BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

IHSG Terus Anjlok di 5.800-an, Ini 4 Tips Buat Investor Reksadana

Bareksa20 Mei 2019
Tags:
IHSG Terus Anjlok di 5.800-an, Ini 4 Tips Buat Investor Reksadana
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memberikan sambutan dalam acara Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019 di Jakarta, Selasa (14/5/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sentimen perang dagang AS - China, data ekonomi yang mengecewakan hingga kisruh hasil Pilpres membayangi pasar saham

Bareksa.com - Tragis, begitulah kira-kira kata yang bisa menggambarkan kondisi pasar saham Indonesia selama pekan kemarin, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami tekanan hebat.

Tidak tanggung-tanggung dalam lima hari perdagangan IHSG terjun hingga 6,16 persen ke level 5.826,67, menyentuh level terendah enam bulan, tepatnya sejak 14 November 2018.

Berbagai faktor baik dari luar maupun dalam negeri turut berkontribusi terhadap buruknya kinerja bursa saham domestik sepanjang pekan lalu.

Promo Terbaru di Bareksa

Perang Dagang Amerika Serikat (AS) - China

Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi penyebab utama anjloknya bursa saham, yang notabene merupakan aset berisiko. Para investor mengalihkan insvestasinya ke aset-aset aman atau safe haven di saat muncul ketidakpastian yang dipicu oleh seteru dua raksasa ekonomi dunia ini.

Perang dagang dituding sebagai penyebab pelambatan ekonomi global yang terjadi hingga saat ini. Sudah banyak institusi seperti Dana Moneter Internasional (IMF), World Bank, dan hampir semua bank sentral di berbagai negara-negara besar menyebut perang dagang AS - China membuat ketidakpastian meningkat dan memicu pelambatan ekonomi global.

Pernyataan institusi-institusi tersebut merujuk pada perang dagang pertama, ketika AS menerapkan tarif impor 10 persen terhadap produk China, sebaliknya China menerapkan tarif impor 5 persen dan 10 persen.

Pada perang dagang jilid II, kedua negara sama-sama menaikkan tarif impor menjadi 25 persen. Efek yang ditimbulkan kemungkinan bisa dua kali lipat dibandingkan perang dagang sebelumnya.

Data Ekonomi Domestik Mengecewakan

Besarnya tekanan dari sisi eksternal diperburuk dengan fundamental dari dalam negeri. Transaksi berjalan dan necara perdagangan Indonesia sama-sama mengalami defisit. Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu melaporkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal I 2019 sebesar 2,6 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Defisit tersebut membaik dari kuartal IV 2018 yang sebesar 3,6 persen dari PDB, tetapi masih lebih besar dari defisit kuartal I 2018 yang sebesar 2,01 persen.

Sementara pada Rabu (15/5/19) Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit neraca perdagangan pada bulan April 2019 yang sebesar US$2,5 miliar. Pada April ekspor Indonesia tercatat US$12,6 miliar atau turun 13,1 persen year-on-year (YoY). Sedangkan impor mencapai US$15,1 miliar atau turun 6,58 persen.

Kombinasi kedua faktor tersebut sukses membuat pelaku pasar meninggalkan bursa saham Tanah Air, di mana sepanjang pekan lalu investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) mencapai Rp3,63 triliun.

Menunggu Hasil Pilpres

Di sisi lain, aksi jual di bursa saham tanah air juga dipicu oleh faktor domestik yakni kekhawatiran terkait dengan pengumuman hasil pemilihan presiden (Pilpres) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Mei mendatang.

Sebelumnya, aparat kepolisian sudah menangkap sebanyak 29 teroris yang diduga akan melancarkan serangan pada 22 Mei mendatang. Penangkapan dilakukan langsung oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

Menyusul tertangkapnya terduga teroris tersebut, Polri meminta masyarakat tidak melakukan aksi turun ke jalan pada hari tersebut untuk mengantisipasi tindakan teror.

"Saya selaku Kepala Divisi Humas juga sebagai juru bicara menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei masyarakat kami imbau tidak turun. Ini akan membahayakan, karena mereka akan menyerang semua massa termasuk aparat," kata Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal di Mabes Polri pada hari Jumat (17/05/2019), dilansir dari detikcom.

Iqbal mengatakan jika ada serangan teroris di hari tersebut bukan tak mungkin akan jatuh banyak korban. Polisi juga tak memungkiri masih ada potensi serangan meski sudah ada yang ditangkap.

Kekhawatiran terkait dengan kerusuhan yang bisa terjadi pada 22 Mei mendatang membuat investor bermain aman dengan melego saham-saham di tanah air.

Tertekannya IHSG selama pekan lalu, mau tidak mau turut menekan kinerja reksadana saham secara umum, di mana indeks reksadana saham Bareksa mencatatkan penurunan 4,02 persen dan indeks reksadana saham syariah anjlok 2,33 persen dalam periode yang sama.

Dengan kondisi seperti itu, apa yang sebaiknya dilakukan investor reksadana agar tidak mudah panik? Pemahaman yang baik tentu akan membantu Anda untuk bisa mengambil berbagai langkah yang tepat sehingga risiko dapat dihindarkan.

Berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menghadapi turunnya harga investasi reksadana:

1. Lihat Kembali Tujuan Investasi yang Ingin Dicapai

Tujuan keuangan akan menjadi poin penting yang mendasari setiap keputusan Anda dalam berinvestasi, termasuk ketika membeli dan menjual investasi yang dimiliki. Tujuan keuangan ini juga akan menjadi alasan pemilihan instrumen investasi yang Anda pilih.

Tentunya dengan harapan Anda akan mendapatkan imbal hasil yang paling maksimal atas investasi tersebut. Hal ini akan sangat dipengaruhi jangka waktu yang Anda pilih atas setiap investasi.

Jika tujuan keuangan Anda adalah jangka menengah atau jangka panjang yang berkisar antara 5-20 tahun ke depan, gejolak pasar dan harga reksadana yang menurun saat ini tentu bukan menjadi sebuah masalah besar bagi Anda.

Namun, lain halnya jika ternyata dana investasi reksadana Anda akan digunakan dalam waktu yang cukup dekat (6 bulan atau 1 tahun ke depan), Anda mungkin patut khawatir dan dapat mempertimbangkan langkah antisipasi atas penurunan harga tersebut.

2. Ubah Strategi Investasi

Masih berkaitan dengan tujuan investasi, di mana kemungkinan Anda harus melakukan beberapa langkah antisipasi penting untuk bisa mengamankan dana tersebut atas gejolak yang terjadi pada saat ini.

Jika ternyata dana yang Anda tempatkan di reksadana saham adalah dana yang akan segera dipergunakan dalam jangka waktu pendek, Anda harus segera mengubah strategi berinvestasi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menjual reksadana saham tersebut, lalu menggantinya dengan jenis investasi yang jauh lebih aman, misalnya reksadana pasar uang.

Hindari spekulasi dan risiko yang kemungkinan bisa menjadi jauh lebih buruk lagi di mana Anda justru akan menanggung sejumlah kerugian yang jauh lebih besar akibat hal ini.

Bertahan mungkin menjadi pilihan yang terlalu berani. Terlebih jika ternyata dana dalam investasi reksadana Anda merupakan dana yang akan segera digunakan dalam waktu dekat.

3. Tambah Dana (Top Up) ke dalam Investasi Anda

Berbeda dengan langkah di atas, di mana Anda harus segera menjual dan mengganti investasi Anda. Dalam langkah ini, Anda harus membeli dan menambah nilai investasi reksa dana Anda. Mengapa?

Menambah jumlah investasi akan sangat tepat dilakukan Anda yang akan berinvestasi untuk jangka waktu lima tahun ke atas. Artinya, langkah ini sangat tepat bagi Anda yang ingin melakukan investasi jangka panjang.

Untuk investasi yang dilakukan dalam jangka panjang, reksadana memiliki kecenderungan untuk mengalami kenaikan harga. Jadi, tidak ada salahnya Anda menambah dana dalam reksadana selama tujuan investasi ini untuk jangka panjang.

4. Kelola Keuangan dan Lakukan Penghematan

Ketika kondisi ekonomi sedang memburuk, sangat penting bagi Anda untuk bisa mengelola keuangan dengan lebih ketat lagi. Hal ini sangat penting mengingat Anda bisa saja mengalami sejumlah kerugian atas investasi yang dimiliki saat ini.

Jangan lupa untuk melakukan penghematan dalam pengeluaran agar uang keluar lebih terkontrol dan Anda dapat menyisihkan sebagian dana untuk berbagai kebutuhan lainnya yang mungkin saja sangat mendesak.

Bukan hanya itu saja. Bisa saja Anda tidak dapat mencairkan investasi karena nilainya sedang turun (tidak likuid lagi). Sementara Anda membutuhkan sejumlah dana dalam waktu dekat ini, misalnya dana pendidikan anak, dana uang muka rumah, dan yang lainnya.

Hal seperti ini dapat diatasi dengan adanya dana cadangan/tabungan yang Anda miliki, yang tentu saja akan bertambah jumlahnya jika bisa berhemat dan mengatur pengeluaran dengan tepat. Dalam kondisi ekonomi yang sedang menurun, penghematan menjadi salah satu langkah cerdas yang bisa Anda lakukan.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,13

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,87%
Up6,51%
Up7,19%
Up20,23%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua