BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Inflasi Capai 181%, Inilah Data Penyebab Krisis Venezuela

Bareksa20 Desember 2016
Tags:
Inflasi Capai 181%, Inilah Data Penyebab Krisis Venezuela
Seorang pekerja melintasi jalur pipa di kawasan industri Jose Antonio Anzoategui milik produsen migas PDVSA di Venezuela. Venezuela adalah salah satu produsen minyak yang menjadi anggota OPEC. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

Inflasi Semakin Tidak Terkendali, Venezuela Terbitkan Mata Uang Pecahan Hingga 20.000 Bolivar atau Setara US$5

Bareksa.com – Pada akhir pekan lalu Nicolas Maduro selaku Presiden Venezuela memberi waktu 72 jam bagi warga untuk menukar uang kertas pecahan 100 bolivar yang saat ini hanya bernilai 2 sen dolar AS menjadi uang logam dengan nilai yang sama. Selembar uang pecahan nilai tertinggi di negara tersebut hanya dapat membeli satu pak permen karet isi lima.

Pengumuman itu dilakukan sepekan setelah pemerintah negara itu menyatakan untuk mengganti uang kertas 100 bolivar dengan enam uang kertas lainnya, bernilai 500 hingga 20.000 bolivar atau setara US$ 5 per 15 Desember 2016.

Meski batas waktunya sudah terjadi, pendistribusian uang belum dilakukan baik di kantor bank maupun mesin-mesin ATM. Padahal, warga Venezuela sudah mengantri panjang untuk menukar uang mereka. Masalah ini adalah cerminan kekacauan ekonomi parah yang dihadapi Venezuela, di mana nilai mata uang turun signifikan dan inflasi melonjak tinggi.

Promo Terbaru di Bareksa

Data apa saja yang memicu gejolak perekonomian negara di Amerika Selatan itu?

Bareksa menganalisis, setidaknya ada tiga data utama penyebab runtuhnya perekonomian negara yang digadang justru akan menjadi negara adidaya di era kejayaan harga minyak dunia. Data-data tersebut yakni : merosotnya harga minyak dunia, ketidakstabilan politik, dan terdepresiasinya nilai mata uang Bolivar Venezuela.

Seperti yang diketahui, sekitar 95 persen ekspor Venezuela disumbangkan oleh penjualan minyak dunia. Namun, seiring mulai melemahnya harga emas hitam tersebut dalam beberapa tahun terakhir dan diikuti penurunan nilai mata uang yang signifikan, sumber pendapatan Venezuela mengalami penurunan signifikan sehingga berdampak ke seluruh aspek perekonomian makro. Maka, terjadilah defisit anggaran negara, pengangguran, inflasi dan peningkatan suku bunga yang tentunya memaksa mata uang Bolivar melemah hingga 55 persen per November 2016 dan tentunya berdampak pada kenaikan harga barang pokok.

Berikut adalah pertumbuhan variabel yang telah disebutkan di atas. Sebelumnya kami sampaikan, Venezuela sangat jarang mempublikasikan rilis-rilis data ekonomi seiring adanya krisis di negara tersebut.

Selama enam tahun sejak 2008, pemerintah Venezuela tidak dapat membiayai penuh anggaran negaranya. Hasilnya, defisit anggaran terus membengkak dari 1,2 persen terhadap pendapatan tahun 2008 hingga mencapai 11,5 persen pada tahun 2013.

Masalah Venezuela bisa bertambah buruk. Pemerintah negara ini harus membayar utang sekitar US$ 5 miliar pada Oktober dan November 2016. Cadangan devisa negara ini juga turun ke tingkat terendahnya dalam 12 tahun terakhir.

Grafik: Government Budget Deficit

Illustration

Sumber : tradingeconomics.com, diolah Bareksa.com

Sementara itu, peningkatan harga barang-barang alias inflasi terus semakin tinggi. Data menunjukkan tingkat inflasi di Venezuela meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2015 mulai dari 76 persen pada Januari menjadi 181 persen pada Desember.

Data terbaru International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan tahun ini laju inflasi di Venezuela mencapai 481 persen, atau kondisi harga-harga naik hampir enam kali lipat dalam setahun. Sementara itu, tahun depan, inflasi di Venezuela diproyeksi mencapai 1.642 persen.

Grafik: Pertumbuhan Inflasi Sepanjang 2015

Illustration

Sumber : tradingeconomics.com, diolah Bareksa.com

Tingkat suku bunga juga bertambah tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh, suku bunga terendah di Venezuela tahun 2016 terjadi pada Maret yakni sebesar 19,5 persen dan terus naik hingga mencapai 22,5 persen pada Desember. Tingkat suku bunga yang tinggi ini menghambat pertumbuhan ekonomi nasional karena membuat orang enggan mengambil kredit dan mendorong masyarakat untuk menyimpan uang di bank.

Grafik: Pertumbuhan Suku Bunga Sepanjang 2016

Illustration

Sumber : tradingeconomics.com, diolah Bareksa.com

Kemudian, tingkat pengangguran di Venezuela juga masih tinggi. Pada Januari 2016, tingkat pengangguran mencapai 8,1 persen meski sudah turun menjadi 7,3 persen pada April. IMF juga memprediksi, tingkat pengangguran di Venezuela akan mencapai 17 persen tahun ini, dan 21 persen di tahun depan.

Grafik: Pertumbuhan Angka Pengangguran Sepanjang Mei 2015 – April 2016

Illustration

Sumber : tradingeconomics.com, diolah Bareksa.com

Meski begitu, Maduro sebelumnya pernah mengatakan, ada jaringan kejahatan terorganisasi di perbatasan Kolombia-Venezuela yang membeli mata uang Venezuela, untuk membeli barang subsidi di Venezuela, dan menjualnya dengan lebih mahal di Kolombia. Kondisi ini yang membuat barang-barang subsidi menjadi tidak tepat sasaran, dan akhirnya harga menjadi naik dan inflasi melambung.

Yang terakhir ialah ketidakstabilan politik, di mana pada Januari lalu, partai oposisi Democratic Unity berhasil merebut 109 kursi di kongres, jauh dari yang didapat partai Maduro yang hanya 55 kursi. Dengan itu, oposisi berhasil menguasai 65 persen kongres yang berarti dapat memecat kabinet Maduro dan meloloskan reformasi yang tak bisa dibatalkan Maduro. Dalam kasus apa pun, ketidakstabilan politik tak pernah baik untuk ekonomi dan hal itu meningkat tahun ini di Venezuela. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.380,2

Up1,09%
Up5,00%
Up7,35%
Up8,50%
Up19,34%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.090,33

Up0,49%
Up5,21%
Up6,68%
Up7,14%
Up2,71%
-

Capital Fixed Income Fund

1.838,73

Up0,53%
Up3,93%
Up6,33%
Up7,43%
Up17,20%
Up39,76%

STAR Stable Amanah Sukuk

1.075,71

Up0,66%
Up3,97%
Up6,69%
---

Insight Renewable Energy Fund

2.259,31

Up0,74%
Up3,72%
Up6,02%
Up7,00%
Up19,69%
Up35,52%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua