BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

CEO Schroders Indonesia, Michael Tjoajadi: Prospek Ekonomi dan Reksadana di 2020

Bareksa19 Desember 2019
Tags:
CEO Schroders Indonesia, Michael Tjoajadi: Prospek Ekonomi dan Reksadana di 2020
Michael Tjoajadi, Dirut Schroders Indonesia, berbicara di depan wartawan dalam Konferensi Pers Kerja Sama Schroder dan Bareksa, 18 Oktober 2017

Michael berharap AUM Schroders Indonesia naik 8 persen dari perkiraan tahun ini Rp76 triliun

Bareksa.com – Perekonomian dunia masih dipenuhi ketidakpastian. Terutama terdampak masih berlangsungnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Meski begitu, setidaknya ada harapan AS dan China melangsungkan kesepakatan perdagangan baru.

Di Indonesia, sentimen positif muncul dari rencana penerapan omnibus law sebagai bagian dari kebijakan perpajakan. Rencana tersebut tentu saja akan mendorong kegiatan investasi semakin semarak yang pada ujungnya meningkatkan perekonomian Tanah Air.

Dengan optimisme yang ada, pemerintah sendiri telah menargetkan pertumbuhan ekonomi berkisar 5,2 persen sampai 5,5 persen di 2020 mendatang.

Promo Terbaru di Bareksa

Beberapa sentimen tersebut tentu saja menjadi perhatian CEO Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjandra Tjoajadi. Michael menilai, dengan target pertumbuhan ekonomi dan kebijakan yang akan datang, industri pasar modal akan mendapat efeknya. Walaupun, dengan beberapa catatan.

Illustration
Sumber : Bareksa

Michael menerangkan dirinya memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa tumbuh hingga 8 persen tanpa menyebut perkiraan IHSG hingga akhir tahun ini. Namun Michael tetap memberi catatan pada bagaimana pertumbuhan earning per share (EPS) ke depan.

Illustration
Sumber : Bareksa

Michael juga tidak lupa menyampaikan bagaimana target dan rencana Shcroder Indonesia ke depannya. Untuk mengetahui lebih jelas apa saja yang disampaikan Michael, berikut adalah petikan wawancara CEO Schroder Investment Management Indonesia, Michael Tjandra Tjoajadi saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2019 dan 10 Desember 2019 :

***

Bagaimana gambaran perekonomian dunia?

Volume perdagangan turun. Kalau itu selesai, kita bisa optimis. AS-China ada kesepakatan membuat ekspansi mudah, Dow Jones naik. Tahun depan, masalah itu selalu ada. Karena perang dagang belum selesai, tapi agak mereda. Tapi kalau perang dagang terus berlangsung, perdagangan dunia akan turun.

Perekonomian Indonesia bagaimana?

Ada angin segar dari penerapan omnibus law yang saat ini disusun pemerintah. Tentu saja akan menumuhkan optimisme dunia usaha. Tapi tingkat efektivitas dan produktivitas harus didorong, harus ada formal edukasi dan skill edukasi. Dengan labor law, harapan itu ada. Saya tidak mengomentari pertumbuhan ekonomi nanti.

Bagaimana dengan IHSG?

IHSG memang tertinggal. Tertinggal dari negara lain, di Eropa, Amerika bisa tumbuh 20an persen. Kita tidak minus, tapi hanya tumbuh sedikit. Salah satu faktornya adalah earning per share (EPS) kita tidak kemana-kemana. Tingkat efisiensi tidak naik-naik, tingkat produktivitas masih kurang dibandingkan negara lain. Itu yang kita perlu untuk menaikkan IHSG. EPS kita itu hanya 4 persen sampai 5 persen. Kalau Omnibus berlaku karena bisa turunkan pajak, EPS bisa naik tapi secara bertahap. Tahun 2020, IHSG bisa naik 8 persen.

Sektor apa yang mendorong IHSG?

IHSG 2020 bisa naik 8 persen tergantung EPS. Sektornya kalau saya ada di consumer ritel dan perbankan. Konstruksi juga tapi tergantung bagaimana kreativitas perusahaannya dalam melakukan diversifikasi pendanaan.

Bagaimana kinerja Schroder Indonesia?

Dana kelolaan (asset under management/AUM) kami turun. Harapannya memang tahun ini bisa Rp97 triliun. Tapi kan IHSG sempat turun terus, sementara 60 persen aset kami di saham. Jadi tahun ini hanya sekitar Rp75 triliun sampai Rp76 triliun. Tahun depan kami harapkan naik 7 persen sampai 8 persen. Kami ini big based, jadi pertumbuhannya tidak besar. Beda dengan yang small based.

Ada rencana penerbitan produk apa saja?

Kami baru rilis reksadana money market syariah. Kami harap bisa ikut dorong pasar syariah. Tahun depan tergantung investor maunya apa. Tapi kami cenderung ke reksadana campuran. Kami juga punya rencana terbitkan KIK-EBA. Ada juga kerja sama dengan LinkAja. Kerja sama dengan platform reksadana online tidak besar secara nilai, tapi cukup untuk memperbesar basis investor.

Dalam jangka pendek ke depan, kira-kira produk reksadana apa saja yang prospektif?

Dalam 3-6 bulan, kita akan prefer di produk fixed income (reksadana pendapatan tetap) dan balanced fund (reksadana campuran). Contoh salah satu produk kami, Schroder Dana Dinamis secara year to date indeks turun, dia ada di saham dan juga ada di obligasi, namun produk tersebut naik lebih dari 10 persen. Tahun lalu dia juga naik lebih dari 10 persen. Dua tahun di mana indeks turun, produk ini memiliki kinerja tetap baik.

Bagaimana prospek kinerja produk reksadana saham?

Tidak dalam awal-awal tahun depan. Sebab nanti Ombibus Law mulai diapproove, diterapkan, kemudian orang mulai lihat earning. Jadi di kuartal I 2020, kita harus nunggu, kuartal II baru bisa melihat. Namun kuartal II masih harus tunggu stabil dulu, nanti di kuartal III baru kita lihat lagi. Amerika juga lebih firm situasinya, tentang apa yang akan terjadi dengan Donald Trump pada kuartal III 2020 nanti.

Mengapa beberapa bulan terakhir nilai dana kelolaan Schroders turun?

Salah satunya karena valuasi saham. Meskipun juga ada redemption. Jadi AUM kami turun karena turunnya valuasi di saham.

Bagaimana prospek obligasi tahun depan?

Prospek obligasi tahun depan tidak akan sebagus tahun ini.

Bagaimana gambaran industri reksadana saat ini dan di masa mendatang?

Industri reksadana akan terus berkembang. Orang dengan suku bunga rendah, dia akan mulai berfikir akan taruh di mana dananya. Maka mereka akan mencari alternatif untuk menempatkan dananya.

***

Untuk diketahui, reksadana ialah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi.

Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada di dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.

Sebaiknya, jenis reksadana yang dipilih bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker atau low-risk taker. Jika kita kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.

Namun, jika kita cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Sementara jika kita cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).

Demi kenyamanan berinvestasi pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,96

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.094,08

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,18

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,13

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.269,81

Up0,81%
Up3,87%
Up6,51%
Up7,19%
Up20,23%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua