Pasar Saham Tertekan Isu Resesi, 10 Reksadana Ini Berhasil Raih Cuan Tertinggi
Secara mingguan IHSG mencatatkan koreksi 1,31 persen dengan berakhir di level 6.651,9
Secara mingguan IHSG mencatatkan koreksi 1,31 persen dengan berakhir di level 6.651,9
Bareksa.com - Mengakhiri perdagangan pekan kedua Juli 2022, bursa saham domestik mengalami tekanan di tengah isu resesi yang menyelimuti pasar keuangan global.
Dalam perdagangan yang berlangsung dari 11 hingga 15 Juli 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu berakhir di zona hijau satu hari pada Kamis dan empat hari lainnya ditutup pada zona merah.
Alhasil secara mingguan IHSG mencatatkan koreksi 1,31 persen dengan berakhir di level 6.651,9. Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing terlihat lebih dominan keluar dari pasar saham Tanah Air dengan catatan aksi jual bersih (net sell) yang mencapai Rp1,81 triliun di pasar reguler.
Promo Terbaru di Bareksa
Volatilnya IHSG pada pekan lalu disebabkan oleh kondisi makroekonomi global yang masih belum menentu, sehingga investor tidak akan mempertahankannya dalam waktu yang lebih lama.
Sentimen pergerakan IHSG masih terkait ancaman resesi global turut menyelimuti pasar keuangan Tanah Air. Saat ini, perekonomian dunia sedang bergejolak akibat dari isu geopolitik global yang berlangsung. Inflasi yang tinggi membuat isu resesi kian nyata. Aset-aset berisiko pun rontok belakangan ini.
Indeks Harga Konsumen (IHK) AS per Juni melesat 9,1 persen secara tahunan (year on year/yoy) atau jauh melampaui ekspektasi pasar dalam polling Dow Jones yang sebesar 8,8 persen. Angka tersebut lebih tinggi ketimbang inflasi bulan sebelumnya di 8,6 persen dan menjadi rekor inflasi tertinggi dalam 41 tahun terakhir.
Inflasi inti, yang mengecualikan barang dengan harga volatil seperti makanan dan energi, juga melambung, yakni naik 5,9 persen, melampaui estimasi di angka 5,7 persen. Inflasi inti dianggap mencerminkan daya beli masyarakat.
Rilis data IHK tersebut akan mendorong bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 75 basis poin (bp) di pertemuan selanjutnya. Padahal, bulan lalu, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya 75 bp (terbesar sejak 1994) ke 1,5 persen - 1,75 persen.
Sementara dari dalam negeri, Indonesia kembali melanjutkan tren positif pada sisi ekspor dan impor. Neraca perdagangan Indonesia selama semester I-2022 berhasil mencapai US$24,89 miliar.
Capaian positif ini disebabkan oleh durian runtuh atau lonjakan harga komoditas internasional dalam beberapa tahun terakhir. Khususnya pada ekspor andalan Indonesia seperti batu bara, bauksit, nikel, tembaga hingga minyak kelapa sawit.
Surplus neraca dagang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ancaman resesi. Khususnya pada kuartal II 2022.
Kinerja Mayoritas Jenis Reksadana Tertekan
Kondisi pasar saham yang mengalami penurunan pada pada pekan lalu, secara umum turut menekan kinerja mayoritas reksadana, di mana yang berbasis saham dalam mengalami pelemahan paling besar.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa,indeks reksadana saham menjadi yang paling tertinggal pada pekan lalu dengan pelemahan 0,8 persen, disusul oleh indeks reksadana campuran yang ikut terpangkas 0,56 persen.
Sementara itu, indeks reksadana pendapatan tetap juga terlihat mengalami koreksi 0,25 persen. Alhasil hanya indeks reksadana pasar uang berhasil berakhir di zona hijau pada pekan lalu dengan kenaikan 0,04 persen.
Sumber: Bareksa
Namun di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu ternyata masih mampu diraih oleh reksadana yang bersifat high risk, di mana reksadana saham mendominasi dengan 7 produk, dan 3 produk lainnya merupakan reksadana campuran.
Reksadana yang berhasil jadi paling cuan sepekan tersebut di antaranya HPAM Syariah Ekuitas, Avrist Equity - Amar Syariah, MNC Dana Ekuitas, HPAM Flexi Plus, Cipta Syariah Equity, Bahana Icon Syariah, Syailendra Sharia Equity Fund, Avrist Balanced - Amar Syariah, Mandiri Investa Atraktif Syariah, serta Cipta Syariah Balance.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.