BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Bagaimana Perkembangan Kinerja Reksadana PayTren hingga Juli 2018? Ini Ulasannya

Bareksa27 Juli 2018
Tags:
Bagaimana Perkembangan Kinerja Reksadana PayTren hingga Juli 2018? Ini Ulasannya
Ilustrasi wanita Muslim berhijab sedang menghitung keuntungan investasi reksadana syariah Majoris Sukuk Negara Indonesia

Sebulan terakhir PAM Syariah Likuid Dana Safa mencetak return 0,35 persen dan PAM Syariah Saham Dana Falah 1,62 persen

Bareksa.com - PT PayTren Aset Manajemen (PAM) resmi meluncurkan dua produk reksadana syariah sejak 2 Februari 2018 lalu. Dua produk reksadana besutan perusahaan pengelola investasi syariah milik Yusuf Mansur tersebut adalah reksadana pasar uang syariah PAM Syariah Likuid Dana Safa dan reksadana saham syariah PAM Syariah Saham Dana Falah.

PayTren Aset Manajemen sebelumnya menargetkan dana kelolaan atau asset under management (AUM) hingga akhir 2018 mencapai Rp 3 triliun. Direktur Utama dan CEO PAM, Ayu Widuri, menyatakan perseroan menargetkan kinerja reksadana sahamnya bisa memberikan imbal hasil hingga 14 persen dan reksadana pasar uang tumbuh 4 – 5 persen.

Namun saat ini kinerja reksadana PAM belum mencapai target karena kondisi pasar tengah terpuruk. Hal ini terlihat dari anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih negatif secara year to date.

Promo Terbaru di Bareksa

"Jadi kami masih negatif dalam hal ini tapi rate negatif kita jauh lebih baik dari Jakarta Islamic Indeks (JII), lebih baik dari IHSG dan rata-rata reksadana lainnya. Jadi memang waktu kami masuk pasar itu pasarnya sedang turun," ujar Ayu kepada wartawan usai membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia (05/06/2018) lalu.

Kinerja PAM Syariah Likuid Dana Safa

PAM Syariah Likuid Dana Safa merupakan jenis reksadana pasar uang syariah dengan kebijakan investasi 100 persen dari nilai aktiva bersih dialokasikan pada instrumen pasar uang syariah dalam negeri, dan atau Surat Berharga Syariah Negara atau sukuk dengan jangka waktu tidak lebih dari 1 tahun.

Minimum investasi awal dan selanjutnya Rp100.000 dengan bank kustodian PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).

Dari sisi kinerja, reksadana PAM Syariah Likuid Dana Safa mencetak return positif 0,03 persen dalam sehari pada 23 Juli 2018. Dalam sebulan terakhir per 23 Juli, reksadana ini mencetak return 0,35 persen. Adapun secara year to date atau sejak awal diluncurkan pada 2 Februari hingga 23 Juli 2018, reksadana ini mencetak return 1,6 persen.

Nilai return PAM Syariah Likuid Dana Safa tersebut melampaui return indeks reksadana pasar uang syariah yang hanya 0,31 persen dalam sebulan terakhir per 23 Juli dan 1,44 persen untuk periode 2 Februari – 23 Juli 2018.

Reksadana PAM Syariah Likuid Dana Safa telah membukukan dana kelolaan (AUM) per Juni 2018 senilai Rp3,3 miliar atau melonjak dibandingkan awal peluncuran pada Februari yang hanya Rp648,4 juta.

Dana Kelolaan PAM Syariah Likuid Dana Safa dan PAM Syariah Saham Dana Falah per Juni 2018

Illustration

Sumber : Bareksa

Kinerja Reksadana PAM Syariah Saham Dana Falah

PAM Syariah Saham Dana Falah merupakan reksadana saham syariah dengan kebijakan investasi minimum 80 persen dan maksimum 100 persen dari nilai aktiva bersih atau portofolionya dialokasikan di efek syariah bersifat ekuitas atau saham syariah.

Kemudian minimum 0 persen dan maksimum 20 persen dari NAB diinvestasikan pada efek syariah berpendapatan tetap, sukuk, pasar uang syariah dalam negeri, deposito syariah, dan atau efek syariah lainnya.

Reksadana PAM Syariah Saham Dana Falah juga mulai diluncurkan pada 2 Februari 2018 dengan bank kustodian oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).

Secara kinerja, reksadana PAM Syariah Saham Dana Falah berhasil mencetak return 1,02 persen dalam sehari pada 23 Juli 2018. Dalam sebulan terakhir per 23 Juli reksadana ini mencetak return 1,62 persen.

Kinerja reksadana ini masih jauh melampaui indeks acuan yakni indeks reksadana saham syariah yang hanya mencetak return 1,2 persen maupun Jakarta Islamic Index (JII) 1,44 persen dalam sebulan terakhir per 23 Juli.

Sejak produk ini diluncurkan pada 2 Februari hingga 23 Juli 2018, PAM Syariah Saham Dana Falah mencatat return negatif 10,5 persen. Meski begitu, nilai itu masih lebih baik dibandingkan return JII yang negatif hingga 16,2 persen pada periode yang sama.

Perbandingan Return Reksadana PayTren dengan Indeks Acuan periode 2 Februari - 23 Juli 2018

Illustration
Sumber : Bareksa

Bidik 1 Juta Member jadi Investor

Ketika dikonfirmasi Bareksa, Ayu menyatakan sejak proses awal PAM dibentuk tahun lalu, perseroan sangat memperhitungkan jumlah pengguna (member) PayTren yang sudah mencapai 2,5 juta orang. Jumlah pengguna sebelumnya ditargetkan menjadi investor reksadana.

"Dengan asumsi 1 juta member kami menjadi investor reksadana dengan nilai investasi awal minimal Rp3 juta, maka secara perhitungan angka AUM Rp2 triliun bisa tercapai," ujar Ayu kepada Bareksa, Rabu, 25 Juli.

Namun dalam perjalanannya, kata Ayu, perseroan melalui proses seperti sistem reksadana online yang harus didukung oleh backoffice yang kuat dan harus mudah digunakan oleh pengguna (user friendly).

"Kami meluncurkan sistem reksadana online PayOR pertama kali pada Februari 2018, dan kini masih terus disempurnakan dan maintenance penuh. Versi terbaru diluncurkan kembali pekan ini," ungkapnya.

Menurut Ayu, perseroan saat ini terus melakukan edukasi kepada pengguna. Sebab hampir 90 persen calon investor ritel PAM dari para mitra PayTren belum pernah berinvestasi di reksadana.

"Dengan kondisi pasar saham yang saat ini sedang terkoreksi serta edukasi yang masih terus kami lakukan, maka kami tempatkan target tersebut menjadi target tahun depan," katanya.

Saat ini, kata Ayu, jumlah single investor identification (SID) di PayTren sudah berjumlah 6.000, meskipun yang aktif baru sekitar 30 persen. Kondisi itu membuat dana kelolaan perseroan belum mencapai target yang dicanangkan.

"Kami yakin, setelah aplikasi PayOR siap, gerai PayTren dan aplikasi siap, target tersebut akan lebih cepat kami capai," paparnya.

Menurut Ayu, dengan rendahnya nilai AUM reksadana perseroan saat ini menjadi salah satu faktor penyebab pilihan menempatkan ke dalam instrumen pasar uang syariah belum maksimal. Kondisi ini membuat kinerja PAM Syariah Likuid Dana Safa juga belum optimal.

Strategi Portofolio Investasi

Adapun strategi investasi reksadana PAM Syariah Saham Dana Falah, kata Ayu, dilakukan dengan proses indexing, mendekati rata-rata benchmark yakni lebih kepada menjaga kestabilan dari risiko pasar yang bergejolak.

Menurut dia, nilai aktiva bersih PAM Syariah Saham Dana Falah sempat melonjak di saat awal peluncuran. Namun saat pasar saham terkoreksi, pilihan instrumen investasi menjadi semakin terbatas. Sebab reksadana ini hanya diperbolehkan berinvestasi di saham yang tercantum dalam daftar efek syariah (DES).

Kemudian ketika saat pasar kembali mulai bergairah, sektor finansial atau perbankan tidak bisa menjadi salah satu portofolio investasi reksadana ini, karena tidak masuk dalam daftar efek syariah.

"Saat ini portfolio PAM Syariah Saham Dana Falah disebar ke dalam sekitar 28 saham yang terdapat di dalam DES," ungkapnya.

Ayu memaparkan saat ini top holding saham dalam portofolio PAM Syariah Saham Dana Falah yakni saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

"Tim investasi PAM saat ini masih memegang strategi menyebarkan penempatan pada instrumen portfolio secara averaging, dan bukan mengerucut kepada beberapa saham yang memiliki kapitalisasi terbesar di bursa. Sebab itu hanya dipegang beberapa saham termasuk perbankan yang kami tidak bisa masuk," ujarnya.

Menurut Ayu, tahun ini perseroan berencana meluncurkan dua produk reksadana lagi untuk memberikan variasi produk dan indeks PayTren99. "Tanggal 19 Juli kemarin kami telah mendapat izin efektif produk reksadana berbasis campuran syariah," ungkapnya.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai

* * *

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua