Apa yang mau kamu cari?
Kamu bisa mulai dari nama produk investasi atau topik tertentu.
Kamu bisa mulai dari nama produk investasi atau topik tertentu.
Pasar saham bergejolak akibat kebijakan tarif Trump dan The Fed. Namun, dua sektor ini tetap tangguh! Apa saja peluangnya? Baca selengkapnya di sini
Pasar saham bergejolak akibat kebijakan tarif Trump dan The Fed. Namun, dua sektor ini tetap tangguh! Apa saja peluangnya? Baca selengkapnya di sini
Bareksa.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai mengimplementasikan kebijakan tarif yang dijanjikannya dalam kampanye, tetapi banyak janji "day one" justru berubah menjadi implementasi bertahap.
Menurut Samuel Kesuma, CFA – Chief Investment Officer - Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko ditunda untuk sementara, sementara tarif 60% terhadap China dikurangi menjadi 10%.
“Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan Trump masih membuka ruang untuk negosiasi demi mencapai keseimbangan perdagangan global. Namun, volatilitas kebijakan ini tetap menjadi pemicu ketidakstabilan pasar dalam jangka pendek hingga menengah,” ujar Samuel dalam laporan Seeking Alpha edisi Februari 2025 (17/2).
Menurut dia, Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) tampaknya masih dalam mode "wait and see" terhadap kebijakan Trump sebelum mengambil keputusan lebih lanjut terkait suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pernyataan terbarunya menegaskan bahwa belum ada urgensi untuk segera memangkas suku bunga lebih lanjut.
Setelah tiga kali pemangkasan suku bunga di akhir 2024, kini The Fed lebih berhati-hati dalam menjaga keseimbangan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Jika pemangkasan dilakukan terlalu cepat, maka inflasi bisa meningkat kembali, sementara jika terlalu lambat, ekonomi bisa terdampak negatif.
Samuel memperkirakan dolar AS akan tetap kuat dalam jangka pendek, akibat ketidakpastian kebijakan Trump, sikap hawkish The Fed, serta pemangkasan suku bunga yang lebih agresif di negara maju lainnya.
Sementara itu, Bank Indonesia mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga ke level 5.75% di Januari 2025. Meski Rupiah melemah ke kisaran 16.000 per dolar AS, BI menyatakan level ini masih sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia. Upaya stabilisasi tetap dilakukan melalui intervensi di pasar valas dan kebijakan baru terkait devisa hasil ekspor (DHE).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024 tercatat 5.03%, lebih rendah dari 2023 (5.05%) dan 2022 (5.31%), menunjukkan tren penurunan yang mengkhawatirkan. Pemerintahan Prabowo Subianto merespons dengan kebijakan populis dan stimulus, termasuk kenaikan upah minimum regional (UMR), pembatalan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN), serta paket stimulus Rp38 triliun.
“Namun, efektivitas langkah-langkah ini masih menjadi pertanyaan, terutama di tengah ancaman perang tarif global yang dapat menghambat perdagangan dan pertumbuhan lebih lanjut,” Samuel mengungkapkan.
Kondisi likuiditas domestik masih relatif ketat akibat rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) perbankan yang tinggi. Namun, pemerintah berupaya memperbaiki kondisi ini melalui kebijakan DHE dan pengurangan penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Dari sisi global, menurut Samuel, investor masih menunggu kejelasan kebijakan Trump dan arah suku bunga The Fed sebelum melakukan reposisi di emerging markets, termasuk Indonesia. Arus dana asing yang keluar dari pasar negara berkembang semakin memperkuat Dolar AS dan menekan mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah.
Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, Samuel menilai, saham sektor konsumsi tetap menjadi pilihan menarik karena bisnisnya lebih tahan terhadap volatilitas. Kebijakan pemerintah yang mendukung daya beli masyarakat diharapkan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan sektor ini.
Di sisi lain, sektor perbankan saat ini diperdagangkan di valuasi yang menarik setelah aksi jual oleh investor asing. “Jika The Fed mulai melunak dalam kebijakan suku bunganya pada semester kedua 2025, arus dana asing berpotensi kembali masuk ke pasar saham Indonesia, mendukung pemulihan sektor perbankan dan perekonomian secara keseluruhan,” dia menjelaskan.
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.116,53 | - | |||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.105,85 | - | - | ||||
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.886,41 | ||||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund | 1.080,4 | - | - | ||||
Capital Regular Income Fund Dividen | 1.024,87 | - | - | - | - |
ST014T2
Syariahsukuk tabungan
Imbal Hasil/Th
6,5%
Periode Pembelian
Berakhir dalam 20 hari
Jangka Waktu
2 tahun
Terjual 93%
ST014T4
Syariahsukuk tabungan
Imbal Hasil/Th
6,6%
Periode Pembelian
Berakhir dalam 20 hari
Jangka Waktu
4 tahun
Terjual 62%
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.