CEO MAMI, Afifa : IHSG sudah Murah, Saham-saham Ini Prospektif di 2025
Strategi pengelolaan saham MAMI pada 2025 akan berfokus pada sektor dengan orientasi domestik
Strategi pengelolaan saham MAMI pada 2025 akan berfokus pada sektor dengan orientasi domestik
Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air sangat bergejolak akhir-akhir ini, setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai level tertingginya pada 19 September 2024 di 7.905. Hingga Kamis (5/12), atau sekitar 2,5 bulan, IHSG turun 7,48% jadi 7.313. Bahkan per 2/12 saat IHSG ditutup di 7.051, pasar saham Tanah Air merosot 10,8% dari level tertingginya.
Gejolak pasar utamanya akibat beragam sentimen eksternal, mulai Donald Trump yang terpilih kembali jadi presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 dalam pemilihan umum (Pemilu) pada 5 November lalu. Visi Trump “Make America Great Again”, termasuk ingin menerapkan tarif tinggi bea masuk impor, sehingga memicu perang dagang, sebagaimana kepemipinan pada 2017-2021 saat Trump menjabat sebagai POTUS ke-45. Kondisi ini membuat ekspektasi pemangkasan agresif suku bunga The Federal Reserve (Fed Rate) melemah seiring potensi lonjakan inflasi akibat kebijakan perang dagang Trump.
Selain itu, sentimen konflik geopolitik yakni perang Rusia-Ukraina yang kembali memanas dan perang Israel-Iran yang belum kunjung mereda menambah sentimen negatif bagi IHSG. Hal itu memicu keluarnya dana asing dari pasar saham Tanah Air. Sepekan terakhir (per 5/12), nilai jual bersih asing di IHSG mencapai Rp650 muliar di seluruh pasar dan sebulan terakhir Rp14,79 triliun. Meski begitu sejak awal 2024 hingga 5 Desember (YTD), asing masih membukukan net buy Rp22,8 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Nilai Beli/Jual Bersih Asing di IHSG
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Meski gejolak pasar demikian tinggi sejak akhir September hingga awal Desember, namun justru dinilai sebagai momentum tepat untuk berinvestasi. Menurut Afifa, CEO & President Director PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), IHSG saat ini sudah relatif murah. Sebab meskipun pegerakan IHSG akan dibayangi sentimen ketidakpastian kebijakan Trump, namun koreksi saat ini justru membuat valuasi emiten jadi lebih murah, sehingga meningkatkan potensi imbal hasil saham untuk jangka panjang ke depannya.
Afifa menyatakan MAMI akan berfokus pada sektor saham yang beroritensi domestik-sentris. Utamanya sektor saham yang untung dari fokus kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam menopang daya beli masyarakat.
Fund manager MAMI juga akan mencermati emiten-emiten yang punya potensi pertumbuhan pendapatan dan laba di tengah makroekonomi global yang menantang tahun depan. Seperti apa saran Afifa terhadap investor dalam berinvestasi tahun depan? Berikut hasil wawancara Jurnalis Bareksa, Abdul Malik dengan Afifa (5/12):
Bagaimana MAMI menilai valuasi IHSG saat ini, apakah sudah murah atau masih mahal? Menurut Ibu, kira-kira bagaimana potensi IHSG bangkit hingga akhir 2024? Apa saja faktor penopang dan penekannya? Sektor-sektor apa yang akan dipantau?
Valuasi IHSG saat ini relatif murah, karena jika dilihat berdasarkan rasio PE (price to earning) forward 12 bulan yang saat ini di kisaran 12.1x, lebih rendah dibandingkan rata-rata 5 tahun di 14.8x.
Potensi ke depannya akan sangat bergantung pada perkembangan sentimen di pasar global. Saat ini pasar tertekan oleh ketidakpastian kebijakan President-elect Trump yang Amerika-sentris dan dapat berdampak negatif pada perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu dampak lain dari potensi kebijakan Trump adalah tekanan dari penguatan dolar AS yang juga dapat berdampak pada rupiah, hal ini tentunya akan mempengaruhi ruang Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga.
Dengan kondisi global yang diperkirakan akan cenderung volatil, untuk 2025, kami fokus pada sektor yang domestik-sentris, terutama sektor yang dapat diuntungkan dari fokus kebijakan Presiden Prabowo untuk menopang daya beli masyarakat.
Kinerja IHSG November 2024
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Seiring gejolak pasar akhir-akhir ini, turunnya pasar saham turut menekan kinerja reksadana saham. Apakah hal ini juga dialami oleh MAMI? Bagaimana strategi mempercantik kinerja reksadana tersebut jelang akhir 2024? Kapan window dressing akan dilakukan?
Return reksadana saham di tahun ini memang relatif di bawah kelas aset lain seperti reksadana obligasi dan reksadana pasar uang. Kondisi ini disebabkan minat mengambil risiko (risk appetite) dari investor yang masih terbatas karena return dari investasi risk free (obligasi pemerintah) yang masih cukup tinggi dan ketidakpastian yang tinggi di tahun pemilu.
Perlu diingat koreksi di pasar saham menyebabkan valuasi emiten menjadi lebih murah, yang meningkatkan potensi imbal hasil instrument saham untuk jangka panjang ke depannya.
Strategi portofolio reksadana saham kami berfokus pada sektor yang berorientasi domestik, serta pada emiten-emiten yang menurut analisa kami masih memiliki potensi pertumbuhan earnings dalam kondisi makroekonomi global yang menantang. Tidak ada kebijakan window dressing dalam reksadana Manulife.
Top 20 MI AUM Terbesar Oktober 2024
Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry Data Market - Monthly Report October 2024
Saat ini pasar kembali diguncang sentimen konflik geopolitik yakni perang Rusia - Ukraina yang kembali memanas, bahkan ada anggapan bisa memicu perang dunia III, ditambah konflik Timur Tengah yang belum mereda. Bagaimana sikap MAMI dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini?
Kondisi geopolitik merupakan suatu systematic risk, di mana risiko ini tidak bisa dihilangkan di pasar karena sudah terkandung secara natural saat berinvestasi di pasar modal. Dari sisi pengelolaan portofolio kami bisa melakukan perubahan posisi pada sektor yang memiliki beta rendah terhadap indeks, atau meningkatkan porsi cash. Langkah ini dapat meminimalisir potensi loss dari portofolio, walau tidak menghilangkan risiko tersebut seluruhnya.
Menghadapi kondisi systematic risk ini, hal terbaik yang dapat dilakukan investor adalah memiliki portofolio investasi yang terdiversifikasi dengan baik. Alokasi pada kelas aset yang konservatif atau defensif dapat mendukung stabilitas portofolio yang lebih baik dalam menghadapi kondisi ketidakpastian pasar.
Januari tahun depan, Trump mulai menjabat Presiden ke-47 AS, di mana kebijakannya dikenal sangat kontroversial, salah satunya perang dagang yang bisa mengguncang pasar. Bagaimana pasar mengantisipasi kebijakan-kebijakan Trump di masa mendatang?
Pasar dapat mengambil pelajaran dari periode pemerintahan Trump yang pertama, sehingga setidaknya pasar bisa lebih siap menghadapi karakter Trump yang dinamis. Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa Trump memiliki sifat yang sulit diprediksi, sehingga para investor perlu bersiap menghadapi risiko volatilitas jangka pendek yang mungkin timbul akibat kejutan-kejutan dari Trump di masa mendatang.
Untuk menghadapi kondisi ini, sebaiknya investor memastikan diri untuk memiliki portofolio yang terdiversifikasi. Walau terdapat risiko kebijakan Trump, di sisi lain arah kebijakan suku bunga diperkirakan masih akan turun di 2025, sehingga kelas aset obligasi juga masih memiliki potensi menarik.
Kinerja IHSG Saat Trump Jadi Presiden AS (periode 20/1/2017-20/1/2021)
Sumber : Bareksa
Soal tren suku bunga rendah seiring proyeksi berlanjutnya pemangkasan suku bunga oleh bank sentral, utamanya The Federal Reserve, apakah menurut pandangan MAMI, akan benar-benar terjadi? Sebab perang dagang bisa kembali mengerek inflasi yang justru The Fed berpeluang untuk menahan penurunan suku bunga untuk meredam laju inflasi?
Kami melihat suku bunga The Fed masih berpotensi turun di 2025. Namun yang menjadi fokus adalah berapa besar penurunan yang bisa dilakukan. Median dot plot FOMC pada September lalu memperkirakan FFR (Federal Funds Rate) dapat turun ke kisaran 3,5% di akhir 2025. Namun pasca terpilihnya Trump, ekspektasi pasar saat ini menjadi lebih konservatif dengan FFR diperkirakan turun ke 3,75% dikarenakan potensi kebijakan Trump yang inflationary.
Ke depannya, ekspektasi pemangkasan suku bunga ini masih akan bergerak dinamis seiring dengan perkembangan data ekonomi dan inflasi AS. Namun setidaknya sebagai acuan dasar, pasar saat ini masih melihat potensi pemangkasan 50-100 basis poin (bps) hingga akhir periode 2025.
Ekpektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed pada Desember 2024
Sumber : www.cmegroup.com
Bagaimana strategi pengelolaan reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap MAMI pada 2025 dengan mempertimbangkan beberapa sentimen tersebut?
Seperti yang disampaikan sebelumnya, strategi pengelolaan saham kami berfokus pada sektor dengan orientasi domestik, serta pada emiten-emiten yang menurut analisa kami masih memiliki potensi pertumbuhan earnings.
Potensi pasar obligasi masih menarik didukung dengan masih terbukanya outlook pemangkasan suku bunga, walau volatilitas jangka pendek tidak bisa dikesampingkan karena kondisi global yang dinamis. Strategi portofolio berfokus pada manajemen durasi, serta bauran portofolio yang mengoptimalkan imbal hasil dan likuiditas untuk memastikan portofolio dapat bergerak lincah.
Kinerja Beberapa Reksadana MAMI 6 Bulan Terakhir
Sumber : Bareksa
(AM)
**
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,27 | 0,16% | 4,01% | 7,67% | 8,39% | 19,37% | 38,49% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,38 | 0,14% | 4,08% | 7,08% | 7,50% | 2,87% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.083,3 | 0,57% | 4,00% | 7,45% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.850,63 | 0,53% | 3,87% | 7,01% | 7,37% | 17,62% | 40,80% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.282,09 | 0,82% | 4,04% | 7,09% | 7,41% | 20,36% | 35,77% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.