Cara Membaca Keuntungan Reksadana di Tokopedia
Nilai atau harga dari reksadana tercermin dalam nilai aktiva bersih per unit penyertaan atau disingkat NAB per unit
Nilai atau harga dari reksadana tercermin dalam nilai aktiva bersih per unit penyertaan atau disingkat NAB per unit
Bareksa.com - Sejak 2018, Tokopedia telah menyediakan layanan investasi reksadana melalui kerja sama dengan Bareksa sebagai agen penjual reksadana. Saat ini telah tersedia dua produk reksadana berjenis pasar uang yang tersedia di platform e-commerce terdepan itu.
Meskipun sudah hadir lebih dari setahun, masih banyak pengguna (user) Tokopedia yang menanyakan tentang tampilan keuntungan dan bagaimana perhitungan keuntungan reksadana yang tersedia di Tokopedia.
Untuk menjelaskan mengenai hal ini, kita harus memahami dulu konsep dan arti reksadana. Reksadana adalah kumpulan dana dari masyarakat pemodal (investor) yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan dalam berbagai aset keuangan, seperti saham, obligasi dan deposito.
Promo Terbaru di Bareksa
Produk yang tersedia di Tokopedia saat ini semuanya berjenis reksadana pasar uang. Artinya, mayoritas aset dalam portofolio reksadana pasar uang berupa deposito dan atau obligasi dengan jatuh tempo kurang dari setahun.
Reksadana ini mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan nilai aset-aset di dalamnya. Untuk reksadana pasar uang, asetnya adalah deposito dan obligasi, sehingga bila deposito sudah mendapatkan bunga/imbal hasil, maka nilai reksadana itu pun ikut naik.
Perlu diketahui, investasi apapun, termasuk reksadana pasar uang, pasti memiliki risiko naik-turun nilai dalam jangka pendek (fluktuasi). Akan tetapi, jenis reksadana pasar uang fluktuasinya hampir tidak ada, atau sangat kecil sehingga nilainya stabil.
Nilai atau harga dari reksadana tercermin dalam nilai aktiva bersih per unit penyertaan, atau disingkat NAB per Unit. Pada saat peluncuran, NAB/Unit reksadana ditetapkan sebesar Rp1.000. Lantas, seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan asetnya, NAB/Unit ini bisa bergerak naik dan turun.
Bagaimana cara menghitung keuntungan reksadana ini bagi investor?
Untuk mudahnya, kita analogikan saja reksadana ini seperti sebuah aset rumah. Misalkan kita beli rumah di harga Rp100 juta pada 2018, lalu kita tidak menjualnya hingga saat ini. Di saat ini ternyata harga rumah tersebut sudah naik menjadi Rp110 juta, atau ada pertumbuhan Rp10 juta (10 persen) dari harga awal.
Kalau kita tidak menjual rumah tersebut, kita belum mendapatkan untung dalam bentuk uang cash. Sebab, rumah tersebut masih berbentuk rumah milik kita, hanya nilainya saja yang naik. Kita akan mendapatkan keuntungan bila kita sudah menjualnya di saat ini dengan harga Rp110 juta, dan uangnya sudah kita terima.
Demikian juga halnya dengan reksadana. Selama kita tidak menjual reksadana kita, kita belum mendapatkan untung maupun kerugian dari nilai reksadana tersebut.
Bagaimana halnya kalau kita menambah (top up) reksadana kita?
Kalau kita menambah, tentu saja unit yang kita miliki jadi bertambah dan otomatis nilai yang kita punya juga bertambah. Menggunakan analogi rumah tadi, saat ini kita punya 1 rumah senilai Rp110 juta. Lalu kita beli lagi rumah lain yang jenis dan modelnya sama dengan harga Rp110 juta. Maka, kita punya dua unit rumah senilai total Rp220 juta.
Kemudian, di masa depan, ada kemungkinan kedua unit rumah tersebut harganya naik menjadi masing-masing Rp120 juta pada tahun depan. Jadi total nilai rumah kita adalah Rp240 juta di tahun depan.
Cara menghitung pertumbuhannya adalah dari modal dasar yang kita keluarkan untuk dua unit rumah tersebut, yakni Rp100 juta di 2018 dan Rp110 juta di 2019, jadi total modal Rp210 juta. Total keuntungan yang kita peroleh adalah selisih harga rumah/modal pembelian X 100%.
Artinya, keuntungan kita = Rp30 juta/Rp210 juta X 100% = 14,3%.
Namun, kalau di tahun 2018 kita tidak menambah unit rumah dan hanya mendiamkannya saja, nilai satu rumah itu tumbuh lebih tinggi. Selisihnya menjadi Rp20 juta, sedangkan modal awal kita hanya Rp100 juta. Jadi keuntungannya 20 persen.
Ilustrasi Investasi dengan Cara Top Up dan Tidak Top Up
Sumber: Bareksa.com
Secara persentase, keuntungan memiliki satu rumah lebih besar, yaitu 20 persen, dibandingkan 14,3 persen kalau punya dua rumah. Namun, secara nilai, tentu memiliki dua rumah jauh lebih besar untungnya saat ini, yakni Rp30 juta dibandingkan Rp20 juta satu rumah.
Demikian juga yang terjadi dalam reksadana. Persentasi keuntungan investasi kita terlihat kecil kalau kita terus melakukan top up, tetapi secara nilai, investasi kita semakin membesar layaknya pohon.
Kenapa keuntungan harian yang tampil di Tokopedia tidak ditambahkan ke total keuntungan?
Ingat dalam konsep di atas tadi, keuntungan hanya terjadi bila kita menjual reksdana kita dan menjadikannya uang cash. Kalau masih dalam bentuk reksadana, keuntungan tersebut belum terwujud atau terealisasi.
Kembali kita gunakan analogi rumah. Misalnya rumah kita dari tahun 2019 itu ditawar oleh calon pembeli menjadi Rp110 juta (naik Rp10 juta), tetapi tidak kita jual.
Di tahun depan atau 2020, ada orang lain yang menawar menjadi Rp120 juta (naik Rp20 juta), dan akhirnya kita jual. Maka berapa keuntungan kita? Tentu Rp20 juta. Kok tidak Rp30 juta (Rp10 juta + Rp20 juta)? Sebab pada 2019 itu kita tidak menjualnya jadi kita tidak menerima untung tersebut.
Demikian juga halnya dalam reksadana. Di Tokopedia Reksadana, terdapat tampilan keuntungan hari ini. Kenapa keuntungan hari ini tidak membuat total keuntungan kita naik?
Keuntungan harian tersebut adalah ilustrasi bila kita membeli kemarin dan menjualnya pada hari ini. Namun, karena kita tidak menjualnya, kita tidak mendapatkan keuntungan itu. Kita mendapatkan keuntungan bila sudah menjual dan nilainya dihitung dari selisih nilai dari awal kita membelinya hingga saat ini.
(AM)
* * *
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.