Apa yang mau kamu cari?
Kamu bisa mulai dari nama produk investasi atau topik tertentu.
Kamu bisa mulai dari nama produk investasi atau topik tertentu.
Dalam lima hari sejak pengumuman, indeks saham global anjlok signifikan di antaranya S&P 500 minus 10,13%
Dalam lima hari sejak pengumuman, indeks saham global anjlok signifikan di antaranya S&P 500 minus 10,13%
Bareksa.com - Keputusan Amerika Serikat pada 2 April 2025 untuk mengimplementasikan tarif resiprokal skala besar mengguncang pasar finansial global secara dramatis. Meskipun jadwal pengumuman ini sudah lama diantisipasi, namun dampaknya tetap mengejutkan.
Dalam lima hari sejak pengumuman, indeks saham global anjlok signifikan: S&P 500 -10,13%, Nasdaq -10,58%, dan MSCI Asia Pacific -11,26%. Di sisi lain, indeks volatilitas melonjak +115,8%, mempertegas kekhawatiran investor terhadap potensi resesi global.
Menurut Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), penyebab utama kekhawatiran pasar terletak pada besarnya lonjakan tarif, dari tarif efektif rata-rata 3% menjadi 25%, tertinggi dalam 100 tahun terakhir.
“Tak hanya itu, formula perhitungan tarif ini dinilai tidak biasa, karena berdasarkan trade gap (defisit perdagangan), bukan hambatan perdagangan (trade barrier) yang lazim digunakan dalam perjanjian dagang internasional,” ujarnya Rabu (9/4).
Dampak dari metode perhitungan ini sangat terasa bagi negara berkembang. Contohnya, Indonesia terkena tarif resiprokal 32%, karena neraca perdagangannya dengan AS menunjukkan defisit US$17,9 miliar. Negara lain bahkan terkena tarif lebih besar, seperti Sri Lanka 44%, dan Madagaskar 47%.
Padahal, defisit perdagangan bisa menciptakan solusi win-win, seperti efisiensi harga dan daya saing global. Namun, menurut Dewan Penasihat Ekonomi AS, kebijakan ini memang ditujukan untuk menutup celah defisit perdagangan.
Meski Presiden Trump menyebut 2 April sebagai Liberation Day dari "kecurangan global", langkah ini justru menimbulkan ketidakpastian ekonomi baru. Negara-negara seperti China telah menyatakan akan membalas tarif, dan AS pun bersiap menaikkan tarif lebih tinggi lagi.
Kondisi ini membuka pertanyaan besar: apakah tarif ini akan permanen, atau hanya strategi negosiasi? Dan lebih penting lagi, apa dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi global?
Di Indonesia, efek langsung tarif ini mulai terasa. Setelah libur Lebaran, IHSG sempat anjlok 9%, memicu penghentian perdagangan sementara (trading halt), hingga akhirnya ditutup melemah 7,9% di 5996,14 pada Selasa (8/4/2025). Rupiah sempat menyentuh Rp17.000 per dolar AS, dan imbal hasil SBN 10 tahun naik ke 7,1%. Pemerintah RI memilih jalur damai tidak akan melakukan tarif balasan, dan akan menempuh negosiasi bersama ASEAN.
MAMI memperkirakan dalam jangka pendek, volatilitas pasar diperkirakan masih akan tetap tinggi menantikan perkembangan negosiasi tarif serta dampak tarif terhadap laporan keuangan emiten, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi.
Meski begitu, pembalikan sentimen dapat terjadi sewaktu-waktu, berkaca dari periode awal tarif terhadap Kanada dan Meksiko di Februari dan Maret 2025, di mana Trump dapat dengan cepat menunda implementasi tarif sehingga mengangkat sentimen di pasar.
MAMI menyarankan investor memiliki portofolio yang terdiversifikasi, dan memastikan adanya aset-aset yang likuid, sehingga dapat menjaga volatilitas portofolio dan memanfaatkan potensi pembalikan sentimen di pasar yang masih sangat dinamis.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.121,74 | - | |||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.109,93 | - | - | ||||
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.893,98 | ||||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund | 1.085,28 | - | - | ||||
Capital Regular Income Fund Dividen | 1.028,98 | - | - | - | - |
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
SR022
SyariahSukuk Ritel
Periode Pembelian
16 Mei - 18 Jun 2025
Tipe Kupon
Fixed
SBR014
Saving Bond Ritel
Periode Pembelian
14 Jul - 7 Agt 2025
Tipe Kupon
Mengambang
SR023
SyariahSukuk Ritel
Periode Pembelian
22 Agt - 12 Sep 2025
Tipe Kupon
Fixed
ORI028
Obligasi Negara Ritel
Periode Pembelian
29 Sep - 23 Okt 2025
Tipe Kupon
Fixed
ST015
SyariahSukuk Tabungan
Periode Pembelian
10 Nov - 3 Des 2025
Tipe Kupon
Mengambang