cross dengan MA 60 yang mengindikasikan adanya sinyal downtrend dalam jangka waktu yang lebih panjang. Indikator relative strength index (RSI) terlihat mencoba berbalik arah setelah mendekati area jenuh jual.

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua