Begini Alasan Industri Reksadana akan Tetap Tumbuh Meski Dihantam Isu Jiwasraya
Investor cenderung beralih dari reksadana yang cenderung agresif menjadi reksadana yang konservatif
Investor cenderung beralih dari reksadana yang cenderung agresif menjadi reksadana yang konservatif
Bareksa.com - PT Sucorinvest Asset Management atau Sucorinvest AM menilai langkah Bank Indonesia (BI) yang memangkas BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen, sebagai langkah pre-emptive untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik, di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global sehubungan dengan terjadinya kasus wabah virus Corona.
"Kami optimistis melihat industri reksadana masih akan tumbuh melihat tren pertumbuhan jumlah investor baru yang terus meningkat dan semakin meleknya masyarakat terhadap produk-produk reksadana terutama pada kalangan millenial," kata Investment Specialist Sucorinvest AM, Toufan Yamin kepada Bareksa, Senin (24/2).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan kepercayaan investor reksadana masih terjaga seiring dengan jumlah investor yang tercermin dari data Single Investor Identification (SID). Jumlah SID per Januari 2020 meningkat 4,06 persen atau naik 72.023 investor, jika dibandingkan dengan jumlah investor per Desember 2019, yang tercatat 1.774.493 SID pada Desember 2019, menjadi 1.846.516 SID pada Januari 2020.
Promo Terbaru di Bareksa
Toufan mengatakan pihaknya memperkirakan dengan berbagai sentimen negatif yang masih melanda pasar baik dari domestik maupun eksternal, akan menekan pertumbuhan industri reksadana. "Reksadana hanya akan tumbuh single digit tahun ini," imbuh Toufan.
Ia melanjutkan, kasus Jiwasraya yang turut melibatkan beberapa manajer investasi (MI) cukup memukul kepercayaan investor dan dampaknya terlihat pada pertumbuhan dana kelolaan atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk reksadana saham secara keseluruhan industri dalam tiga bulan terakhir.
"Di sisi lain, pertumbuhan NAB reksadana seperti pasar uang dan pendapatan tetap masih mencatat pertumbuhan yang tinggi. Melihat hal ini dapat dikatakan bahwa dalam kondisi pasar saat ini investor cenderung beralih ke reksadana dengan profil risiko yang konservatif," kata Toufan.
Pertumbuhan NAB
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NAB industri reksadana hingga 12 Februari 2020 tercatat Rp539,11 triliun, atau turun 0,56 persen atau sekitar Rp3,09 triliun, dibandingkan jumlah dana kelolaan reksadana pada Desember 2019 yang sebesar Rp542,2 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas pasar Modal OJK, Hoesen menyampaikan jumlah NAB reksadana itu porsinya mencapai 67,3 persen dari dana kelolaan industri pengelolaan investasi per 12 Februari 2020 yang tercatat Rp801,02 triliun.
Sumber: OJK, CNBC Indonesia
Dana pengelolaan investasi itu juga terdiri dari RDPT (reksadana penyertaan terbatas), EBA (efek beragun aset), EBA SP (efek beragun aset berbentuk surat partisipasi), DIRE (dana investasi real estate), dan KPD (kontrak pengelolaan dana). Produk-produk ini juga ditawarkan perusahaan manajer investasi (MI).
Reksadana dengan jenis pasar uang (RD pasar uang) dan RD pendapatan tetap, serta reksadana syariah off shore (berbasis efek luar negeri) mencatatkan pembelian bersih atau net subscription.
"Jumlah unit penyertaan reksadana meningkat 10,65 persen menjadi 424,6 juta unit penyertaan (YoY), dibandingkan dengan jumlah unit penyertaan pada Februari 2019 lalu yang tercatat 386,5 juta unit penyertaan," kata Hoesen dikutip CNBC Indonesia.
Ia menyatakan investor retail reksadana umumnya tidak melakukan panic selling. "Shifting behavior (peralihan perilaku investor) terlihat pada perpindahan kepemilikan dari reksadana yang cenderung agresif menjadi reksadana yang cenderung konservatif," katanya.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.