BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Dibayangi Sentimen Perang Dagang dan Proyeksi Ekonomi IMF, Ini Prospek IHSG

Bareksa11 April 2019
Tags:
Dibayangi Sentimen Perang Dagang dan Proyeksi Ekonomi IMF, Ini Prospek IHSG
Seorang pria beraktivitas di dekat layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/12/2018). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 17,63 poin atau 0,29 persen ke level 6.115,49. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Bursa saham Wall Street ditutup kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin waktu setempat

Bareksa.com - Setelah naik signifikan pada Selasa, pasar saham Indonesia sedikit mengalami koreksi pada perdagangan kemarin Rabu (10/4) dengan ditutup terkoreksi tipis.

Pelemahan IHSG terjadi di tengah performa bursa saham utama kawasan Asia yang ditutup bervariasi kemarin. Indeks Nikkei (Jepang) turun 0,53 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) terkoreksi 0,13 persen, Indeks Shanghai (China) naik 0,07 persen, Indeks Straits Times (Singapura) menguat 0,06 persen, dan Indeks Kospi (Korea) bertambah 0,49 persen.

Dorongan beli bagi bursa saham kawasan Asia masih datang dari optimisme terkait damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Sepanjang pekan lalu, AS dan China menggelar negosiasi dagang selama 3 hari di Washington, pasca negosiasi digelar juga pada pekan sebelumnya di Beijing.

Promo Terbaru di Bareksa

Dalam negosiasi pekan lalu di Washington, delegasi AS masih dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China tetap dikomandoi oleh Liu He yang merupakan Wakil Perdana Menteri.

Liu He mengatakan sebuah konsensus baru terkait dengan teks kesepakatan dagang kedua negara telah dicapai, seperti dilaporkan oleh media milik pemerintah China Xinhua yang dikutip dari CNBC International.

Lebih lanjut, Presiden China Xi Jinping melalui sebuah pesan yang dititipkan kepada Liu He mengatakan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa kedua belah pihak telah mencapai perkembangan yang baru dan substansial terkait dengan isu-isu penting bidang perdagangan dalam sebulan terakhir. Pada pekan ini, dialog dagang kedua negara dilanjutkan melalui video conference.

Di sisi lain, perlambatan ekonomi dunia yang semakin terasa membatasi aksi beli yang dilakukan pelaku pasar. Selepas serangkaian data ekonomi yang mengecewakan dari negara-negara maju, kemarin International Monetary Fund (IMF) akhirnya memangkas proyeksi mereka atas pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3 persen, dari sebelumnya 3,5 persen atau proyeksi yang dibuat pada Januari.

Perekonomian AS diproyeksikan hanya akan tumbuh 2,3 persen pada tahun ini, turun dari proyeksi yang dibuat pada Januari 2,5 persen. Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9 persen pada tahun 2018. Jika proyeksi dari IMF menjadi kenyataan, bisa dikatakan perekonomian AS mengalami hard landing pada tahun ini.

Negara-negara kawasan Asia pun tak lepas dari sasaran IMF. Christine Lagarde dan kolega mematok perekonomian China tumbuh 6,3 persen pada tahun ini, naik dari proyeksi pada Januari 6,2 persen. Namun, target pertumbuhan ekonomi China tahun depan dipangkas menjadi 6,1 persen, dari sebelumnya 6,2 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada tahun ini ditargetkan di level 2,7 persen, lebih rendah dibandingkan proyeksi pada Oktober 2018 yang 2,9 persen.

Sebagai informasi, IMF mencatat perekonoian China tumbuh 6,6 persen pada tahun lalu, sementara perekonomian Hong Kong tumbuh 3 persen.

Pada Rabu, 10 April 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,09 persen berakhir di level 6.478,33. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung cukup ramai, di mana tercatat 12,94 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi Rp8 triliun.

Secara sektoral, hampir seluruhnya berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, kecuali industri dasar dan keuangan yang masing-masing menguat 0,23 persen dan 0,12 persen.

Sementara itu, tiga sektor yang mengalami penurunan terdalam yakni pertanian (-0,71 persen), properti (-0,53 persen), dan aneka industri (-0,38 persen).

Beberapa saham yang memberatkan IHSG kemarin :

1. Saham BMRI (-0,7 persen)
2. Saham GGRM (-1,5 persen)
3. Saham CPIN (-1,9 persen)
4. Saham KAEF(-10 persen)
5. Saham TLKM (-0,5 persen)

Sebanyak 149 saham menguat, 237 saham melemah, dan 130 saham tidak mengalami perubahan harga kemarin. Meski begitiu, investor asing masih mencatatkan pembelian bersih (net buy) di seluruh pasar pada perdagangan kemarin senilai Rp342,7 miliar.

Saham-saham yang terbanyak diburu investor asing :

1. Saham BBRI (Rp175,88 miliar)
2. Saham BBNI (Rp60,74 miliar)
3. Saham ASII (Rp53,58 miliar)
4. Saham BRPT (Rp46,36 miliar)
5. Saham ACES (Rp23,72 miliar)

Analisis Teknikal IHSG

Illustration
Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bullish spinning top yang menggambarkan pergerakan IHSG cenderung bervariatif meskipun akhirnya ditutup sedikit lebih rendah dibandingkan sehari sebelumnya.

Secara intraday, pergerakan IHSG sudah mengalami tekanan sejak awal perdagangan dengan langsung dibuka pada zona merah dan cenderung stagnan serta tidak mampu keluar dari wilayah tersebut.

Koreksi kemarin masih cukup wajar mengingat sehari sebelumnya IHSG sudah naik cukup signifikan, namun hal tersebut menandakan IHSG cenderung masih akan terkonsolidasi dalam jangka pendek.

Indikator relative strength index (RSI) terpantau mulai berbalikdatar, mengindikasikan adanya momentum kenaikan yang tertahan. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan menguat terbatas.

Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin diharapakan bisa menjadi sentimen positif yang mendorong laju IHSG pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones naik tipis 0,03 persen, kemudian S&P 500 menguat 0,35 persen, dan Nasdaq Composite melaju 0,69 persen pada perdagangan kemarin.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua