Aset Reksadana Terbuka Global Kuartal I 2020 Anjlok 12,6 Persen, Ini Datanya
Di industri reksadana dunia, hanya dana kelolaan reksadana pasar uang yang naik, sedangkan jenis lainnya anjlok
Di industri reksadana dunia, hanya dana kelolaan reksadana pasar uang yang naik, sedangkan jenis lainnya anjlok
Bareksa.com - Nilai aset reksadana terbuka (open-end fund) global anjlok hingga 12,6 persen menjadi US$47,95 triliun pada kuartal I 2020 (setara Rp687.125 triliun atau Rp687,1 kuadriliun, dengan kurs saat ini Rp14.330 per dolar AS), dibandingkan akhir 2019 atau secara year to date.
Laporan yang dikompilasi The Investment Company Institute atas nama Asosiasi Dana Investasi Internasional (the International Investment Funds Association/IIFA) yang dirilis 22 Juni 2020 itu menyebut penjualan bersih reksadana terbuka global pada periode yang sama mencatatkan US$691 miliar (setara Rp9.902 triliun) atau anjlok 17,24 persen dibandingkan akhir 2019.
Penurunan nilai aset dan penjualan bersih reksadana terbuka global tersebut seiring wabah Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir tahun lalu.
Promo Terbaru di Bareksa
Nilai aset reksadana terbuka global itu tidak termasuk menghitung funds of fund, atau disebut investasi multi manajer, dana investasi gabungan yang berinvestasi dalam jenis dana lain. Laporan ini mengompilasi statistik dari 46 negara di dunia.
Sumber : laporan the International Investment Funds Association
Reksadana terbuka di dalamnya termasuk menghitung reksadana yang dijual untuk publik, exchange traded fund (ETF) atau reksadana yang diperdagangkan di Bursa Efek, serta reksadana yang dijual untuk institusi.
Jika dirinci berdasarkan jenisnya, reksadana pasar uang merupakan satu-satunya yang membukukan kenaikan nilai aset. Reksadana yang menginvestasikan 100 persen portofolionya di instrumen pasar uang itu membukukan aset naik 10,9 persen menjadi US$7,68 triliun (setara Rp110.171 triliun atau Rp110 kuadriliun).
Sedangkan nilai aset reksadana saham anjlok 21,66 persen jadi US$40,26 triliun, reksadana pendapatan turun 8,3 persen jadi US$10,81 triliun, dan reksadana campuran tertekan 14,5 persen jadi US$5,85 triliun, serta reksadana terproteksi merosot 16 persen jadi US$42 miliar.
Tidak berbeda, aset ETF juga anjlok 16,5 persen jadi US$5,14 triliun dan reksadana institusi turun 9 persen jadi US$4,61 triliun pada kuartal I 2020.
Sumber : laporan the International Investment Funds Association
Pada kuartal I 2020, aset reksadana saham menyumbang 40 persen terhadap total aset reksadana terbuka global. Kemudian reksadana pendapatan tetap mencatatkan market share 23 persen, reksadana campuran memiliki pangsa pasar 12 persen, serta reksadana pasar uang merepresentasi 16 persen dari total aset reksadana terbuka di dunia.
Berdasarkan wilayahnya, 52 persen aset reksadana terbuka global ada di Amerika Serikat, 34 persen di Eropa dan 14 persen di Afrika dan Asia Pasifik.
Persentase Aset Reksadana Terbuka Global
Sumber : laporan the International Investment Funds Association
Meskipun secara umum tren penurunan aset reksadana terbuka global senada dengan yang terjadi di Indonesia, yakni sama-sama menurun pada Maret 2020 atau kuartal I, namun jika dilihat per jenis kondisinya sedikit berbeda. Sebab pada kuartal I 2020, hampir semua jenis reksadana di Indonesia mencatatkan penurunan termasuk reksadana pasar uang. Hanya reksadana terproteksi yang berhasil bertahan.
Dana Kelolaan Reksadana Indonesia
Dana kelolaan industri reksadana di Indonesia pada Maret 2020 atau kuartal I anjlok hingga 13,05 persen secara year to date jadi Rp471,4 triliun atau berada di bawah angka Rp500 triliun. Penurunan itu seiring gejolak pasar modal akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report March 2020 yang mengolah data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Desember 2019 atau akhir tahun lalu, assets under management (AUM) reksadana nasional Rp542,2 triliun.
Dana kelolaan reksadana sejatinya sudah menembus Rp500 triliun pada Desember 2018, atau tepatnya pada saat itu AUM reksadana Rp507,3 triliun. Sepanjang tiga bulan pertama di 2020, dana kelolaan reksadana memang terus menurun dibandingkan akhir tahun lalu. Pada Januari dan Februari 2020, AUM industri reksadana masing-masing Rp537,3 triliun dan Rp525,3 triliun.
Penurunan itu seiring fluktuasi pasar modal akibat faktor eksternal atau global salah satunya wabah corona dan faktor internal, salah satunya kasus tata kelola perusahaan yang baik yang menjerat beberapa manajer investasi dalam negeri, hingga kasus Jiwasraya.
Secara tahunan (YoY), atau dibandingkan Maret 2019 yang dana kelolaan saat itu Rp515,1 triliun, maka AUM reksadana Maret 2020 turun 8,5 persen. Secara bulanan atau dibandingkan Februari 2020, industri reksadana mencatatkan penurunan dana kelolaan 10,26 persen.
Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report March 2020
Jika dilihat berdasarkan jenisnya, pada kuartal I 2020 penurunan dana kelolaan terdalam dicatatkan reksadana saham yang mencapai 30,18 persen jadi Rp102,2 triliun.
Kemudian disusul dana kelolaan reksadana indeks yang anjlok 28,16 persen jadi Rp6,3 triliun, reksadana campuran melorot 19,72 persen jadi Rp24,7 triliun, ETF merosot 17,7 persen jadi Rp11,7 triliun, reksadana pasar uang tertekan 12,09 persen jadi Rp60,8 triliun dan reksadana pendapatan tetap turun 5,91 persen jadi Rp114,84 triliun.
Adapun reksadana terproteksi naik tipis 0,03 persen atau hampir stagnan dengan dana kelolaan Rp150,8 triliun pada Maret 2020.
Sebagian isi artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan Industri reksadana Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report March 2020. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi [email protected] (cc: [email protected]).
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.