Ini Top 10 Reksadana Cuan Tertinggi Pekan I November
IHSG mengakumulasi koreksi 0,15 persen ke level 6.581,79 secara mingguan di pekan I November 2021
IHSG mengakumulasi koreksi 0,15 persen ke level 6.581,79 secara mingguan di pekan I November 2021
Bareksa.com - Menutup perdagangan pekan pertama di November 2021, kinerja pasar saham Indonesia tampak cenderung lesu dan belum mampu kembali berakhir di atas level psikologis 6.600.
Dalam perdagangan yang berlangsung mulai dari 1 hingga 5 November 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu berakhir di zona hijau sebanyak 2 kali, sementara 3 hari lainnya berakhir di zona merah.
Alhasil secara mingguan, IHSG harus rela mengakumulasi koreksi 0,15 persen ke level 6.581,79. Namun di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing terlihat masih mengoleksi aset berisiko Tanah Air dengan catatan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp607,92 miliar di pasar reguler.
Promo Terbaru di Bareksa
Pada pekan lalu, perhatian pelaku pasar tertuju pada rilis data ekonomi dalam negeri serta pengumuman tapering Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserves Bank (The Fed).
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 3,51 persen year on year (YoY) di kuartal III 2021. Produk Domestik Bruto (PDB) RI tumbuh lebih rendah dari perkiraan pasar di 3,62 persen YoY.
Perlambatan pertumbuhan tersebut dipicu oleh adanya pengetatan aktivitas masyarakat akibat serangan gelombang kedua virus corona (Covid-19) yang terjadi di bulan Juli-Agustus lalu. Hal tersebut tercermin dari penurunan mobilitas publik di berbagai tempat.
Dampak dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat terhadap sektor manufaktur jelas terasa. Di bulan Juli dan Agustus saja, Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) manufaktur Indonesia tercatat mengalami kontraksi. Artinya pembacaan angka PMI berada di bawah 50.
Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga ambles ke bawah 100 yang mengindikasikan sikap konsumen yang pesimis. Indeks Penjualan Riil yang mencerminkan sektor ritel di kuartal III juga menurun.
Di sisi lain normalisasi kebijakan moneter AS berupa pengurangan laju injeksi likuiditas US$15 miliar per bulan di AS yang dikenal dengan tapering resmi diumumkan dan bakal dilakukan mulai bulan ini.
Tak ada reaksi negatif di pasar terkait kebijakan tersebut karena memang tidak ada kejutan dari tapering. Semuanya sudah diperkirakan dan diantisipasi pelaku pasar.
Kinerja Jenis Reksadana Bervariatif
Kondisi pasar saham yang mengalami penurunan pada pada pekan lalu, secara umum membuat kinerja berbagai jenis kinerja reksadana bervariatif, di mana yang berisiko cenderung mengalami koreksi.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang terendah pada pekan lalu dengan kinerja negatif, tepatnya minus 0,24 persen, disusul indeks reksadana campuran negatif 0,08 persen.
Adapun dua jenis reksadana lainnya yang mampu menorehkan kinerja positif yakni indeks reksadana pendapatan tetap dan dan indeks reksadana pasar uang kompak bertambah masing-masing 0,09 dan 0,04 persen.
Meski begitu, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) atau cuan mingguan tertinggi pada pekan lalu juga terlihat bervariatif,.
Di mana produk reksadana saham ternyata masih mampu mendominasi dengan 5 produk, disusul reksadana campuran sebanyak 4 produk, dan 1 lainnya produk reksadana pendapatan tetap.
Sumber: Bareksa
Reksadana tersebut di antaranya Mega Asset Maxima dengan cuan mingguan 1,69 persen. Disusul Semesta Dana Maxima dengan imbalan 0,91 persen, STAR Balanced 0,85 persen, STAR Balanced II 0,78 persen dan Pratama Syariah 0,75 persen.
Selanjutnya Reksa Dana Syariah Bahana Mes Syariah Fund Kelas G dengan imbalan 0,56 persen, MNC Dana Syariah Ekuitas 0,52 persen, MNC Dana Ekuitas 0,34 persen, MNC Dana Kombinasi Icon 0,34 persen dan reksadanaSucorinvest Maxi Fund 0,33 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Aref Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.