Prospek Reksadana Pendapatan Tetap di Tengah Peluang Tapering The Fed
Hingga akhir tahun, pasar obligasi berpotensi berikan imbal hasil sekitar 6-7 persen pada reksadana pendapatan tetap
Hingga akhir tahun, pasar obligasi berpotensi berikan imbal hasil sekitar 6-7 persen pada reksadana pendapatan tetap
Bareksa.com - Pelaku pasar tengah mengantisipasi hasil rapat Federal Open Market Committee di Kamis (17/6) yang menentukan arah kebijakan Federal Reserve. Hasil rapat tersebut akan menjadi sentimen yang turut mempengaruhi pergerakan pasar obligasi.
Para manajer investasi (MI) mengatakan, volatilitas di pasar obligasi berpotensi terjadi bila The Fed memberikan sinyal akan melakukan tapering maupun menaikkan suku bunga acuannya. Namun, MI optimistis tetap dapat memaksimalkan kinerja reksadana pendapatan tetap yang memiliki aset obligasi.
Head of Investment Avrist AM Farash Farich mengatakan kebijakan The Fed akan mempertimbangkan data inflasi dan pengangguran di Amerika Serikat (AS).
Promo Terbaru di Bareksa
"Bila dianggap sudah normal dan stabil maka The Fed akan mengubah kebijakan misalnya tapering pembelian securities dan kenaikan Fed Funds Rate," kata Farash, dilansir Kontan (16/6).
Sementara, pasar obligasi pemerintah juga berpotensi bergerak volatil ketika The Fed mulai mengindikasikan akan melakukan tapering. Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi juga mengatakan indikasi tapering dari AS akan memberikan sentimen negatif bagi pasar obligasi Indonesia.
"Jika tapering terjadi maka likuiditas asing akan kembali ke AS," kata Reza.
Namun, Farash memproyeksikan volatilitas yang terjadi tidak akan sekencang volatilitas di tahun 2013. Sebelumnya, The Fed juga pernah mewacanakan tapering mulai dari kuartal II 2013. Kemudian, aset The Fed secara perlahan turun di 2015 hingga 2020.
"Market di 2013 bergerak volatile pada saat indikasi awal tapering, bukan saat eksekusi tapering atau kenaikan suku bunga The Fed, kemungkinan pasar kita juga akan volatile," kata Farash.
Penopang pergerakan dan kinerja pasar obligasi saat ini datang dari suku bunga riil yang jauh lebih tinggi serta likuiditas pasar keuangan yang masih sangat tinggi. Dengan begitu, Farash akan tetap fokus meracik portofolio reksadana pendapatan tetap dengan melihat valuasi obligasi.
"Bila nanti yield terlihat sangat murah, maka kami akan perpanjang durasi obligasi," kata Farash.
Farash juga fokus pada obligasi yang memiliki likuiditas tinggi. Sementara dalam memilih obligasi korporasi, dia akan lebih berhati-hati dan memilih dari perusahaan yang memiliki fundamental kuat dan arus keuangan yang sehat.
Untuk memaksimalkan imbal hasil reksadana pendapatan tetap, Reza mengatakan akan memilih obligasi dengan durasi yang tidak terlalu panjang atau sekitar lima tahun.
Hingga akhir tahun, pasar obligasi berpotensi berikan imbal hasil sekitar 6-7 persen pada reksadana pendapatan tetap.
Dalam sepekan perdagangan mulai dari 7 hingga 11 Juni, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun turun tipis 0,6 basis poin (bps). Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik. Penguatan pasar obligasi Tanah Air juga tercermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang sepanjang pekan lalu terapresiasi 0,68 persen.
Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing juga terlihat bernafsu memborong aset defensif Tanah Air yang tercermin dari meningkatnya kepemilikan asing atas SBN senilai Rp12,73 triliun ke level Rp981,34 triliun per 11 Juni 2021, dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar Rp968,61 triliun.
Kondisi pasar obligasi Indonesia yang menguat pada pekan lalu, secara umum ikut mendorong kinerja reksadana yang berbasis surat utang. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana pendapatan tetap dan indeks reksadana pendapatan tetap syariah kompak menorehkan kenaikan masing-masing 0,45 persen dan 0,5 persen.
Sumber: Bareksa
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.