Kabinet Indonesia Maju Terpilih, Aset Dasar Fixed Income Bisa Jadi Pilihan
Pasar memberi waktu untuk kabinet menunjukkan apa perannya
Pasar memberi waktu untuk kabinet menunjukkan apa perannya
Bareksa.com – Pemilihan menteri kabinet Indonesia Maju pimpinan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin menjadi perhatian berbagai pihak. Tak terkecuali para pelaku pasar di dunia investasi Tanah Air.
Namun bagi CEO Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro, terpilihnya kabinet baru pemerintahan Jokowi-Ma’ruf tidak bisa langsung mencerminkan pergerakkan pasar baik itu saham maupun obligasi.
Menurut Legowo, akhir-akhir ini, pergolakkan pasar sangat volatile, terutama pasar saham yang secara year to date mencatat penurunan berbeda dengan obligasi yang sudah naik sekitar 11 persen. Sementara mata uang rupiah menguat, inflasi rendah, interest rate diturunkan.
Promo Terbaru di Bareksa
Legowo justru melihat kondisi tidak bagus adalah investor sentimen atau customer confidence yang mengalami penurunan. “Itu yang membuat indeks 6.100-6.200 murah banget tidak masuk, itu yang menjadi tidak menarik,” kata Legowo di Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2019.
Dengan begitu, Legowo menilai pemilihan kabinet Indonesia Maju tidak berkaitan dengan pasar meski ada nama baru, profesional hingga tokoh oposisi. Legowo berpendapat, pasar memberi waktu untuk kabinet menunjukkan apa perannya.
“Memang ada beberapa pemain lama, yang sudah kelihatan track record bisa dibaca arahnya kemana. Tetapi apakah itu menunjukkan bahwa market tidak suportif terhadap the new cabinet? Saya rasa pasar justru memberi waktu. Ini kabinet lain dari yang lain. Yang menarik dari oposisi juga ada. Market ingin melihat ini kemana, beri waktu pemerintah yang baru menunjukkan 100 hari pertama seperti apa,” jelas Legowo.
Untuk itu, jika berbicara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat tidak fair jika mengaitkan pasar dengan the new cabinet. “Asing memang masih keluar, kami masih lihat pengaruh customer confidene lebih besar dari volatilitasnya,” tutur Legowo.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG hingga 22 Oktober 2019 ditutup menguat 0,43 persen menjadi 6.225,49 atau naik 0,05 persen secara year to date. Namun secara perlahan, investor asing mencicil jual dengan sisa net buy Rp49,23 triliun.
Legowo menyampaikan, berbeda dengan pasar saham, asing semakin berperan dalam pasar obligasi Tanah Air. bahkan, katanya, investor lokal malah ketinggalan. Meski begitu, Legowo yakin investor asing akan kembali lagi ke pasar saham Indonesia.
“Untuk itu, bagi yang khawatir atas volatilitas, lebih baik pilih instrumen fixed income. Tapi untuk jangka panjang, saham masih menarik,” jelasnya.
Direktur Utama PT Bahana TCW Investment Management yang juga Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII) Edward Lubis juga sependapat. Baik presiden dan kabinet Indonesia sudah definitif, sehingga tinggal menunggu bagaimana mengangkat pertumbuhan ekonomi.
Di luar itu, Edward mengaku banyak ketidakpastian khususnya dari global mulai isu Brexit hingga trade war. “Sehingga saham masih di teritori negatif, sementara aset dasar obligasi bertumbuh baik. Ke depan, saham masih berat. Maka aset alokasi jadi penting agar kita tetap bisa investasi,” ungkap Edward.
Edward menerangkan, saham bisa jadi alternatif investasi. Yang penting, katanya, adalah kombinasi karena prospek di dalam negeri sudah lebih positif.
“Tahun depan, kami masih ekspek obligasi. Saham harus lebih realistis. Aset alokasi penting,” imbuh dia.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.