Berinvestasi di Reksadana Biasa dan ETF, Lebih Untung Mana?
Reksadana biasa pada umumnya dikelola secara aktif, sedangkan ETF umumnya dikelola secara pasif
Reksadana biasa pada umumnya dikelola secara aktif, sedangkan ETF umumnya dikelola secara pasif
Bareksa.com - Sebagian orang mungkin masih bertanya-tanya tentang lebih menguntungkan mana antara investasi di reksadana bertipe konvensional (biasa) atau reksadana exchange traded fund (ETF)
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, maka kita perlu membahas dua hal terlebih dahulu. Pertama ialah perbedaan antara reksadana biasa dengan ETF. Kemudian yang kedua adalah perbandingan kinerja reksadana biasa dengan kinerja ETF.
Perbedaan Reksadana Biasa dengan ETF
Promo Terbaru di Bareksa
Exchange traded fund atau reksadana bursa pada dasarnya adalah reksadana juga. Memang ada beberapa perbedaan antara reksadana biasa dengan ETF.
Misalnya, berdasarkan peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan OJK) yang berlaku saat ini, nilai aktiva bersih (NAB) reksadana biasa wajib dihitung satu kali sehari oleh bank kustodian setelah Bursa Efek Indonesia ditutup.
Sementara itu, untuk exchange traded fund sedikit berbeda, di mana NAB memang hanya dihitung satu kali sehari oleh bank kustodian setelah Bursa tutup (sama seperti reksadana biasa), tetapi diler partisipan juga akan menghitung NAB secara berkala selama jam perdagangan bursa (disebut indikasi nilai aktiva bersih atau iNAB).
Sebagai contoh, untuk exchange traded fund R-LQ45X, Indo Premier sebagai diler partisipan menghitung NAB ETF setiap 15 detik sekali dan mengumumkannya melalui sistem perdagangan online miliknya.
Tujuan diler partisipan menghitung iNAB secara berkala ialah untuk memberikan gambaran (indikasi) kepada investor yang melakukan trading di Bursa, berapa (indikasi) NAB ETF pada setiap saat. Dalam grafik iNAB dapat juga dilihat seberapa “dekat” manajer investasi telah mengikuti (tracking) indeks.
Perbandingan Kinerja Reksadana Biasa dengan Kinerja ETF
Selanjutnya, mengenai kinerja. reksadana biasa pada umumnya dikelola secara aktif, sedangkan ETF pada umumnya dikelola secara pasif mengikuti indeks.
Mengelola reksadana ialah kewajiban manajer investasi. Pada reksadana biasa, manajer investasi akan melakukan riset untuk mencari saham-saham yang menurutnya baik dan akan naik nilainya dalam waktu dekat.
Manajer investasi kemudian akan membeli saham-saham yang baik dan menjual saham-saham yang menurutnya kurang baik atau yang nilainya akan turun atau bergerak mendatar (flat).
Cara pengelolaan saham seperti ini disebut pengelolaan saham secara aktif. Keberhasilan seorang manajer investasi ditentukan oleh kemampuannya mengelola portofolio sehingga mendapatkan hasil setinggi-tingginya. Sampai di sini, tidak ada yang salah dengan metode pengelolaan dana secara aktif.
Sekarang bandingkan dengan cara pengelolaan dana secara aktif ini dengan reksadana indeks yang dikelola secara pasif. Mengelola reksadana secara pasif berarti menyusun portofolio sesuai dengan komposisi saham dalam indeks.
Misalnya, pada reksadana bursa atau ETFR-LQ45X ada 45 saham dalam portofolio. Jumlah saham-saham dalam portofolio ini persis sama dengan jumlah saham-saham yang ada dalam index LQ45. Bahkan bobot saham-saham dalam portofolio juga sama dengan bobot saham-saham tersebut dalam indeks.
Jika komposisi saham-saham dalam indeksberubah (indeks di-rebalancing setiap 6 bulan sekali pada akhir bulan Februari dan akhir bulan Agustus) maka komposisi saham-saham dalam portofolio reksadana bursa (ETF) juga berubah sesuai dengan perubahan dalam index.
Jelas di sini bahwa pertimbangan (discretion) manajer investasi tidak diperlukan dalam pengelolaan reksadana secara pasif. Komposisi saham-saham dalam indeks hanya berubah apabila komposisi indeks juga berubah.
Tapi mengapa metode pengelolaan reksadana secara pasif dianggap memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode pengelolaan reksadana secara aktif?
Pengelolaan Reksadana berdasarkan indeks (index fund) telah cukup lama dikenal. Tetapi di Indonesia index fund tidak populer. Investor merasa kalau sudah “menggaji” manajer investasi maka sudah selayaknya mereka menuntut manajer investasi untuk memberikan imbal hasil (kinerja) yang terbaik, atau paling tidak di atas rata-rata.
Tapi apakah semua manajer investasi bisa memberikan imbal hasil di atas rata-rata? Kalau kinerja semua manajer investasi di atas rata-rata, siapakah yang ada di bawah rata-rata? Tentu ada manajer investasi yang kinerjanya tidak bagus (di bawah rata-rata). Kalau kinerja Manajer Investasi ada di bawah rata-rata, maka ia akan ditinggalkan pemodal dan bangkrut.
Berapa banyak Manajer Investasi yang bangkrut? Sedikit sekali atau bahkan hampir tidak ada!
Fenomena tidak ada Manajer Investasi yang bangkrut dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa kinerja manajer investasi yang buruk tidak akan bertahan lama. Artinya performa yang buruk pada tahun tertentu tidak akan selamanya demikian. Demikian pula sebaliknya.
Kinerja manajer investasi yang baik tahun ini (ada di atas rata-rata) dapat berubah menjadi berada di bawah rata-rata pada tahun berikutnya. Artinya, kinerja manajer investasi yang berada di atas rata-rata tidak akan bertahan terus setiap tahun.
Dengan kata lain, sulit untuk mengatakan kinerja manajer investasi adalah murni akibat keahliannya memilih (membeli) saham-saham yang baik dan menjual saham-saham yang buruk.
Kalau kinerja Manajer Investasi ternyata tidak menjamin imbal hasil yang di atas rata-rata, lalu mengapa harus membayar fee manajer investasi yang mahal? Mengapa tidak mencoba metode investasi pasif yang lebih murah dan telah pasti hasilnya (walaupun membosankan)?
Lebih lanjut, perhitungan kinerja reksadana aktif selalu dibandingkan dengan kinerja indeks. Dalam membandingkan kinerja reksadana aktif dengan kinerja indeks, NAB reksadana selalu memperhitungkan dividen yang diterima reksadana.
Tetapi kinerja Indeks hanya dihitung dari harga akhir saham-saham yang menjadi komponen indeks tersebut. Itulah sebabnya kinerja Indeks selalu terlihat lebih tinggi dari sebenarnya.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.