Credit Suisse Prediksi Saham GIAA Kembali Terbang pada 2016
Saham GIAA sudah jatuh hampir 45 persen pada tahun ini.
Saham GIAA sudah jatuh hampir 45 persen pada tahun ini.
Bareksa.com - Tahun 2015 mungkin masa yang ingin dilupakan oleh maskapai nasional Indonesia. Maskapai pelat merah Indonesia, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membukukan penurunan nilai sahamnya terbesar dalam setahun.
Utang luar negeri perusahaan harus naik karena menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Di sisi lain, penerbangan terganggu oleh kebakaran hutan dan juga letusan gunung berapi.
Namun, analis penerbangan dari Credit Suisse Group AG, Timothy Ross seperti dilansir Bloomberg Business justru mengatakan sekarang saat yang tepat untuk membeli saham GIAA. Dampak dari abu letusan Rinjani dan juga asap dari kebakaran hutan yang terjadi pada tahun ini hanya bersifat sementara.
Promo Terbaru di Bareksa
Ross mengatakan Garuda yang harga sahamnya terdorong ke bawah sekitar 45 persen pada tahun ini akan mendapatkan keuntungan dibanding rival mereka di penerbangan bujet, yakni PT Lion Mentari Airlines dan Air Asia Bhd. GIAA akan kembali mencetak keuntungan pada tahun depan.
"Ada perubahan fundamental di dalam perusahaan dan harga saham sudah jatuh setengahnya. Kombinasi kedua faktor itu membuat saya bisa lebih positif," katanya.
Ia memprediksikan, dalam 12 bulan ke depan, saham GIAA akan rebound sekitar 22 persen. Tahun ini saham Garuda jatuh tiga kali lebih cepat dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Grafis : Pergerakan Saham GIAA dan IHSG
Sumber: Bareksa.com
Saham garuda sendiri dihargai 0,7 kali aset bersihnya. Nilai ini terendah di antara 25 maskapai di Asia yang disurvey oleh Bloomberg.
Anjloknya rupiah sekitar 12 persen pada 2015, telah membuat liabilitas keuangan internasional perusahaan menjadi lebih mahal. Debt to Equity Ratio (DER) Garuda besarnya setengah yang dimiliki oleh rivalnya di kawasan regional.
Enam analis yang ditanya Bloomberg menyarankan untuk mengambil posisi beli dan memberi rating Lima. Padahal rata-rata maskapai lain di Asia hanya mendapatkan rating empat.
Harga minyak mentah di New York pada tahun ini telah anjlok lebih dari 30 persen. Turunnya harga minyak ini mengurangi harga bahan bakar jet dan memicu kenaikan sebesar 17 persen di Bloomberg Asia Pasific Indeks Airlines.
Garuda juga menjadi pilihan karena banyaknya rekor pembatalan penerbangan pada 2015 oleh Lion Air dan juga jatuhnya pesawat AirAsia dalam perjalanan ke Singapura dari Surabaya. Kecelakaan ini menewaskan 162 orang.
Analis memperkirakan laba bersih Garuda pada tahun ini akan berada kisarsan $34,8 juta dan merupakan laba pertama dalam tiga tahun terakhir.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.