MARKET FLASH: JSMR Ingin Akuisisi Tol Batang-Semarang; Penjualan Semen Naik
EMTK incar pertumbuhan 15%; BI beri sinyal pelonggaran moneter
EMTK incar pertumbuhan 15%; BI beri sinyal pelonggaran moneter
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
Penjualan Semen
Asosiasi Semen Indonesia menyatakan kendati Indonesia telah memasuki musim hujan, penjualan semen pada November 2015 mencapai 6,05 juta ton masih melanjutkan pertumbuhan sebesar 4,7 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu sebanyak 5,77 juta ton. Secara total penjualan semen periode Januari - November 2015 mencapai 55,55 juta ton, naik 1,9 persen dibandingkan dengan tahun lalu
Promo Terbaru di Bareksa
Adapun penjualan secara month on month, pada November mengalami penurunan 5 persen dibanding Oktober. Hal ini terjadi akibat faktor musim penghujan dan telah menjadi siklus tahunan. Pada kuartal III-2015 ada dua unit pabrik semen baru yang memasuki tahap commissioning, yakni Semen Jawa dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton per tahun dan Semen Merah Putih dengan kapasitas produksi 3,6 juta ton per tahun.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)
JSMR menyiapkan dana sekitar Rp5,5 triliun guna mengakuisisi 55 persen ruas tol Batang - Semarang di Jawa Tengah pada 2016. Sumber dananya berasal dari ekuitas sebesar 30 persen dan sisanya pinjaman perbankan. Perusahaan milik negara ini ingin menjadi pemegang saham mayoritas di ruas sepanjang 75 kilometer tersebut yang secara keseluruhan investasinya diperkirakan mencapai Rp10 triliun.
Selain ruas itu, perusahaan tengah menggarap 13 ruas tol baru dengan nilai investasi sekitar Rp40 triliun sampai 2018. Pada 2016, perseroan menyiapkan nilai belanja modal sekitar Rp16 triliun.
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)
EMTK membidik pertumbuhan pendapatan 10 - 15 persen sepanjang tahun depan hingga mencapai Rp7,8 triliun. Pada tahun ini, manajemen EMTK memproyeksikan, pendapatan tumbuh 3-4 persen menjadi hingga Rp 6,78 triliun.
Proyeksi tersebut mungkin tercapai apabila kurs rupiah membaik terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dan perekonomian berputar, sehingga mendorong pendapatan induk usaha stasiun televisi SCTV dan Indosiar ini. Demi mendukung ekspansi, EMTK mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 200 miliar pada 2016.
Kebijakan Moneter
Bank Indonesia melemparkan sinyal akan meninggalkan rezim moneter ketat yang telah diterapkan sejak pertengahan 2013, seiring dengan terus membaiknya dua indikator kunci, yaitu inflasi dan defisit transaksi berjalan. Dengan 20 hari tersisa tahun ini, BI mengestimasi defisit transaksi berjalan tidak akan bergerak jauh dari realisasi sampai kuartal III-2015 sebesar 2,03 persen, atau turun setengah dari pencapaian 2014 yang menyentuh 3,1 persen.
Adapun, inflasi keseluruhan sepanjang 2015 diperkirakan juga tidak akan menembus 3 persen dan malah berpeluang memecahkan rekor terendah sejak 2009, setelah realisasi indeks harga konsumen per November 2015 tercatat hanya 2,37 persen. Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Mirza Adityswara mengungkapkan langkah pelonggaran bank sentral telah dimulai dengan memotong giro wajib minimum (GWM) sebesar 50 basis poin menjadi 7,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) November. Menurutnya, langkah itu bisa saja dilanjutkan dengan memangkas suku bunga acuan atau BI Rate pada RDG berikutnya.
Rencana IPO UKM
Bursa Efek Indonesia tengah menyusun model bisnis bagi usaha kecil dan menengah agar bisa melantai di pasar saham. Sebelum melepas saham ke publik, perusahaan skala kecil dan menengah harus menggemukkan dulu asetnya. Jika asetnya sudah mencukupi, barulah diantar ke lantai bursa.
Agar perdagangan saham UKM likuid, bursa akan membentuk satu sistem perdagangan yang bersifat dealer driven atau memiliki market maker. Broker yang dapat menjadi market maker adalah broker dengan kepemilikan modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) yang besar dan modal kuat. Kriteria broker untuk menjadi market maker tengah didiskusikan oleh Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI).
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.