MARKET FLASH: SMBR Tarik Utang Rp750 Miliar; WSKT Suntik Anak Usaha Jalan Tol
BTEK akan rights issue untuk akuisisi; GIAA fokus efisiensi
BTEK akan rights issue untuk akuisisi; GIAA fokus efisiensi
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
PT Semen Baturaja Tbk (SMBR)
SMBR akan menarik pinjaman Rp750 miliar untuk mendanai proyek pabrik Baturaja II pada kuartal IV-2016. Pinjaman itu merupakan bagian dari rencana pinjaman Rp1,5 triliun untuk pendanaan proyek baru tersebut.
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber dana proyek tersebut saat ini berasal dari hasil penawaran saham perdana (IPO) dan kas internal. Perusahaan berencana menarik pinjaman kembali sebesar Rp750 miliar tahun depan. Nilai investasi pabrik Baturaja II diperkirakan mencapai Rp3,85 triliun dengan kapasitas produksi semen 1,85 juta ton.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)
WSKT telah menambah modal disetor dan ditempatkan secara tunai sebesar Rp 239,33 miliar kepada Waskita Toll. Modal dasar Waskita Toll menjadi Rp 10 triliun. Waskita Toll merupakan anak usaha WSKT dengan kepemilikan 99,99 persen.
Berdasarkan laporan keuangan WSKT per akhir 2015, Waskita Toll memiliki total aset Rp 9,51 triliun, anak usaha terbesar. Tahun lalu, anak usaha bisnis jalan tol ini mencetak laba bersih sekitar Rp 59,08 miliar.
PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK)
BTEK berencana melakukan penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (15/3), emiten agribisnis tersebut mengungkapkan akan menggunakan dana hasil rights issue ini untuk mengakuisisi calon entitas anak, yaitu Golden Harvest Cocoa Pte Ltd dan modal kerja.
BTEK meminta persetujuan rights issue ini pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUSPSLB) 21 April 2016. BTEK berharap bisa mengantongi pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan bisa diperoleh pada 21 Juni 2016. Nilai rencana akuisisi ini mencapai lebih dari 50 persen ekuitas BTEK. Per September 2015, BTEK memiliki modal disetor Rp 110,30 miliar. Total ekuitas bersih BTEK hanya Rp 77,99 miliar
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)
Pada tahun ini, manajemen GIAA menargetkan efisiensi mencapai US$ 250 juta atau setara Rp 3,25 triliun (kurs Rp13.000 per dollar AS). Angka tersebut meningkat 22 persen dibandingkan target efisiensi pada tahun lalu, yakni senilai US$ 200 juta.
Salah satu cara yang berdampak cukup signifikan adalah cost efficiency yang juga berlaku ke seluruh anak usaha GIAA. GIAA mengharapkan anak usahanya mencatat efisiensi operasional sebesar US$ 48 juta.
PT Lautan Luas Tbk (LTLS)
LTLS menargetkan pendapatan tahun ini naik 15 -18 persen menjadi Rp7 triliun. Untuk mencapai target ini, perseroan mulai merambah bisnis kebutuhan produk kimia bagi industri yang prospektif. Misalnya perseroan memberi pasokan lebih di sektor infrastruktur, yaitu bahan dasar kaca.
Tahun ini, perseroan menyuapkan belanja modal sekitar Rp200-250 miliar untuk pembangunan pabrik sweetener dan penambahan kapasitas pabrik dairy creamer di Mojokerto, Jawa Timur. Target kontribusi pabrik sweetener glukosa dan fruktosa yang akan dibangun perseroan mencapai US$100 juta per tahun.
PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD)
LEAD mencatatkan pendapatan senilai US$47,1 juta sepanjang 2015, turun 32 persen dibanding tahun sebelumnya. Melemahnya kinerja perseroan disebabkan penurunan tingkat utilisasi dan tarif sewa kapal tahun lalu, seiring lesunya kegiatan industri dan merosotnya harga minyak. Perseroan mencatatkan laba tahun berjalan sebesar US$49.329.
PT Krakatau Steel Tbk (KRAS)
KRAS mengalokasikan belanja modal US$387 juta tahun ini, naik 70,37 persen dibandingkan realisasi tahun lalu. Peningkatan belanja modal seiring dengan penyelesaian pabrik blast furnance dan pembangunan pabrik hot strip mill II yang ditargetkan mulai konstruksi Juni 2016.
Sepanjang tahun lalu, perseroan membelanjakan dana US$221,99 juta untuk investasi pengembangan strategis dan US$5,16 juta untuk investasi rutin dalam menunjang operasional perusahaan. Progress EPC blast furnace mencapai 93,3 persen tahun lalu.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
Anak usaha TLKM, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), akan mengalokasikan separuh belanja modal tahun ini untuk kebutuhan jaringan. Telkomsel akan membangun 13.000 base tranceiver station (BTS) baru dan melakukan modernisasi 11.000 BTS. Kebutuhan jaringan seiring dengan peningkatan konsumsi layanan dana yang naik 110 persen sepanjang 2015 dan akan terus tumbuh.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.