IHSG Tertekan Sepekan Lalu Namun Asing Banyak Masuk, 5 Saham Ini Paling Diincar
Investor asing terpantau cukup banyak masuk ke pasar saham domestik sepanjang pekan lalu Rp904,45 miliar
Investor asing terpantau cukup banyak masuk ke pasar saham domestik sepanjang pekan lalu Rp904,45 miliar
Bareksa.com - Sepekan kemarin, pergerakan pasar saham Tanah Air terlihat cenderung negatif hingga harus tergerus secara mingguan. Dalam periode 25 hingga 29 Maret 2019, Indeks Harga Saham Gabungan(IHSG) tercatat turun 0,87persen point to point ditutup di level 6.468,75.
Secara sektoral, mayoritas berakhir di zona merah pada pekan kemarin, kecuali tiga sektor yang berakhir di zona hijau yakni keuangan (0,51 persen), infrastruktur (0,44 persen), dan aneka industri (0,35 persen).
Sementara itu, tiga sektor yang mencatatkan penurunan terdalam pada pekan kemarin yaitu industri dasar (-4,21 persen), manufaktur (-2,48 persen), dan konsumer (2,37 persen).
Promo Terbaru di Bareksa
Meski begitu, investor asing terpantau cukup banyak masuk ke saham domestik dengan mencatatkan pembelian bersih (net buy) di seluruh pasar sepanjang pekan lalu senilai Rp904,45 miliar.
Jika dihitung sejak awal tahun 2019 hingga saat ini, investor asing masih mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp12,13 triliun.
Saham-saham yang terbanyak diburu oleh investor asing dalam sepekan kemarin :
1. Saham BBRI (Rp773,12 miliar)
2. Saham TLKM (Rp470,78 miliar)
3. Saham BRPT(Rp162,4 miliar)
4. Saham JSMR (Rp132,64 miliar)
5. Saham WIKA (Rp89,2 miliar)
Berbagai Sentimen Pekan Lalu
Pelaku pasar domestik tampaknya masih mengkhawatirkan terkait isu berlarutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal Negeri Tirai Bambu senilai US$250 miliar, sementara China mengenakan bea masuk baru bagi produk Negeri Paman Sam senilai US$110 miliar.
Meski negosiasi ditargetkan berakhir pada 30 Maret, tetapi belum ada tanda kesepakatan yang akan segera dicapai. "Bisa Mei, Juni, tidak ada yang tahu. Bisa juga April, kami tidak tahu," ujar pejabat pemerintahan AS, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Di sisi lain, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 6,8 basis poin (bps). Yield instrumen ini menyentuh titik tertinggi sejak 20 Maret.
Pekan kemarin, sentimen yang mendominasi pasar keuangan adalah ancaman resesi di AS. Penyebabnya adalah inversi yield 3 bulan dan 10 tahun, di mana yang jangka pendek lebih tinggi dibandingkan dengan jangka panjang.
Artinya, investor melihat risiko dalam waktu dekat lebih besar. Inilah mengapa resesi sering kali bermula dari inversi yield di dua tenor tersebut.
Dilatarbelakangi kekhawatiran resesi AS, pelaku pasar memilih bermain aman. Akibatnya aset-aset berisiko di negara berkembang mengalami tekanan jual, termasuk di Indonesia.
Di tengah situasi demikian, saham-saham produsen kertas di Indonesia tertekan sehingga menjadi pemberat pergerakan IHSG. Harga saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) jatuh hingga 7,03 persen ke level Rp8.600 per saham. Di sisi lain, saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk anjlok 5,36 persen ke Rp11.025 per saham.
Penurunan itu terjadi di tengah perlambatan ekonomi China yang membuat permintaan bubur kertas menurun. China merupakan konsumen utama bubur kertas (pulp) dengan volume sebanyak 23,72 juta metrik ton, atau setara dengan 6 persen dari konsumsi global.
Di sisi lain, harga bubur kertas tercatat memasuki tren melemah. Indeks harga produsen di AS untuk produk pulp dan kertas bulan lalu telah menyentuh level 209,7 atau melemah dibandingkan posisi akhir tahun lalu di 222,3.
Analisis Teknikal IHSG
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu terlihat mengalami tekanan terutama di awal pekan saat turun tajam, meskipun setelah itu cenderung mengalami konsolidasi.
Selain itu, pola pergerakan IHSG saat ini terlihat konsisten berada di atas garis middle bollinger band yang relatif bergerak datar.
Di sisi lain, indikator relative strength index (RSI) juga terpantau berfluktuatif di sekitar area netral, mengindikasikan adanya momentum penguatandan pelemahan yang cukup seimbang.
Namun, selama IHSG masih mampu bertahan di atas level psikologis 6.400, menandakan adanya potensi untuk mengalami penguatan.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.