IHSG Melemah YtD 2020, Reksadana Saham Anjlok dan Pendapatan Tetap Juara
IHSG sejak awal tahun hingga penutupan Rabu (22/01/2020) tercatat melemah 1,05 persen
IHSG sejak awal tahun hingga penutupan Rabu (22/01/2020) tercatat melemah 1,05 persen
Bareksa.com - Mendekati akhir pekan keempat di bulan Januari 2020, kinerja pasar saham Indonesia belum menunjukkan hasil yang memuaskan seperti harapan pelaku pasar akan adanya momentum January effect.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun hingga penutupan Rabu (22/01/2020) tercatat melemah 1,05 persen year to date (YtD).
Bahkan sejak awal pekan ini, IHSG sudah tercatat melemah tiga hari beruntun dengan akumulasi pelemahan hingga 0,93 persen.
Sentimen negatif bagi Bursa Saham Asia datang dari dipangkasnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh International Monetary Fund (IMF).
Pada proyeksinya di bulan Oktober, IMF memproyeksikan perekonomian global tumbuh 3 persen pada tahun 2019 dan 3,4 persen pada 2020.
Promo Terbaru di Bareksa
Dalam proyeksi terbarunya, angka pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas jadi 2,9 persen, sementara untuk tahun 2020 proyeksinya berada di level 3,3 persen.
Proyeksi terbaru oleh IMF itu dituangkan dalam publikasi bertajuk "World Economic Outlook Update, January 2020 : Tentative Stabilization, Sluggish Recovery?" yang dirilis kemarin waktu Indonesia, Senin (20/1/2020).
Untuk tahun 2021, proyeksi pertumbuhan ekonomi global dipangkas menjadi 3,4 persen, dari yang sebelumnya 3,6 persen. Ada beberapa alasan utama yang melandasi pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh IMF, salah satunya adalah potensi memburuknya hubungan antara AS dan mitra dagangnya.
"Tensi di bidang perdagangan yang baru bisa muncul antara AS dan Uni Eropa, dan tensi antara AS dan China bisa kembali memanas," jelas Gopinath seperti dilansir CNBC Indonesia.
Selain friksi di bidang perdagangan, potensi memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran juga menjadi dasar IMF untuk memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.
Lebih lanjut, gelombang aksi demonstrasi yang terjadi di berbagai wilayah di dunia ikut menjadi risiko yang menghantui laju perekonomian global, seperti yang terjadi di Hong Kong.
Reksadana Pendapatan Tetap Memimpin Kinerja Terbaik
Kondisi bursa saham yang masih dibayangi pelemahan, membuat kinerja reksadana saham yang memang mayoritas menempatkan dana kelolaannya ke dalam instrumen saham mencatatkan kinerja yang paling buruk sejauh ini dengan imbal hasil (return) yang negatif 3,52 persen YtD.
Sumber: Bareksa
Kemudian jenis reksadana lain yang juga berinvestasi di pasar saham yakni reksadana campuran juga mencatatkan hasil yang sama dengan pelemahan 1,07 persen YtD.
Reksadana pendapatan tetap sejauh ini masih memimpin kinerja terbaik dengan kenaikan 1,59 persen YtD, disusul oleh reksadana pasar uang dengan penguatan 0,22 persen YtD.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.